Share

Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia
Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia
Author: Wafa Farha

Munafik Kau, Mbak!

"Arhg! Mas!"

teriakku saat seorang pria membuka pintu kamar di mana aku sedang berpakaian setengah terbuka. Lalu meraih pakaian menutup tubuh asal.

Mas Rayyan, kakak iparku tiba-tiba masuk saat aku melepas pakaian setelah mandi. Apa maunya pria itu? Apa dia sengaja? Harusnya ngetuk dulu.

"Ya, ya! Ri, Maaf!"

Lelaki yang tak lain adalah suami Mbak Wenda itu minta maaf dan segera menutup pintu kembali.

"Ya Tuhan!" Aku mendesah panjang.

Aku lupa mengunci pintu kamar. Ini pasti kebiasaan yang susah hilang dari rumah sendiri. Jadi setelah numpang -belum sehari- di rumah Mbak Wenda mendadak pikun.

Kupikir akan aman di rumah sendirian seperti ini setelah kepergian Mbak Wenda tadi. Gak tahunya, Mas Rayyan datang dari kerja di jam sekarang. Setelahnya aku harus berhati-hati. Betapa banyak kasus perkosaan yang dilakukan kakak iparnya sendiri ada adik istrinya.

_____

Saat keluar dari kamar, langkah otomatis bergerak ke arah dapur. Di sana, Mas Rayyan sedang menata makan siang. Dahiku sampai berkerut-kerut, apa dia menata makanan sebanyak itu untuk dirinya sendiri.

"Oh, Ri. Maaf aku gak tau kamu ada di rumah ini. Ayo duduk makan," ucapnya kala melihatku datang.

"Ya, Mas. Gak apa. Belum lama aku masuk rumah," jawabku canggung. Aku jadi tak enak sendiri. Tubuh yang biasa kututup rapat untuk suami, kini dilihat oleh pria lain. Meski tak sengaja, aku sangat malu dan menyesali. Semoga saja dia cepat lupa kejadian tadi.

Tak lama suara ribut terdengar dari ruang depan. Mbak Wenda datang rupanya.

"Woh, jadi orang kok sombong setengah mati! Lihat saja nanti kalo aku sudah kaya!" omelnya ketika masuk ruang dapur. Dia pasti habis perang mulut sama orang.

"Sudah to, Dek. Gak enak didengar adekmu." Mas Rayyan menasehati dengan lemah.

"Wes Mas. Diem, deh! Aku lho kaya gini dihina orang karena Mas Rayyan gak bisa kasih aku kaya suaminya Ria." Kakak kandungku itu tak terima suaranya semakin meninggi dengan mata melotot pada suaminya.

Lagian, kenapa Mbak Wenda harus menyebut-nyebut dan memuji Mas Revan. Padahal sudah kuceritakan kelakuan bajingan itu sampai aku kabur ke mari.

"Yah, maaf. Ya, sudah duduklah." Lagi, Mas Rayyan menjawab lemah.

Aneh. Kenapa sikapnya seperti suami takut istri. Mbak Wendah emang pedes kalau ngomong. Tapi kupikir dia tidak berani pada suaminya. Terakhir kali, melihat mereka, Mbah Wendah sikap dan bicaranya sangat lembut pada suami.

Aku memang tak pernah berbaur tinggal serumah dengan mereka. Sejak Mbak Wenda menikah, aku memilih mengontrak rumah sendiri hingga akhirnya bertemu dan menikah dengan Mas Revan.

Mbak Wenda mendesah berat. Ia lalu duduk dengan wajah cantiknya kelihatan suntuk sekali.

"Mau sayur bening? Tadi pulang kerja Mas ketemu paman sayur." Mas Rayyan menawarkan pada istrinya yang kelihatan merajuk.

"Biar aku ambil sendiri. Besok nyayur asem, Mas. Kan aku dah bilang akhir-akhir ini pengen yang lebih seger," ucap Mbak Wenda dengan wajah masih tertekuk.

Aku memilih bergeming tak ikut campur. Di meja makan, baru saja menyuap tiga sendok nasi harus kehilangan selera makan ketika Mbak Wendah menyebut-nyebut kebodohanku yang kabur dari rumah.

"Kamu juga sih, Sar! Suami tajir malah ditinggal ke sini. Sabar napa, belum tentu itu perempuan selingkuhannya. Jaman sekarang, cari makan itu susah. Apalagi tempat tinggal!" cerocosnya seolah aku beban baru baginya.

Apa sekeberatan itu Mbak Wenda menampungku saat kesusahan? Padahal dia sering sekali kubantu. Hutang-hutangnya yang puluhan juta juga kuikhlaskan. Belum sehari aku di sini, ngomongnya udah nggak enak banget.

Gimana aku bisa sabar, sudah tiga kali aku menemukan pakaian suamiku berbau parfum wanita. Belum lagi bekas kissmark di lehernya. Tentu saja itu bukan ulahku. Belum lagi mutasi rekeningnya yang terlihat aneh, banyak sekali transferan ke rekeningblain secara berkala. Dari situ aku yakin Mas Revan selingkuh dariku.

Hiss, kalau ingat membuatku ingin membunuhnya saja.

Aku diam tak menanggapi ocehan Mbak Wenda.

"Makanya juga, kalau jadi perempuan doyan dandan, pake baju seksi. Jangan kerudungannnnnn terus," sambung kakakku lagi.

Dia aja yang gak ngerti. Aku bahkan memakai lingerie harga ratusan dollar di rumah. Kerudung ini kan kupakai karena aku seorang muslimah. Lagian sudah ku jelas kan sejak lama, tapi wanita itu tak paham juga.

"Ya, sudah, Mbak. Nanti malam aku pergi dari sini. Aku cari bantuan orang lain saja," ucapku sembari meletakkan sendok agak keras ke piring. Padahal perut sudah sangat lapar.

"Bukan gitu maksudku! Makanlah! Jadi orang tersinggungan amat," kilahnya lagi dengan nada menggerutu.

Siapa pun akan tersinggung kalau dia bahas makanan. Kalau bukan karena tak pegang uang sepeser pun, aku pasti pergi ke tempat lain. Cuma rumah ini yang aman untuk mendapat perlindungan bagi wanita sepertiku.

Dengan perasaan marah tersinggung kusuap makanan ke mulut. Anggap saja aku makan harta yang Mbak Wenda tahan dariku.

Tak lama dering ponsel di atas meja mengalihkan fokus kami. Ada panggilan masuk ke benda pipih milik Mbak Wenda. Mataku menyipit saat melihat foto kontak itu. 'Mas Revan?'

Mbak Wenda segera menutupi ponselnya. Mas Rayyan melanjutkan makan tak curiga, berbeda denganku yang sudah terlanjur melihat siapa yang memanggil.

"Em, bentar ya." Mbak Wenda bangkit menjauh dari kami.

Ada apa dengan mereka? Kenapa dia harus sembunyi-sembunyi dari kami. Bahkan sejak semalam, pria bajingan itu tak menghubungiku sama sekali.

Next? 😁

Jangan lupa follow akun GoodNovel Wafa. Kakak semua akan nemuin cerita-cerita yang seru dan berbeda.💕🙏

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ida Nurjanah
boleh curiga nih ,jangan2 cewe selingkuhan nya ,kaka nya tuh .
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status