“Bintang, berhati-hatilah.. Ajian Rengkah Gunung belum pernah gagal untuk membunuh lawannya!” Bayu Pratama berteriak memperingatkan Bintang. Tapi itu sudah cukup untuk memperingatkan Bintang, Bintang juga sudah menduga kalau ajian Rengkah Gunung yang dikatakan oleh Gusti prabu Blambang Sewu tadi tentulah sangat dahsyat, ini terlihat dari wajah-wajah orang yang ada ditempat itu terlihat berubah pucat.
Bintang sendiri terlihat langsung menggunakan mata dewanya untuk melihat dengan jelas ajian Rengkah Gunung yang akan digunakan oleh Gusti prabu Blambang Sewu.
Gusti prabu Blambang Sewu sendiri tampak sudah mengambil ancang-ancang, mengatur nafas, mengumpulkan tenaga dan tiba-tiba saja menghentakkan tangan di tanah. Dalam waktu sekejap, sukma (bukan arwah atau roh) Gusti prabu Blambang Sewu tiba-tiba saja keluar dan langsung melesat kearah Bintang dengan pukulan Rengkah Gunungnya yang dahsyat.
Wajah Bintang ber
“Pukulan Yudha, heeaaa..!” Bintang mendorong tinjunya, dari tinju Bintang, keluar seberkas cahaya putih keperakan dengan diiringi bayangan seekor harimau berwarna putih. Menyongsong serangan aji Rengkah Gunung yang ada ditangan Gusti prabu Blambang Sewu.Bleeggaarrrr !Sebuah ledakan maha dahsyat tiba-tiba saja terjadi dialam nyata, hingga menggetarkan tempat itu, semua terkejut melihat ledakan dahsyat yang tiba-tiba saja muncul tersebut, tapi yang lebih terkejut adalah Gusti prabu Blambang Sewu sendiri. Di dunia nyata kedua mata Gusti prabu Blambang Sewu terlihat melotot besar, terdiam dan tak lama kemudian akhirnya roboh ditempatnya berdiri.Apa yang sebenarnya terjadi dengan Gusti prabu Blambang Sewu ? kenapa Gusti prabu Blambang Sewu bisa tewas seperti tanpa penyebab, tau-tau saja roboh ditempatnya dan tewas.Bersambung...Nah, bagaimana kisah selanjutnya ? semakin seru
MALAM datang bersama sang bulan yang bersinar terang diantara bintang-bintang yang bertaburan. Semua terlihat begitu indah, begitu indah ciptaan shang maha pencipta segalanya. Keindahan ini semakin terlihat jelas dari puncak Bukit Bayangan, tapi bukan keindahan pemandangan dari puncak Bukit Bayangan yang saat ini menjadi perhatian kita, melainkan sosok Bintang yang saat ini tengah berhadapan dengan 6 prajurit Istana Dasar Laut yang menjadi penjaga rumahnya.“Mohon maaf gusti. Sampai saat ini belum ada kabar dari sahabat hamba yang gusti utus ke Istana Dasar Laut” ucap salah seorang prajurit Istana Dasar Laut kepada Bintang yang memang menanyakan tentang dua orang prajurit Istana Dasar Laut yang diutusnya ke Istana Dasar Laut untuk mencari tahu kabar kanjeng Putri Samudra. Istrinya.“Ada apa sebenarnya yang terjadi pada dinda Putri Samudra?” batin Bintang tak mengerti. Cukup lama Bintang terdiam, hingg
HARI PENOBATAN TIBA, banyak kerajaan diundang, bahkan kerajaan yang pernah bersengketa dengan bersekutu dengan Blambang Sewupun diundang, ini semua atas permintaan Bintang. Para pendekar juga ikut diundang, termasuk para sesepuh dunia persilatan, masyarakat kotaraja ikut menyambutnya dengan meriah dengan menghiasi seluruh wilayah kotaraja, upacara penobatan berlangsung sederhana tapi khidmat. Dan setelah menjalani prosesi yang panjang, Bintang akhirnya menerima mahkota emas sebagai tanda sah dirinya diangkat menjadi penguasa tunggal kerajaan Setyo Kencana.Dan sebagai penguasa baru di Setyo Kencana, Bintangpun akhirnya memberikan kata sambutannya, dan sambutan yang paling menggegerkan yang diucapkan oleh Bintang adalah ;“Mulai saat ini seluruh kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Setyo Kencana akan kuberikan kebebasan untuk menentukan nasib kerajaannya sendiri. Sudah saatnya kita, semua kerajaan membina persahabatan satu dengan yang lainnya”Walau
Para istri dan orangtua Bintangpun kembali Bukit Bayangan, Bintang sendiri harus tinggal untuk sementara waktu untuk membereskan beberapa hal di Setyo Kencana. Sebelum pulang, romo dan bunda Bintang tampak menatap Bintang dengan bangga.“Kami bangga padamu, anakku” ucap romo Setyo Pinangan tak sanggup menyembunyikan rasa bangganya melihat putranya menjadi seorang raja besar. Bunda Bintang sendiri tampak tak kuasa menahan air matanya. Dengan dikawal oleh puluhan orang prajurit Setyo Kencana juga menggunakan kereta kencana emas, seluruh keluarga Bintang diantar dan dikawal untuk kembali ke Bukit Bayangan.Setelah semua urusan penobatan selesai, Bintang meminta Mahapatih Suryo Barata untuk mengumpulkan semua pejabat, petinggi, Tumenggung, senopati dan lain-lain.Setelah berkumpul, semuanya segera menjura hormat. Bintang mengangkat tangan kanannya dan mempersilahkan semuanya untuk duduk dikursi masing-masing. Ini pertama kalinya Bintang mengumpulkan selu
Mahapatih Suryo Barata tampak berdiri dan mengangkat tangannya agar keadaan riuh ditempat itu menjadi tenang. Karena menjadi seorang senopati tentu ada prosedurnya. Tidak semudah Bintang mengucapkan itu.“Kita sudah mempercayakan Setyo Kencana kepada Gusti Prabu. Apapun yang Gusti Prabu lakukan, itu adalah hak Gusti Prabu, kalau ada para pejabat atau petinggi istana yang keberatan dengan apa yang dilakukan Gusti Prabu. Silahkan bicara atau mengundurkan diri dari Setyo Kencana” ucap Mahapatih Suryo Barata dengan tegas hingga membuat semua yang ada ditempat itu terdiam.Bintang sendiri senang mendengar Mahapatih Suryo Barata membelanya.“Arya, Bayu, Yudho dan Sawungpati ini adalah saudara-saudaraku, bersama mereka aku bisa membuat Blambang Sewu menyerah” jelas Bintang lagi hingga akhirnya para pejabat dan petinggi istana tampak diam.“Lanjutkan Gusti Prabu” ucap Mahapatih Suryo Barata.“Arya, bayu, yudho dan
Bintang tampak menatap tertarik kepada salah seorang penari yang mana penari tersebut juga selalu mencuri-curi pandang kearahnya. Setiap kali bertemu pandang, penari muda jelita itu tampak melempar senyum manisnya.Entah kenapa Bintang seperti merasa kenal dengannya. Perhatian Bintang terfokus pada tato yang ada diatas dada sebelah kiri penari tersebut yang terlihat sedikit dari balik pakaian yang dikenakannya. Tato inilah yang membuat Bintang merasa tak asing untuk mengenalinya. Sampai akhirnya petunjukan tarian itu selesai, Bintang tampak berbisik kearah patih Sahdewa. Wajah patih Sahdewa tampak mengangguk.Saat malam semakin larut, semua orang telah kembali ke kamarnya masing-masing. Malam itu Bintang tampak tengah duduk diatas peraduannya, dikamar seorang raja yang sangat mewah. Bintang tampak duduk menghadap pintu seperti tengah menunggu sesuatu.Tok.. Tok... Tok...!Sebuah ketukan halus terdengar didepan pintu kamar Bintang. Bintang segera bangkit d
“Terpaksa” ulang Bintang“Setelah bu’le meninggal, Melati tidak memiliki keterampilan apa-apa untuk membuka usaha. Hingga akhirnya uang yang dulu kakang berikan habis. Melati akhirnya terjebak hutang dan karena hutang tersebutlah Melati akhirnya harus menjadi penari seperti sekarang ini kang. Semuanya Melati lakukan untuk melunasi hutang dan melanjutkan hidup” jelas Melati lagi seraya terus melanjutkan ceritanya, hingga membuat Bintang mengerti. Mengingat masa lalunya, membuat Melati menitiskan air matanya.Dengan lembut tangan Bintang terangkat dan menghapus air mata yang mengalir diwajah Melati.“Sudah.. Jangan bersedih lagi, yang lalu biarlah berlalu. Melati masih muda, tataplah masa depan dengan penuh keyakinan” ucap Bintang mencoba menenangkan Melati. “Kakang senang, Melati lebih memilih menjadi penari, daripada Melati bekerja seperti dulu” ucap Bintang yang mengingat dulu Melati bekerja sebagai pemuas n
SEBELUM pengangkatan dirinya sebagai seorang raja. Bintang sudah memberitahukan hal ini kepada Mahapatih Suryo Barata dan beberapa petinggi istana, bahwa selama 4 hari Bintang akan berada di Bukit Bayangan, sedangkan 3 hari Bintang akan berada di istana Setyo Kencana untuk menjalankan pemerintahan. Dan semua permintaan Bintang disetujui. Karena itulah Bintang kembali di hari ke-4 ke Bukit Bayangan. Tawaran Mahapatih Suryo Barata untuk memberikan pengawalan prajurit ditolak oleh Bintang, karena ada Danzo dan Yukimura yang mengawalnya diperjalanan.Sesampai di Bukit Bayangan, Bintang sudah disambut oleh istri-istrinya, kedua orangtuanya, juga masyarakat yang kini memilih tinggal di kaki Bukit Bayangan didekat aliran sungai. Mereka sudah memutuskan untuk tinggal di Bukit Bayangan membentuk satu desa. Dan ini semua tentu setelah memohon izin kepada Bintang. Dan hari itu Bukit Bayanganpun mengadakan sedikit selamatan / syukuran atas kembalinya dan pengangkatan Bintang sebagai Gust