Diantara riuhnya pertempuran yang terjadi, hanya sosok Bintang yang masih tidak terlalu ikut campur, sesekali Bintang melancarkan serangannya kearah gerombolan Panji Tengkorak yang menyerangnya terlebih dahulu. Tapi sejauh ini Bintang hanya terlihat mengamati gerakan kedua belah pihak yang masih bertempur sengit.
Pertempuran berjalan tak seimbang, dimana jumlah gerombolan bajak laut Panji Tengkorak 2x lebih banyak dari awak kapal kerajaan karang sewu. Tapi semangat juang prajurit Karang Sewu diatas kapal tak kalah sengit, inilah yang membuat perlawanan diatas kapal itu berlangsung sengit.
Diantara semua pertempuran yang terjadi, Bintang lebih tertarik memperhatikan pertarungan yang terjadi antara Pertapa Lembah Naga dan pemimpin Panji Tengkorak.
Puluhan jurus sudah terlewati dan tidak ada tanda kalau salah seorang diantara mereka akan mengalah, memasuki jurus ke 44, Pertapa Lembah Naga terlihat melompat mundur.
Begitu menapak dilantai kapal, Pertapa Lemba
Dan belum lagi raden Santang sempat bangkit dari jatuhnya, sebilah golok sudah menempel dilehernya. “Menyerahlah, atau kepalamu lepas dari tempatnya.”. rupanya sosok bertopeng tengkorak yang tadi telah mengalahkannya yang kini telah menempelkan mata goloknya dileher raden Santang. Darah terlihat merembes keluar dari mulut raden Santang.“Hentikan serangan!”. tiba-tiba terdengar suara keras dari sosok bertopeng tengkorak itu yang membuat pertempuran dikedua belah pihak terhenti.“Menyerahlah!”. kembali terdengar sosok bertopeng tengkorak berucap. Melihat sosok raden Santang yang tertawan, para awak kapal yang sebenarnya adalah prajurit kerajaan Karang Sewu itupun terpaksa mengakhiri perlawanan mereka. Dan dalam sekejap saja mereka semua kini sudah tertawan ditangan para bajak laut Panji Tengkorak.“Akkhhh....akhhhhh.”. kini kembali terdengar suara Pertapa Lembah Naga yang terlihat sangat menderita. Kedua sosok Perta
“Maaf kalau hamba harus memperlakukan tuan seperti ini.”. terdengar ucapan dari lelaki yang mengenakan topeng tengkorak itu berkata kepada Bintang. Walau diam Bintang sebenarnya heran mendengar ucapan sosok bertopeng tengkorak itu. Tapi perhatian Bintang kini beralih pada satu sosok tubuh yang tampak digotong masuk kedalam penjara.“Guru”“Pertapa.”. hampir bersamaan raden Santang dan Bintang langsung mendekat, begitu berada dekat disosok Pertapa Lembah Naga yang terlihat terluka parah akibat pertarungan dengan pemimpin Panji Tengkorak tadi. “Maaf raden”. ucap Bintang seraya langsung memeriksa keadaan Pertapa Lembah Naga.“Tuk...tuk...tuk.”. terlihat Bintang langsung menotok beberapa bagian ditubuh Pertapa Lembah Naga, sementara raden Santang hanya memperhatikannya dengan penuh seksama. Begitu selesai menotok beberapa jalan darah ditubuh Pertapa Lembah Naga, Bintang langsung menyalurkan hawa murninya ke
“Baik, hamba akan tinggal disini, tapi hamba punya satu permintaan”. Ucap Bintang.“Katakan saja tuan, bila hamba sanggup, pasti akan hamba lakukan”. ucap sikakek lagi mantap.“Hamba ingin tuan melepaskan kapal beserta awak kapal hamba, biarkan mereka kembali melanjutkan perjalanan”. Ucap Bintang. Sikakek terlihat terdiam, dan ;“Baik, permintaan tuan akan hamba kabulkan. Besok hamba akan melepaskan seluruh awak kapal dan kapal tuan”. ucap sikakek lagi dan Bintang dapat menarik napas lega mendengar hal itu.***Pagi akhirnya datang, sang mentari mulai menapakkan kakinya diufuk timur, sinarnya yang kuning keemasan memancar terang menerangi mayapada alam.Sementara itu di pesisir pantai tempat kediaman gerombolan bajak laut Panji Tengkorak, tepatnya didalam penjara dimana sosok raden Santang dan Pertapa Lembah Naga ditawan.“Sejak semalam Bintang belum pulang, apa yang terjadi”
Pagi datang menjelang, saat Bintang baru saja terbangun dari tidurnya. Sejenak Bintang memperhatikan keadaan disekitarnya dapat dilihatnya sebuah hidangan panas sudah tersaji tak jauh dari tempat tidurnya. Bintang tersenyum melihat hal itu. Beberapa hari berada di markas gerombolan bajak laut Panji Tengkorak, Bintang benar-benar merasakan dirinya bagaikan seorang raja, segala sesuatunya serba dilayani.Sejenak Bintang bangkit dari tempat tidurnya berjalan menuju kearah jendela kamarnya dan membukanya ; “Kreaakk..”. pintu jendela itu terbuka, sinar matahari memancar masuk kedalam ruangan itu, tapi bukan itu yang menarik perhatian Bintang, melainkan suara riuh yang datang dari arah luar yang kini menarik perhatian Bintang.Setelah mencuci wajahnya, Bintangpun segera beranjak keluar kamarnya untuk melihat apa yang terjadi diluar sehingga suaranya begitu riuh. Disudut pantai pulau tersebut terlihat puluhan bahkan ratusan orang tengah berlatih ilmu kanuragan, te
Sore datang menjelang, hamparan sinar mentari yang sudah memerah terlihat diufuk barat, angin bertiup perlahan meniup layar kecil rakit Bintang yang berlayar dilautan luas. Diatas rakit terlihat Bintang terduduk lesu.“Sial! Aku lupa menanyakan tadi kepada Panji kemana arah menuju negeri Malaya.”. gerutu Bintang, Bintang benar-benar baru menyadari kecerobohannya, kini Bintang terpaksa hanya harus mengikuti tiupan angin membawanya kemana Bintang tak tahu.Sejauh mata memandang hanya dataran laut yang terlihat disekelilingnya, untungnya Panji tadi telah memberikan bekal makanan yang cukup kepadanya.“Sepertinya malam ini aku akan menginap disini.”. desah Bintang pasrah dengan keadaan dirinya. Belum lagi Bintang menarik napas panjang, tiba – tiba ;“Duarr….pppyaarrr…..duarrr…. ppyarrrr….”.Di kejauhan terdengar 2 ledakan hebat yang tentu saja sangat mengejutkan Bintang, dengan serta
Sosok Panglima Sobeki memang sangat menyeramkan, tuuhnya yang tinggi besar ditambah wajahnya yang penuh brewok semakin membuat penampilannya semakin angker. Ditangannya tampak melingkar tameng besi yang menutupi tubuhnya sampai kelengan tangannya.“Ayo keluarkan jurus terhebatmu Laksamana Ho-Tian”. ucap Panglima Sobeki lagi seraya mengangkat kedua tangannya, mempersilahkan Laksamana Ho-Tian untuk menyerangnya terlebih dahulu.Laksamana Ho-Tian sendiri terlihat melirik kearah sosok Putri Yuan yang ada disebelahnya, ada kekhawatiran yang jelas terlihat diwajahnya, mungkin dia tak perduli dengan nyawa sendiri, tapi keselamatan Putri Yuan Ming Zhu yang sangat dikhawatirkannya saat ini.“Jangan khawatirkan diriku laksamana, aku masih bisa mengatasi ke-4 orang ini.”. terdengar suara lembut dari Putri Yuan yang seakan mengerti akan kekhawatiran Laksamana Ho-Tian tentang dirinya.Sementara itu Panglima Sobeki terlihat geram melihat Laksama
“Ha ha ha...! tangkap Putri Yuan Ming Zhu”. terdengar Panglima Sobeki memberi perintah. Laksamana Ho-Tian tak bisa berbuat apa-apa, karena saat ini luka dalam yang dideritanya cukup parah.“Tak ada senjata yang mampu menembus tubuhku Laksamana Ho-Tian. Dan sampaikan pesanku pada jendral ming untuk segera mengakhiri pemberontakannya kalau masih ingin melihat nyawa putrinya selamat.”. ucap Panglima Sobeki lagi seraya beranjak meninggalkan kapal Laksamana Ho-Tian. Jatuhnya Laksamana Ho-Tian dan Putri Yuan membuat perlawanan prajurit Laksamana Ho-Tianpun ikut terhenti. Belasan teman mereka tewas, yang tersisa hanya beberapa orang saja lagi.“Laksamana Ho.”. beberapa orang awak kapalnya terlihat segera membantu Laksamana Ho-Tian untuk bangkit berdiri, tapi ; “Huakkk.”. baru saja Laksamana Ho-Tian bangkit, tiba-tiba saja Laksamana Ho-Tian roboh setelah memuntahkan darah dari mulutnya. Sementara itu ke-4 kapal Panglima Sobeki su
Malam datang, dan sang bulanpun bersinar cerah malam itu, Bintang-Bintang bertaburan terang menemani sang bulan diperaduannya, laut terlihat tenang. Kapal Laksamana Ho-Tian terlihat maju menyusuri ombak. Sementara itu Bintang sendiri telah dijamu oleh Laksamana Ho-Tian diruangnya.“Hamba tidak tahu bagaimana harus mengucapkan terima kasih kepada tuan, karena tuan Bintang telah menyelamatkan hamba.”. ucap Laksamana Ho-Tian.“Sudahlah tuan laksamana, tak perlu diungkit-ungkit lagi. Sudah seharusnya kita saling tolong menolong bukan”.ucap Bintang lagi tersenyum.“Hamba ingin bertanya, tapi itupun jika tuan Bintang berkenan untuk menjawabnya, jika tidak hamba tidak akan memaksa.”. ucap Laksamana Ho-Tian lagi“Silahkan saja tuan laksamana, hamba akan menjawabnya semampu hamba”“Kalau boleh hamba tau, tuan berasal darimana? penampilan dan cara bicara tuan sangat berbeda sekali?”. ucap Laksamana