Beranda / Rumah Tangga / Ku Kira Kau Rumah / 06. Ku Kira Kau Rumah

Share

06. Ku Kira Kau Rumah

Penulis: Privat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-14 22:54:19

"Apa-Apaan kamu alina, kamu sengaja ingin mempermalukan aku dan Gemilang?, tindakan gegabah kamu itu membuat namaku dan Gemilang tercoreng!." Teriak Angga yang baru sama memasuki kamar mereka.

"Memangnya kenapa mas?, Bukannya yang aku katakan kebenaran ya?. kalau wanita itu hanya penghangat ranjang kamu?."

Angga mengeraskan rahangnya. "Harus berapa kali aku bilang sama kamu alina, itu semua hanya sebuah kecelakan. Hanya sebuah ketidak sengajan." Ucap Angga menekan setiap kalimatnya dengan wajah yang Sudah memerah menahan amarah

"Tapi itu semua tidak jadi alasan buat kamu mempermalukan aku dan Gemilang di depan umum alina." Sambungnya kembali

Hanya ketidak sengajan gimananya ya?, Di bagian mana ketidak sengajanitu terjadi mas?, bukannya hubungan kalian masih berlanjut hingha saat ini. Bahkan kamu berani membentak aku di depan umum mas demi dia. Wanita yang kau anggap sebagai kesalahan."

Alina menipiskan bibirnya memandang Angga dengan tatapan begitu nyalang. "Kamu pikir aku apa mas?, aku boneka atau patung yang diam saja saat di perlakukan tidak adil."

Alina tertawa, rasanya lucu sekali mendengar perkataan Angga. "Ah, tapi boleh juga. Aku juga bisa melakukan seperti yang kamu lakukan bersama gemilang mas, bukannya kita imm ...emmmppp."

Angga membungkam bibir Alina menggunakan telapak tangannya dengan kasar. Amarah, rasa kesal dan cemburu bergabung jadi satu.

Membayangkan tubuh istrinya di sentuh oleh pria lain saja sudah membuat darah di sekujur tubuhnya mendidih. Tidak boleh, Alina hanya miliknya, Angga akan membunuh siapa pun yang berani menyentuh tubuh istrinya.

"Cukup Alina, Aku bilang cukup. Kamu hanya seorang istri yang harus selalu taat dengan perkataan ku sebagai suamimu. Jangan terus membuat masalah dan memperkeruh ke adaan, muak aku lina muak ngeliat sikap kamu sekarang." Ucap Angga dengan menaikkan intonasi suaranya. Ia benar benar sedang di makan api cemburu saat ini.

Alina yang mendengar suara Angga meninggi terpanjat kaget bukan main. Sebelumnya Angga selalu menatap Alina dengan penuh cinta dan kelembutan tapi sekarang Angga membentaknya. Bahkan Angga meneriaki dirinya dengan begitu lantang, Anggamenarik lengan Alina dengan kasar.

"Mas, aku nggak mau"

"Kali ini kamu benar benar keterlaluan Alina, jelas jelas kamu tau itu acara penting buat aku, bisa bisanya kamu memperkeruh keadaan dan membuat keributan di depan umum, Sudah puas kau permalukan suamimu ini alina." Ujar Angga dengan menarik tangan Alina menuju ke atas ranjang mereka.

"Aku perempuan mas, aku seorang istri. Jadi kamu mau aku diam kalau dia minta izin untuk menikah dengan kamu, Aku harus diam itu maksud kamu mas. Jangan mimpi, bilang sama gudik kamu itu jangan mimpi nama kamu tertulis di akte lahir anaknya." Jawab Alina dengan terisak, kali ini ia benar benar kecewa dengan suaminya itu.

"Cukup Aku bilang Alina, Bagaimana pun dia tetap putraku walaupun dia terlahir dari rahim wanita yahg kamu sebut gudik " Teriak Angga sampai urat urat pada lehernya bermunculan mukanya sudah mulai merah padam.

Alina mencoba melepaskan genggaman tangan angga,"sakit mas lepas, tangan aku sakit mas." Rintihnya menahan sakit.

Angga memegang pergelangan tangan Alina dengan cukup kuat. Hingga membuat alina berkali kali meringis kesakitan.

"Aaaaa..."

Teriakan Angga saat Alina menggigit lengan Atas angga. Di lihatnya pergelangan tangannya itu sudah memar ke merahan membentuk lingkaran bekas cekalan tangan bram.

"Kamu sekarang benar-benar keterlaluan mas, sudah aku bilang lepaskan aku mas. Kalau kamu memang gak bisa lagi bersama ku lepaskan aku, tinggalkan aku mas. Sampai kapan aku harus hidup dalam bayang-bayang dan pengkhianatan kamu mas, sampai kapan?. Kamu orang yang paling egois selama ini mas?." Teriak Alina dan meninggalkan Angga yang berdiri mematung. Sumpah demi tuhan ia benar-benar terbakar api Amarah saat ia mendengar ucapan dan hinaan orang orang karena perkataan istrinya di acara tersebut.

Angga mulai bergerak dengan cepat, namun sayang ia terlambat. Alina lebih dulu menutup pintu kamar kedua anak-anaknya itu dan mengguncihya dari dalam.

Tok

Tok

Tok

"Alina sayang buka, maafin mas, mas terbawa emosi sayang." Teriak Angga, tapi sayang tidak ada sahutan dari dalam sedikit pun, hanya ke heningan dan itu membuat angga semangkin takut dan semangkin merasa bersalah.

"Sayang, Alina sayang buka sayang. Mas benar benar hilaf sayang buka pintunya ya, maafin mas sayang. Maafi mas sayang, mas udah nyakiti kamu sayang maaf ya." Teriak Angga, Angga mendesah frustasi. Harusnya angga tidak berbuat kasar pada Alina. Apalagi Alina juga terlalu sering mendapat kekerasan oleh ke dua orang tua dan saudara saudaranya. Sekarang ia harus menerima suara Bentakkan dari suami tercintanya itu.

Angga mengacak-acak rambutnya dengan kedua t tangan miliknya. Berkali kali ia mengeruk pintu dan memanggil istri nya tetap saja tidak ada sahutan dari dalam kamar itu.

Angga pun pergi meninggal kan tempat itu, ia masuk ke dalam ruang kerja dan duduk di atas kursi kebesaran nya.

"Maaf sayang lagi dan lagi mas nyakitin kamu sayang maafin mas." Gumanya dengan memandang photo pernikahan dirinya dan Alina yang tergantung di atas sana.

Tak terasa air mata Angga mengalir membasahi ke dua pipi pria tampan tersebut. Ia menarik nafas dan menghembuskannya kembali guna untuk mengendalikan emosinya sedang berada di puncak hingga tanpa sadar ia melukai istri tercintanya.

Di dalam kamar Alina menangis pilu, ia menangis hingga terisak tangisannya benar benar menyayat hati bagi siapa saja yang mendengarnya. Semangkin hari semangkin kuat juga alasannya untuk tidak lagi bersama dengan Angga. Dan alina semangkin percaya bahwa perceraian saat ini terbaik untuk mereka berdua.

Hatinya, mental dan sekarang fisiknya pun juga ikut merasakan sakit. Laki-laki yang sangat ia cintai, laki-laki yang menjadi ayah dari ke dua putra-ya kini benar bener tega melukainya.

"Kamu berubah mas, kamu benar-benar berubah mas." Guma Alina dari sela sela Isak tangisnya.

"Perbuatan kamu sekarang semangkin membuatku percaya mas, jika kamu juga memiliki perasaan pada wanita yang kau sebut sebagai kesalahan mas!" lirih Alina, hatinya begitu sakit.

Tok

Tok

Tok

"Sayang buka, maafin mas sayang."

Angga terus saja mengetuk pintu kamar itu hingga dirinya tanpa sengaja tertidur di depan pintu kamar kedua putranya.

Alina mengusap kedua matanya, hatinya sudah merasa lebih baik.

"kamu harus kuat lina, devan dan david masih butuh kamu. Kalau kamu lemah siapa yang menguatkan mereka ia kaku harus kuat alina." Ujarnya dengan menatap cermin yang berada di ruangan itu.

.....

"Jika tidak mencintainya kenapa harus membuat wanita yang kau cintai terluka tuan?."

-Alina-

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ku Kira Kau Rumah   30. KuKura Kau Rumah

    Aiina menyalahkan ponselnya dan melihat beberapa panggilan tidak terjawab dari guru devan dan david, bram dan Rizky. "Astagfirullah, bagaimana kabar anak anak melihat papanya terluka?, kamu benar-benar pikun alina." Panik alina mengkhawatirkan kedua putranya yang saat ini tinggal bersama angga mantan suaminya. "Tidak-tidak, tidak mungkin aku menghubungi mereka. Bagaimana jika devan dan david marah padaku." Guma alina saat akan menekan panggilan pada nomor ponsel devan. Alina menghubungi angga bram meminta maaf karena meninggalkan perusahaan tiba-tiba. Alina tau perbuatan nya sangat tidak sopan, tapi alina tidak sanggup melihat tatapan semua orang yang sudah pasti mencemooh dirinya. "Alina kamu di mana sekarang?, kamu gak papa kan?." Tanya bram dengan nada khawatir saat mengangkat telpon dari alina. "Aku gak papa bram, maaf karena pergi tanpa pamit tadi." "Aku gak papa bram, Maaf ya tadi aku pergi tanpa pamit." "Aku datang ke kost mu, tapi kamu gak ada di salah lina. Di

  • Ku Kira Kau Rumah   29.KuKira Kau Rumah

    "Terimakasih aku harap kerja sama ini berjalan dengan lancar." Sahut Angga menjabat tangganya bram. Bram hanya menganggukkan kepalanya dan melangkah pergi, Angga langsung menghampiri alina dan menggenggam pergelangan tangannya. "Lepaskan tangan saya tuan Angga" Ucap Alina dengan menekan kata-katanya. "Kamu akan menyesal lina, karena sudah bertindak sejauh ini. Akan aku pastikan kehidupan mu tidak akan menemukan titik bahagia." Alina terkekeh pelan dan tersenyum begitu manis menatap Angga. "Teruslah mengancam hingga anda lupa bagaimana cara menikmati hidup, bukan kah seharusnya anda bahagia tuan karena berhasil menikah dengan jalan anda. Pastikan dulu kehidupan anda bahagia tuan sebelum mengancam orang lain, Dan anda harus pastikan apakah ke dua putra putra ku sanggup bertahan dengan anda." Ucap alina dengan menyentak tangan angga. "Kau." Emosi Angga semangkin meluap mendengar ucapan dari mantan istrinya itu, Angga tidak menyangka karena Alina berani mengatakan itu kepadany

  • Ku Kira Kau Rumah   28. KuKira Kau Rumah.

    "Ahh." Desisnya refleks ingin memeluk leher dewa, tapi itu tidak bisa gemilang lakukan karena ke dua tangannya di kunci tepat di atas kepala oleh dewa. Tangan dewa mulai terulur untuk meraba, memelintir ujungnya, kemudian memerasnya. Dewa pun tidak tahan untuk segera merasakan ujung ujung berwarna pink itu lalu memasukkannya ke dalam mulut. "Papa." Desis Gemilang seraya menekan kepala dewa, meminta ayah mertua untuk semangkin liar memainkan kepunyaan nya itu. Hingga ke duanya tidak memiliki tenaga untuk melanjutkan nya kembali, entah sudah berapa ronde keduanya melakukan pekerjaan menyenangkan itu ---- Bram dan alina baru saja kembali ke perusahaan dan mendapat laporan dari pihak resepsionis jika Angga sudah menunggu di ruang meeting. Saat di dalam lift bram mengambil tangan kanan alina dan mengusapnya dengan perlahan. "Angkat kepalamu lina, jangan pernah menunjukkan wajah takut ataupun panik di hadapannya. Aku yakin kamu bisa, sekarang kamu sudah menjadi dirimu sendiri

  • Ku Kira Kau Rumah   27. KuKira Kau Rumah

    " Kenapa kak rizky suka sekali menuduh orang sembarangan, mana mungkin bram suka sama janda seperti ku, terlebih lagi kami sahabat dari kecil." Bram mengumpat di dalam hati, Karena rizky membuat hubungan nya dengan alina menjadi semangkit sulit. Bram yakin setelah ini alina kembali membatasi interaksi dengan nya lagi kerena tidak ingin mereka menyalahkannya arti kedekatan mereka. "Aku ke toilet sebentar," Pamit Alina kepada bram. "Gak usah ikutin aku, aku bisa sendiri kok." Sambungnya kembali saat melihat bram bangkit dari tempat duduknya. bram menatap kepergian alina dan menghampiri sahabatnya itu. "sejak kapan kau jadi banyak bertanya rizky, Kau membuatku dalam masalah. Kau tau sejak lama aku menyukainya dan menunggu dirinya menjadi seorang janda, kau malah mengacaukan segalanya" "Apa?." Kaget Rizky. "seharusnya aku tidak memanggilmu tadi, dan lagi jangan mengacaukan segalanya rizky." Ujar bram penuh penekanan. Alina merasa heran saat kembali dan melihat Bram dan Rizk

  • Ku Kira Kau Rumah   26. KuKira Kau Rumah

    Alina kembali melamun setelah mendapat telpon dari perusahaan mantan suaminya, Alina tidak menyangka jika angga mau bekerja sama dengan bram dan ini semua cukup membuat alina takut. "Harus bagaimana aku menghadapi semuanya nanti, Aku sangat yakin angga pasti akan kembali membuat drama?." Guma alina dengan menurut wajahnya dengan ke dua tangan miliknya, Bram yang akan melangkah pergi makan siang, menghampiri alina yang terlihat tidak baik baik saja. "Alina kau sakit?." Tanya bram dengan nada khawatir. "tidak aku hanya sedikit mengantuk bram," Jawab alina yang langsung mengubah mimik wajahnya. Bram tidak percaya begitu saja, dan dirinya berusaha menelisik wajah alina yang terlihat sangat cemas. "Apa ini karena pertemuan kita nanti siang?, kamu tenang saja angga adalah pria yang profesional saat bekerja, justru angga yang akan sangat terkejut jika melihat mu berada di sana sebagai sekertaris pribadiku." "Aku hanya takut masalah rumah tangga ku akan membawa dampak buruk bagi Pe

  • Ku Kira Kau Rumah   25. KuKira Kau Rumah

    Devan menatap layar ponselnya dengan tatapan sulit di artikan. Entah kenapa Devan tidak sanggup untuk mengatakan kepada ibunya tentang apa yang ia lihat tadi, Dirinya tidak ingin membuat ibunya kembali sakit. "Sekarang aku semangkin yakin jika keputusan mama dan papa bercerai itu sudah keputusan yang tepat." gumanya di dalam hati. "Apa mama tidak mengangkatnya kak?." Tanya david menatap kedua mata sang kakak. David menggelengkan kepalanya, ia beranjak dari kursi yang saat ini ia duduki. " yuk sebaiknya kita masuk kelas saja. Mama juga lagi banyak kerjaan." Wajah david berubah menjadi murung, dirinya berjalan dengan cepat melangkah duluan meninggalkan sang kakak dengan perasaan kesal. Devan menghela nafas, berusaha menetralkan detak jantungnya, mencoba menghilangkan bayang bayang pengkhianat yang telah di lakukan sang papa kepada mamanya. Sang guru menatap wajah kedua anak itu dengan heran, melihat wajah murung muridnya yang berjalan memasuki kelas. "Ada apa sayang?, kenap

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status