Ku Tuning Cintamu Di Amplifier

Ku Tuning Cintamu Di Amplifier

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Oleh:  Selia pOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
10Bab
155Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Alira yang duduk di depan panggung mulai bingung. "Hah? Gila, apalagi nih, Tio?" Tio menoleh ke Alira dan tersenyum penuh arti. "Lo pikir cuma lo doang yang bisa bikin kejutan, Lan?" Alira cuma bisa ngangkat bahu, dan Tio pun mulai nge-set musik. Kejutan pertama udah bikin semua orang terharu, tapi kejutan kedua ini bakal bikin semua orang ngakak. Lagu dangdut mulai terdengar, dengan irama yang cukup kencang. "Eh, gimana kalau kali ini kita sedikit ganti suasana? Kita, band indie, bakal nyanyi dangdut bareng-bareng!" kata Tio, dan nggak lama, lagu dangdut pun mengalun di speaker besar, Penonton yang awalnya bingung, langsung heboh dan ketawa-ketawa. Tio mulai nyanyi dengan penuh semangat, dan seisi sekolah mulai ikut terkejut. Alira yang awalnya nggak ngerti, mulai tertawa terbahak-bahak. Tio mulai menunjukkan aksi kocaknya.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Pertemuan

Alira, atau yang lebih dikenal dengan sebutan si cewek barbar, melangkah dengan penuh percaya diri memasuki ruang kelas 12 IPA 2. Langkah kakinya yang cepat nggak pernah gagal untuk menarik perhatian, baik itu karena tingkahnya yang kadang aneh, ataupun karena suara musik indie yang selalu terdengar dari earphone-nya. Gue nggak tahu kenapa dia bisa jadi begitu... ya, aneh, tapi juga keren. Seperti hari-hari lainnya, Alira datang dengan outfit yang nggak pernah gagal bikin orang-orang jadi mikir dua kali. Pakaian seragam yang dia pakai selalu dipaduin dengan jaket denim, sneakers kotor, dan beanie hitam yang hampir selalu ada di kepalanya.

"Yo, bro!" Alira nyapa temennya yang lagi duduk di bangku paling depan, si cowok populer yang nggak pernah sepi dari penggemar. Dio, yang lagi nulis sesuatu di buku catatannya, cuma nyengir sambil angkat tangan ke arah Alira. "Eh, Lo datang juga akhirnya," katanya, suara santai khas cowok keren yang biasa dikelilingin cewek-cewek.

Alira melangkah cepat menuju bangkunya di barisan tengah, tempat dia biasa duduk sendirian. Nggak ada yang bisa ngalahin kenyamanan duduk di bangku itu, walaupun kadang harus dengerin godaan dari teman-temannya yang lain. Dia menyelipkan earphone ke telinga dan mendengarkan lagu dari band indie yang lagi hits banget. Lirik-liriknya yang penuh emosi bikin dia merasa lebih hidup setiap kali masuk sekolah.

"Kenapa lo dengerin band ini terus, Lan? Pake banget sih!" kata Tio, temen Alira yang duduk di sebelahnya. Tio adalah cowok yang nggak pernah serius, selalu nyengir meskipun dia tahu jokes-nya nggak lucu. Dia nanya, sambil ngambil snack dari tasnya dan kasih ke Alira.

"Jangan ganggu, gue lagi asik!" Alira jawab, nyengir ke arah Tio. "Kalo lo nggak ngerti musik, jangan sok-sok ngomong."

Tio pura-pura kecewa, "Aduh, serius deh, Lo kenapa sih suka banget sama band-band yang nggak ada yang ngerti? Gue lebih suka kalo lo dengerin yang mainstream aja, biar bisa ikutan ngobrol sama orang."

Alira cuma geleng-geleng kepala sambil nambah volume musiknya. “Lo tuh enggak ngerti musik. Ya udah deh, dengerin yang lo suka, gue dengerin yang gue suka.”

Tapi, meskipun sering ribut kayak gitu, mereka tetap sahabat. Karena mereka bertiga, Alira, Tio, dan Sita, selalu saling ngertiin. Mereka punya cara sendiri buat ngobrol, ngatasi masalah, dan kadang, ya, bikin ribet satu sama lain, tapi semua itu justru bikin hari-hari mereka lebih berwarna.

Suatu pagi yang agak aneh, di tengah-tengah pelajaran Kimia yang membosankan, sesuatu yang nggak terduga akhirnya terjadi.

Sebelum bel masuk, guru Kimia baru yang nggak pernah ada sebelumnya datang ke kelas. Kelas jadi langsung heboh, terutama karena guru itu nyuruh seorang cowok yang baru masuk, dengan muka serius dan penampilan yang terkesan santai, untuk memperkenalkan dirinya ke kelas.

Cowok itu, yang ternyata adalah Raka, langsung berdiri dan melangkah ke depan dengan langkah santai. Penampilannya keren, pakai kaos hitam dengan jaket kulit yang menambah kesan “bad boy”. Satu-satunya yang bisa terlihat berbeda dari dia adalah tatapan santai dan senyum tipis yang hampir nggak pernah lepas dari wajahnya.

"Yaudah, gue Raka. Gue baru pindah ke sini, jadi... gitu deh," Raka bilang, sambil ngeliat sekeliling kelas. Dia nggak peduli sama sorotan mata yang terus nempel di dirinya. Cowok ini emang punya cara buat bikin orang nyadar kalo dia bukan orang sembarangan.

Alira yang lagi asik nyemil snack di bangkunya, tiba-tiba berhenti dan ngeliat Raka dengan pandangan serius. "Wah, nih cowok kayaknya kayak punya aura rockstar. Kayaknya enak juga diajak ngobrol soal musik," katanya, dalam hati. Tapi nggak ada yang tahu kalau Alira juga mulai mikir, "Hmm, mungkin bisa nambah temen nih."

Raka langsung duduk di bangku sebelah Alira, yang emang kosong. Teman-teman lain di kelas mulai ngeliat ke arah mereka berdua. Ada yang ngegodain, ada juga yang cuma nyengir. Tapi Alira, yang biasanya cuek, ngerasa aneh sama kehadiran Raka yang begitu santai, padahal dia orang baru.

"Eh, lo tau nggak band-band indie yang lagi hits sekarang?" tanya Raka, seolah nggak ada rasa canggung sama sekali.

Alira yang biasanya udah siap dengan jawaban buat pertanyaan itu langsung ngebuka earphone dari telinganya. “Lo dengerin musik juga?” tanya Alira, dengan muka heran.

“Gue? Jelas dong,” jawab Raka santai. “Cuma, gue lebih suka dengerin yang agak beda dari yang lain. Misalnya, The Sigit atau Temples.”

Alira langsung terkejut, “Lo dengerin The Sigit?! Gue juga!”

Mereka mulai ngobrol lebih lanjut tentang band-band indie, mulai dari yang terkenal sampe yang agak underground, saling tukar pikiran, dan bahkan ngebahas konser-konser yang udah mereka datengin. Ternyata, Raka nggak cuma punya penampilan keren, tapi juga ngerti musik indie lebih dalam. Itu bikin Alira ngerasa lebih nyaman sama dia.

Di luar itu, Tio dan Sita yang mulai melihat perubahan ini cuma bisa ngelirik, sambil saling godain. “Wah, Lan, kayaknya lo udah mulai jatuh cinta deh sama si Raka. Lo sampe ngobrol lama banget sama dia,” goda Sita.

Alira cuma nyengir, “Gue? Cinta? Jangan ngaco, Sit. Gue sama dia cuma ngobrol soal musik.”

Tio yang mendengar cuma angguk-angguk, “Oke deh, kalo gitu, nanti kita liat hasilnya.”

Sejak pertama kali ngobrol tentang musik, Alira merasa ada yang berbeda dengan Raka. Biasanya, cowok-cowok di sekolah cuma tahu tentang band mainstream yang udah sering diputer di radio, tapi Raka? Dia ngerti band-band indie yang jarang didenger orang, bahkan beberapa nama band yang disebutnya bikin Alira langsung terkesan.

“Jadi, lo suka The Sigit sama Temples juga ya?” tanya Alira sambil nahan senyum.

Raka mengangguk santai. "Iya, sih. Gue lebih suka yang agak beda, lo tau kan, musik yang punya vibe lebih nge-rock dan nggak cuma buat party doang."

Alira langsung ngerasa koneksi itu makin kental. Selama ini, dia cuma bisa ngobrol soal musik sama temen-temen terdekatnya, kayak Tio dan Sita. Tapi, dengan Raka, percakapan itu terasa lebih lancar dan seru, apalagi Raka juga nggak segan buat nambahin pendapatnya tentang genre-genre musik yang jarang dibahas orang.

“Lo tau nggak sih, band yang lagi naik banget sekarang? Mereka tuh bukan cuma mainin musik, tapi juga punya makna di balik lirik-liriknya. Kayak Dewa 19, misalnya. Itu band legendaris, meskipun agak mainstream,” kata Alira, mencoba nambahin.

Raka nyengir. “Iya, gue denger, tapi gue lebih suka yang underground. Itu yang bikin gue nggak bosen, loh.”

Percakapan tentang musik itu tiba-tiba dihentikan sama suara guru Kimia yang masuk ke kelas. “Oke, anak-anak, hari ini kita bakal lanjut ke materi tentang reaksi kimia, jadi harap fokus.”

“Ugh, kimia,” kata Alira, setengah kesel. “Jadi, lo mau jadi anak pintar juga ya, Raka?”

Raka cuma ketawa, “Gue sih sebenernya lebih suka ngeliat pelajaran ini kayak... eksperimen, gitu. Kalau ketemu sama yang seru, kenapa nggak?”

Alira langsung ngakak. “Lo sih emang selalu cari cara buat ngeribetin orang, ya.”

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
10 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status