Setelah nyanyi lagu kedua, mereka langsung ngobrol-ngobrol lagi. Tio mulai memberikan ide-ide gila, “Gue rasa kita harus coba bikin lagu sendiri, deh. Biar band kita bener-bener beda.”
Alira mengangguk setuju. “Iya, sih. Gue juga mikir kayak gitu. Kalau kita bisa bikin lagu sendiri, itu bakal jadi nilai tambah buat kita.” Sita, dengan ekspresi serius yang langka, langsung nyaut. “Gue sih siap bikin lirik, asal lo semua bisa kasih ide yang unik. Gue nggak mau lagu kita jadi klise.” Raka yang biasanya lebih banyak diem, tiba-tiba ngomong, “Kita bisa mulai dari pengalaman kita, deh. Kadang-kadang cerita tentang persahabatan atau cinta yang nggak terbalas bisa jadi inspirasi.” Tio langsung ngangguk. “Gue setuju! Kita buat lagu tentang kehidupan kita aja. Pasti banyak yang relate.” Deny yang biasanya nggak ngomong banyak, kali ini ikut nyumbang ide. “Kalau lo pada udah nemu ide, gue siap bantu di bagian drum. Gue sih lebih suka kalau lagunya cepat, biar orang-orang nggak bosen.” Mereka mulai diskusi serius lagi tentang rencana mereka untuk mulai menulis lagu sendiri. Semua udah excited banget buat ngelanjutin band ini ke level berikutnya. Setelah latihan selesai, mereka cabut dari ruang band, tapi suasana hati mereka tetap ceria. Setelah latihan lagu "Kebahagiaan", mereka memutuskan untuk ambil istirahat sebentar. Meskipun semua kelihatan capek, semangat mereka masih tinggi. Sita tiba-tiba ambil gitar dan mulai mainin beberapa akor dengan nada riang. “Eh, gue punya ide nih!” kata Sita sambil terus main gitar. “Gimana kalau lagu pertama yang kita bikin itu tentang… ya, hidup kita yang penuh kejadian konyol gitu, jadi kita bisa ketawa bareng-bareng sambil dengerin lagunya.” Alira ngeliat Sita dengan penasaran. “Apa maksud lo, Sit?” “Ya gitu deh,” jawab Sita, “Bikin lagu yang liriknya itu ngalir, kayak cerita kita sehari-hari yang penuh drama tapi tetap asyik dan nggak nyeselin.” Tio yang dari tadi duduk sambil mainin ponselnya langsung menyambung, “Kayak cerita kita latihan tadi, sih! Lo bayangin aja, kita bikin lagu tentang salah tingkahnya Sita waktu ngedance pas latihan, atau Tio yang nggak bisa berhenti ngomong soal band favoritnya. Itu bakal jadi lagu kocak yang bakal bikin orang ketawa.” Semua pada ngakak dengerin ide Tio, dan Sita langsung ngerespon dengan mimik serius yang nggak biasa dia tunjukkin. “Gue suka ide lo, Tio! Ini harus jadi lagu pertama kita! Tapi liriknya harus lebih dari sekedar bercanda. Kita harus kasih pesan juga supaya nggak cuma jadi lagu lucu, tapi juga bisa nyentuh hati orang.” Alira mikir sejenak, kemudian setuju. “Oke, kita mulai deh. Kita coba bikin liriknya. Lagunya tetep harus asyik, biar orang tetap senang dengerin.” Raka yang lagi sibuk tuning gitarnya langsung ngangkat kepala. “Jadi kita mulai nyusun liriknya sekarang? Gue sih siap. Tapi liriknya yang ngena, ya. Nggak cuma lucu doang, tapi harus ada maknanya.” Tio langsung berdiri, beraksi layaknya seorang pemimpin band sejati. “Gue jadi inget pengalaman waktu kita pertama kali latihan di rumah lo, Alira. Semua pada gugup, tapi akhirnya bisa ngeliat seberapa serunya kita bareng. Itu bisa jadi awal dari lagu pertama kita!” “Setuju!” Sita langsung menambahkan. “Liriknya harus bercerita tentang perasaan kita yang lagi canggung, tapi jadi lebih nyaman karena punya band bareng. Gitu nggak, Lan?” Alira mengangguk sambil nyatet beberapa ide. “Bener banget, Sit. Jadi liriknya tentang ketidakpastian awal, tapi akhirnya kita ngerasa kayak keluarga. Oke, ayo kita tulis.” Mereka pun mulai menulis lirik, semua punya ide-ide lucu dan konyol, tapi juga tetap punya makna yang dalam. Gaya mereka menulis lirik nggak lepas dari interaksi mereka yang sering bercanda, ada yang nambahin bagian lucu, ada juga yang menulis serius. Begitu udah kelar, mereka mulai latihan dengan lirik yang udah ditulis bareng-bareng. Raka mainin gitar, Deny ngatur tempo drum, dan Alira siapin suara. Sita yang nggak sabar, langsung ngebuka mic dan mulai mencoba menyanyikan lirik pertama dengan gaya khasnya yang kocak. --- Lirik Lagu – "Gue dan Lo, Geng Seru!" Vokal Alira: Dulu gue ragu, nggak yakin bisa Ngebentuk band yang seru kayak gini Tapi di sini gue nemuin teman sejati Kita satu, nggak ada yang terpisah Vokal Tio: Tapi ya lo tau, kadang bisa salah Mau latihan, malah main gadget Tapi satu hal yang pasti, kita nggak pernah bosen Geng kita beda, nggak ada yang sama! Vokal Sita (bareng Alira): Jangan takut jadi diri sendiri Karena kita di sini untuk bersenang-senang Meskipun sering konyol, kita tetap kuat Karena band ini adalah rumah kita! --- Saat mereka selesai nyanyi, semuanya langsung bersorak. Tio nggak bisa berhenti ketawa, sementara Sita malah lompat-lompat kegirangan. Deny cuma nyengir tipis, tapi bisa keliatan kalau dia menikmati latihan mereka kali ini. Raka yang biasanya pendiam, ikut nambahin pendapat. “Lagu ini sih pasti bakal bikin orang ketawa, tapi tetep ada pesan yang nyentuh. Gue suka!” Alira, yang memang udah puas sama hasilnya, langsung ngomong, “Kita coba nyanyi ini di depan temen-temen besok, deh. Kalau mereka ketawa, berarti berhasil!” Tio langsung angkat tangan. “Setuju! Kita bikin konser dadakan di sekolah! Siapa tau bisa viral, kita jadi terkenal, dan band kita makin hits!” Sita yang biasanya nggak bisa diam, langsung merencanakan. “Eh, tapi konser kita harus beda dari yang lain. Gue pikir kita bisa kasih sentuhan lucu, kayak misalnya, kita mulai mainin lagu tapi tiba-tiba gue nyasar ke tempat lain, jadi penonton bingung deh.” Alira langsung nyengir, “Itu sih, kalau lo gituin, Sita, semua orang bakal bingung dan gue malah malu-maluin!” Tio yang udah kebanyakan mikir, nambahin, “Gue sih lebih suka kalau kita nyanyi langsung dengan tema lucu kayak gini. Kan bisa bikin orang lebih dekat sama kita.” Mereka pun makin excited dengan ide-ide aneh yang selalu muncul, meskipun itu kadang bikin pusing juga. Tapi satu hal yang pasti, mereka makin solid sebagai band.Setelah video TikTok mereka yang penuh kekacauan itu jadi viral, geng ini jadi pusat perhatian di sekolah. Satu per satu teman-teman mereka mulai ngeh, kalau Geng Seru bukan cuma sekedar band indie kecil-kecilan, tapi juga sumber tawa dan hiburan yang nggak ada duanya. Bahkan guru-guru yang awalnya cuma ngeliat mereka sebagai kelompok siswa biasa, mulai ikut komentar.“Eh, kalian yang di TikTok ya? Video kalian lucu banget, sih! Tapi, jangan sampai ngerepotin kelas ya!” Pak Budi, guru sejarah yang biasa pendiem, ikut nimbrung pas ngeliat mereka ngumpul di depan kelas.Sita langsung nyengir, “Siap, Pak Budi! Tapi kalau kalian mau jadi viral juga, kita bisa bantuin kok!” dia ngelirik ke teman-temannya, seolah ngajak bikin proyek TikTok bareng.Alira nggak tahan ketawa. “Gak usah deh, Pak. Mending Bapak ajarin kami sejarah, biar nanti kami bisa buat video TikTok bertema sejarah! Bisa jadi tren lho!”Temen-temen di kelas mulai pada ngakak. Bahkan Raka yang biasanya lebih serius ikut ketaw
Setelah konser kedua yang sukses besar, Geng Seru lagi santai-santai di kantin sambil ngebahas tren terbaru yang lagi viral. Tentu aja, seperti anak SMA pada umumnya, mereka nggak bisa lepas dari TikTok. Alira lagi asyik scroll feed TikTok di handphone, Sita sambil nyeruput es teh, dan Tio cuma ngeliatin mereka dengan tatapan bingung."Lo pada tau gak sih, tren TikTok yang lagi viral sekarang?" tanya Sita sambil nyengir lebar, kayaknya udah ada ide gila di kepalanya."Tren TikTok? Yang mana, Sit? Gue malah gak ngikutin," jawab Tio sambil ngelus-ngelus kepala gitar elektriknya yang udah mulai berdebu. "Yang gue tau, lo doang yang selalu ngikutin tren, dan kadang... ya gitu deh."Alira langsung nunjuk layar handphone-nya dan ngeliatin ke Tio. "Ini nih, liat! Lagi viral banget sekarang!" Alira nunjukin video TikTok yang lagi nge-hits, yaitu orang-orang yang nge-dance di lagu 'Siren Beat'. Dengan gerakan tangan yang cepet banget, terus kayaknya mereka pada lagi terbang-terbang. "Lo nggak
Setelah konser pertama yang sukses meski penuh kekonyolan, geng ini mulai merasakan vibes yang bikin mereka makin semangat. Reaksi teman-teman mereka yang datang ke konser itu bikin mereka makin yakin bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang besar bahkan meskipun banyak yang cuma datang buat nonton temen-temen mereka berantem di atas panggung.Di sekolah, nggak ada yang bisa berhenti ngomongin tentang Geng Seru. Setiap kali mereka nongkrong bareng, pasti ada aja yang ngegosipin penampilan mereka. "Eh, lo liat nggak Sita yang sampe joget-joget kayak orang kebakaran itu?" tanya salah satu temen sekelas Alira.Tio cuma cengar-cengar, “Yang penting seru, kan?”Deny, yang biasanya lebih kalem, malah nggak tahan ngakak sambil ngedengerin cerita temennya. “Nggak ngerti lagi deh, yang kemarin itu konser atau stand-up comedy?”Alira cuman geleng-geleng kepala sambil ngeliat ke arah temen-temennya. "Lo pada kok lebih banyak ngomongin Sita ya, bukannya soal band kita?" ujar Alira.Sita, yang mema
Sehari setelah latihan seru itu, Alira, Sita, Tio, Raka, dan Deny udah mulai sibuk persiapin semuanya. Walaupun mereka nggak punya banyak waktu, semangat mereka tetap membara buat ngebuat konser dadakan yang udah direncanain di sekolah. Alira udah ngontak panitia OSIS supaya bisa ngadain acara spontan di aula sekolah, dan Sita udah mulai mikirin konsep gila-gilaan buat bikin penampilan mereka beda dari yang lain.“Jadi, kita bakal main di aula depan temen-temen kita, kan?” kata Sita dengan ekspresi serius yang langka. “Gue sih pengennya bikin konser yang bikin orang ketawa, bukan cuma karena lagunya tapi juga karena aksi-aksi kocak kita.”“Gue setuju, Sit. Tapi jangan sampe kita jadi bahan olokan, ya,” kata Alira dengan cemas, meskipun di dalam hati dia udah nggak sabar banget.Raka yang lebih kalem, malah bilang, “Gimana kalau kita bawa elemen kejutan? Kayak, tiba-tiba kita main lagu yang nggak mereka duga.”Tio yang dari tadi diam, tiba-tiba ngeluarin ide brilian, “Gimana kalau di t
Setelah nyanyi lagu kedua, mereka langsung ngobrol-ngobrol lagi. Tio mulai memberikan ide-ide gila, “Gue rasa kita harus coba bikin lagu sendiri, deh. Biar band kita bener-bener beda.”Alira mengangguk setuju. “Iya, sih. Gue juga mikir kayak gitu. Kalau kita bisa bikin lagu sendiri, itu bakal jadi nilai tambah buat kita.”Sita, dengan ekspresi serius yang langka, langsung nyaut. “Gue sih siap bikin lirik, asal lo semua bisa kasih ide yang unik. Gue nggak mau lagu kita jadi klise.”Raka yang biasanya lebih banyak diem, tiba-tiba ngomong, “Kita bisa mulai dari pengalaman kita, deh. Kadang-kadang cerita tentang persahabatan atau cinta yang nggak terbalas bisa jadi inspirasi.”Tio langsung ngangguk. “Gue setuju! Kita buat lagu tentang kehidupan kita aja. Pasti banyak yang relate.”Deny yang biasanya nggak ngomong banyak, kali ini ikut nyumbang ide. “Kalau lo pada udah nemu ide, gue siap bantu di bagian drum. Gue sih lebih suka kalau lagunya cepat, biar orang-orang nggak bosen.”Mereka mul
Setelah Deny akhirnya setuju gabung sebagai drummer, latihan mereka jadi lebih intens. Alira, Raka, Tio, Sita, dan Deny mulai merasa band mereka mulai punya bentuk. Meskipun sering bercanda, mereka serius latihan untuk tampil di depan teman-teman sekolah. Mereka mulai nyiapin lagu-lagu untuk latihan dan konser kecil yang mereka rencanain. Hari itu, mereka latihan di ruang band, ngerjain beberapa lagu dan latihan vokal bareng.“Gue udah bosen latihan doang, nih! Gimana kalau kita coba nyanyi bareng? Sekalian tes vibe band kita,” Tio yang biasanya sok serius, kali ini ngomong dengan nada gila. “Gue udah nggak sabar buat ngeliat reaksi orang-orang pas kita tampil.”“Gue setuju, lo! Gue pengen banget ngeliat band kita bikin orang-orang goyang!” Sita langsung semangat. “Lo tau kan kalau kita bisa mainin lagu indie yang asyik, pasti bisa bikin sekolah heboh!”Alira tersenyum, lalu ambil mic dari meja. “Oke, kita mulai latihan serius. Gue pilih lagu yang udah jadi favorit kita semua, ya. ‘La