Jurus demi jurus mulai terlewati, serangan-serangan cepat yang dilancarkan oleh si Bayangan Setan mulai terlihat melamban, si Bayangan Setan tidak sadar kalau saat ini jurus Kijang Kelana yang dipergunakan oleh Bintang telah menyerap tenaganya, memasuki jurus ke 45, barulah si Bayangan Setan menyadari akan hal itu, dan dia melompat mundur kebelakang.
“Kurang ajar, rupanya jurus yang dipergunakannya bukanlah jurus biasa, jurusnya telah menyerap tenagaku.”. batin si Bayangan Setan lagi menyadari kebodohannya. Dan kini terlihat si Bayangan Setan mulai memutari tubuh Bintang, sementara Bintang masih berdiri tenang ditempatnya, hanya sesekali terlihat kedua kuping Bintang bergerak-gerak.
“Ternyata dia cerdik juga, dia sadar kalau hanya menggunakan kedua matanya untuk menghindari serangan Bayangan Setanku dia takkan bisa, tapi dengan mata terpejam dan hanya mengandalkan indra peraba dan pendengaran dia bisa menebak arah serangan, kalau begitu aku harus mencari cara untuk m
“Aaakhhhhh.”. terdengar satu jeritan keras keluar dari mulut si Bayangan Setan yang terlihat terpental dengan deras kebelakang, bahkan beberapa batu besar terlihat langsung hancur berantakan saat berbenturan dengan tubuh si Bayangan Setan, akhirnya tubuh si Bayangan Setan baru berhenti saat menghantam dinding batu yang ada dibelakangnya setelah menghancurkan beberapa batu besar yang tadi ditabraknya. Sementara itu sosok Bintangpun terlihat terpental cukup jauh kebelakang, beruntung bagi Bintang yang masih mampu untuk mengendalikan gerak jatuh tubuhnya, walau Bintang terlihat langsung jatuh ditempatnya seraya memuntahkan darah dari mulutnya. Kali ini luka dalam yang diderita Bintang benar-benar parah, sampai-sampai Bintang terlihat langsung tak sadarkan diri lagi ditempatnya. Tapi untunglah keadaan Bintang jauh lebih beruntung dari sosok si Bayangan Setan yang tewas dengan tubuh remuk karena menghantam bebatuan tadi. *** Malam terus berja
Tak seberapa lama kemudian rombongan Gusti Adipati Pandan Arum tiba dikamar Gusti Ayu Pandansuri, dan terlihat saat itu Pandansuri tengah ditunggui oleh beberapa orang emban pembantu. Wajah Gusti Adipati Pandan Arum terlihat berubah gembira saat melihat putri kesayangannya tampak telah siuman dari keadaannya, dan bersama istrinya dia segera mendekat. “romo... ibu...”. terdengar kalimat itu keluar dari bibir pucat Pandansuri saat mengenali sosok-sosok yang mendekatinya. “Kau sudah sadar putriku, kau sudah sadar”. ucap Gusti Adipati Pandan Arum terlihat terharu melihat keadaan putrinya, sementara Pandasuri sendiri terlihat langsung memeluk kedua orangtua yang dicintainya itu. “Terima kasih Sang Hiang Widi, terima kasih”. ucap Gusti Adipati Pandan Arum lagi tak kuasa menahan air matanya merasakan kebahagiaan yang saat itu dirasakannya. Kegembiraan dan kegembiraan melingkupi tempat kediaman Gusti Adipati Pandan Arum. Sadarnya Gusti Ayu Pandansuri dengan cepat ter
Sore itu ditempat kediaman Gusti Adipati Pandan Arum, tepatnya ditaman belakang rumah kediaman tersebut, terlihat sosok Gusti Ayu Pandansuri tengah bersama seorang wanita yang juga tak lain adalah ibu kandungnya sendiri. Kedua tampak begitu menikmati keindahan taman bunga yang ada dihadapan mereka. Pandansuri memang sangat dekat dengan ibunya hingga kedua anak dan ibu ini terlihat begitu saling menyayangi satu sama lain. Pandansuri terlihat begitu memanjakan dirinya dengan menjatuhkan kepalanya dipangkuan ibunya, sang ibu hanya membelai lembut rambutnya yang terurai indah. “Ibu lihat akhir-akhir ini kau sangat bahagia Pandan”. goda sang ibu lagi. “Ya Pandan memang bahagia bu, karena romo dan ibu sudah kembali rukun”. “Apa bukan karena raden Bintang ?”. kembali ibunya menggoda, Pandansuri hanya terlihat tersenyum sesaat mendengar hal itu. “Bagaimana menurutmu Raden Bintang itu ?” ucapan ibunya kali ini cukup membuat Pandansuri terperanjat dan s
“Tapi hamba benar-benar minta maaf gusti, hamba tidak bisa menerima kehormatan ini”. ucapan Bintang berikutnya tentu saja sangat mengejutkan bagi Gusti Adipati Pandan Arum dan istrinya, seketika wajah keduanya berubah. “Saat ini diluar sana masih banyak orang-orang yang membutuhkan pertolongan hamba, dan tugas hamba sebagai seorang pendekar masih begitu panjang gusti, oleh karena itulah hamba mohon maaf karena tidak bisa menerima kehormatan yang gusti berikan kepada hamba” “Tapi Pandansuri bisa ikut dengan Raden untuk membantu tugas raden”. ucap Gusti Adipati Pandan Arum. “Justru itulah yang hamba khawatirkan gusti, pengembaraan hamba selalu menempuh bahaya yang hamba sendiri tidak dapat membayangkannya, hamba tidak ingin gusti ayu Pandansuri hanya akan menderita bila ikut bersama hamba, bahkan hamba tidak berani menjamin keselamatan gusti ayu Pandansuri jika ikut bersama hamba”. ucap Bintang lagi, ucapan Bintang kali ini cukup membuat Gusti Adipati Pandan Ar
“Nah sekarang kau jauh lebih tampan Bintang”. ucapan Mbah Suro cukup membuat Bintang tersenyum. “Sekarang sudah saatnya aku akan memberikan sesuatu yang aku janjikan padamu, aku akan memberikan sebuah ajian yang kunamakan ajian Terawang Jagat”. “Ajian Terawang Jagat”. ulang Bintang lagi terkejut. “Benar ajian Terawang Jagat, mungkin dari namanya kau sudah dapat menebak kegunaan dari ajian ini, dengan ajian ini pula aku dulu bisa mengetahui Mantra Pulung Batu yang menimpa Gusti Ayu Pandasuri, juga dengan ajian ini pula tadi aku bisa mengetahui siapa dirimu dan semua tentang dirimu Bintang”. ucap Mbah Suro lagi hingga membuat Bintang terkagum-kagum mendengarnya. “Ajian Terawang Jagat ini kudapatkan langsung dari gusti Hyang widhi dari hasil pertapaanku selama puluhan tahun.....dan kurasa kau pantas untuk mendapatkannya Bintang”. ucap Mbah Suro lagi. “Sekarang pejamkanlah matamu, aku akan segera menurunkan Ajian Terawang Jagat ini padamu”. ucap M
“Tapi kakang rasa sebaiknya saat ini Pandan jangan dulu ikut dengan kakang, saat ini ayah dan ibumu sangat membutuhkanmu untuk berada diantara mereka, karena kau memiliki kesempatan untuk kembali menyatukan hubungan mereka yang terputus Pandan, apakah kau tak ingin ayah dan ibumu bersatu kembali ?”. ucap Bintang lagi. Pandansuri terlihat diam mendengar hal itu, ucapan Bintang memang dibenarkannya, tapi keinginannya untuk ikut dengan Bintang mengembara tak bisa diurungkan begitu saja. “Selagi lagi maafkan kakang Pandan, bukannya kakang tak ingin mengajakmu, tapi ini semua demi kebaikanmu, tapi kakang janji nanti setelah ayah dan ibumu sudah menyatu kembali, Pandan bisa mencari kakang dan kakang yakin bukanlah hal yang sulit untuk mencari kakang”. “Baiklah kakang, tapi kakang harus berjanji untuk mengajakmu berkelana” “Pasti, pasti Pandan, kakang akan ajak Pandan berkelana kemana saja yang Pandan inginkan”. ucap Bintang tersenyum, Pandansuri ikut tersenyum mend
“Tunggu ki”. Bintang cepat menahan gerakan langkah silelaki tua saat ingin meninggalkan kamar itu. “Ada apa den ?” “Sebenarnya apa yang terjadi didesa ini ki”. ucap Bintang lagi dan Bintang semakin terkejut saat melihat wajah lelaki tua itu terlihat pucat pasi. “Sebaiknya besok saja kita bicarakan hal ini den”. ucap lelaki tua itu lagi hingga Bintang tak bisa berkata apa-apa lagi kecuali menganggukkan wajahnya. “Oh ya den, kalau bisa malam ini raden jangan membuka jendela kamar apalagi sampai keluar”. ucap lelaki itu lagi berpesan, dan ini semakin membuat Bintang penasaran, tapi Bintang tentu tidak dapat memaksakan keinginannya untuk segera mengetahui apa yang sebenarnya terjadi didesa tersebut. “Baik ki”. hanya itu yang terucap dibibir Bintang. Malam itu Bintang benar-benar sulit untuk memejamkan kedua matanya karena rasa penasaran dihatinya akan apa yang terjadi didesa itu. *** Disaat mentari baru saja menampak
Suasana mencekam meliputi sebuah desa dimana telah satu pristiwa mengerikan yang mengakibatkannya jatuhnya korban. Dan yang lebih mengerikan lagi adalah setiap korban yang ditemukan selalu tewas dengan adanya luka gigitan dileher mereka dan tubuh mereka kering karena kehabisan darah. Banyak yang menduga kalau pelaku dari semua kekejian itu adalah sebangsanya lelembut. Desa Tawungsari, demikian nama desa ini kini selalu berada dalam ketakutan tersebut dan sebagaimana kita ketahui pada kisah sebelumnya (Gerombolan Bayangan Setan) Bintang yang saat itu tengah melewati desa tersebut juga dibuat terkejut melihat keadaan desa Tawungsari yang seperti desa mati, karena pada malam hari, tidak seorangpun dari penduduk desa Tawungsari yang terlihat berkeliaran diluar rumah. Dan pagi itu kembali masyarakat desa Tawungsari digemparkan dengan ditemukannya kembali satu mayat yang juga mengalami hal yang sama pada korban-korban sebelumnya, tewas dengan tubuh kehabisan darah. “Korban