Share

Bab 56

Author: HierzhaThree
last update Last Updated: 2025-06-30 12:47:10

Andini sedang menjalankan tugas ke luar kota untuk mempromosikan produk baru dari perusahaannya. Dia memutuskan membawa ibunya, Ratna, dan adiknya, Athala, untuk sekaligus liburan.

Dua hari Ratna dan Athala hanya duduk tenang di dalam kamar, karena Andini sibuk bekerja bersama timnha. Dan hari ini adalah waktu kosong Andini. Ia manfaatkan untuk mengajak ibu dan adiknya jalan-jalan.

Setelah seharian menikmati suasana kota yang baru bagi mereka, malam itu mereka kembali ke kamar hotel dengan wajah-wajah lelah tapi puas.

Athala, yang masih kecil, tampak paling bersemangat. Tawa dan celotehnya mengiringi sepanjang hari, membuat hati Andini dan Ratna hangat meski tubuh mereka terasa penat.

Sesampainya di kamar hotel, Athala langsung melompat ke atas kasur. Andini masih sibuk merapikan perlengkapan kerja, sementara Ratna menyiapkan minuman hangat.

"Athala, sudah malam. Tidur, ya," ujar Ratna lembut sambil menepuk punggung kecil anak itu.

"Iya, Bu," jawab Athala, lalu menggeliat manja sebelu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 79

    Bu Rodhiah duduk di tepi ranjangnya, membiarkan tubuhnya yang lelah bersandar pada sandaran kursu yang sudah mulai lapuk. Wanita paruh baya itu menghembuskan napas panjang, merasakan nyeri di punggungnya setelah seharian bekerja di warung."Alhamdulillah, Ya Allah, hari ini warung rame," gumamnya sambil menghitung lembaran uang di tangannya.Namun, senyum syukurnya tak bertahan lama. Matanya menatap kosong pada tumpukan uang yang belum cukup untuk menutup setoran hutang bank. Ia menggenggam uang itu erat, seolah berharap bisa melipatgandakannya hanya dengan kemauan."Aku harus bisa menyisihkan sebagian buat bayar hutang. Kalau nggak, tanah itu bisa melayang," bisiknya dengan nada putus asa.Bu Rodhiah termenung. Semakin tua, hidupnya terasa semakin berat. Ia iri melihat teman-teman pengajiannya yang selalu tampil dengan tas dan perhiasan baru, sementara dirinya bahkan tak lagi bisa membeli gamis yang dulu selalu ia koleksi. Orang-orang mengira hid

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 78

    Linda duduk di kursi depan toko, tempat yang memang disediakan untuk pembeli yang menunggu. Namun, kali ini, dia bukan pembeli biasa. Jemarinya saling meremas, gelisah tak tertahankan. Sesekali, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak beraturan."Semoga saja Alvin bisa meminjamkan," gumamnya lirih, matanya menatap kosong ke arah jalanan yang ramai.Hatinya dipenuhi kecemasan. Jika Alvin tidak bisa membantunya, ke mana lagi dia harus mencari uang? Pikirannya melayang ke berbagai kemungkinan, tapi semua terasa buntu."Tolong aku, Ya Allah."Linda memejamkan mata sejenak, berusaha mengusir rasa putus asanya. Namun, suara langkah kaki dari arah toko membuatnya buru-buru membuka mata. Alvin berjalan mendekat, ekspresinya sulit ditebak.Begitu Alvin berdiri di depannya, Linda tak bisa menahan diri. "Gimana, Vin? Bisa nggak?" tanyanya cepat, suaranya penuh harap.Alvin tidak

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 77

    Bu Rodhiah pingsan. Tubuhnya ambruk di sofa setelah pertengkaran antara Linda dan Hera memuncak. Keletihan dan tekanan batin yang ia rasakan selama ini akhirnya menguasai tubuh rentanya."Ibu!" pekik Hera panik.Linda, yang juga terkejut, segera membantu meluruskan tubuh sang ibu di atas sofa."Kita harus cari minyak angin!" ucap Hera buru-buru berlari ke dalam kamar ibunya. Tangannya gemetar saat membuka laci lemari di kamar ibu mereka. Setelah menemukannya, ia segera kembali ke ruang tamu dan mengoleskan minyak angin ke pelipis serta hidung Bu Rodhiah.Tak butuh waktu lama, tubuh Bu Rodhiah mulai bergerak sedikit. Napasnya masih berat, tapi matanya perlahan terbuka.Namun, belum sempat suasana tenang, Hera langsung melemparkan tuduhan. "Ini semua gara-gara Mbak Linda! Ibu jadi pingsan!" katanya dengan nada tajam.Linda mendengus kesal. "Aku? Kamu tuh yang teriak-teriak sampai ibu pusing!" balasnya,

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 76

    Kepala Bu Rodhiah terasa berdenyut saat mendengar bahwa bangunan kontrakan yang sedang dibangun di tanah sebelah tanah miliknya adalah milik Ratna dan Andini. Dadanya terasa sesak. Ia sulit mempercayainya.Menantu yang dulu miskin, yang sering ia pandang sebelah mata, kini benar-benar menjadi kaya raya? Tidak masuk akal! Lebih tepatnya, Bu Rodhiah tidak terima kenyataan itu.Ia duduk di kursi kayu di teras rumahnya, mengetuk-ngetukkan jarinya ke lengan kursi dengan wajah muram. Pikirannya kalut. Bisa saja ini hanya akal-akalan Ratna, batinnya. Mungkin saja wanita itu membayar laki-laki tadi untuk berbohong dan mengatakan kalau Ratna lah sebagai pemilik bangunan itu, hanya agar dirinya merasa iri dan tak bisa tidur nyenyak."Tidak, ini tidak mungkin!" gumamnya lirih.Hatinya terus bergejolak. Semakin dipikirkan, semakin ia merasa curiga. Jika benar Ratna membeli tanah itu, pasti kakaknya memberitahunya. Tapi ini tidak ada pun yang memberitahunya? Ia tak akan diam."Hera, ayo kita ke ru

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 75

    Matahari bersinar terik di langit siang, menyorot tanah yang berdebu dan panas. Suara palu berdentam bersahutan dengan deru mesin bor yang menggema di area pembangunan kontrakan. Ratna dan putrinya, Andini, berjalan menyusuri tanah yang masih setengah rata, membawa beberapa kantong plastik besar berisi makanan dan minuman. Keringat mulai mengalir di pelipis mereka, tetapi senyum tetap menghiasi wajah keduanya.Ketika mereka mendekat, seorang pria berbadan tegap dengan kaus lusuh yang basah oleh keringat menoleh. Wajahnya langsung berbinar begitu melihat mereka."Wah, Bu Ratna dan Mbak Andini datang!" serunya, mengusap tangannya yang berdebu ke celananya sebelum melangkah mendekat.Pria itu adalah Pak Sarman, mandor proyek yang mengawasi pembangunan. Para pekerja lain yang tengah sibuk memasang bata dan mengangkat semen menoleh, lalu menghentikan pekerjaan mereka sejenak.Ratna tersenyum hangat. "Iya, Pak Sarman. Saya bawakan makanan buat bapak-bapak semua. Capek, kan, kerja di bawah p

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 74

    Bu Rodhiah baru saja pulang dari rumah sakit ketika Hera menyambutnya dengan penuh semangat. Wajah wanita paruh baya itu tampak letih, matanya sayu, dan langkahnya sedikit terseret. Beberapa jam di rumah sakit membuatnya kelelahan, terutama karena harus bergantian dengan Linda mengurus cucunya yang baru lahir, sementara Andi sedang keluar."Ibu capek banget ya?" tanya Hera, membawakan segelas air putih.Bu Rodhiah hanya mendesah panjang. Ia melepas kerudungnya dengan gerakan malas, lalu menghempaskannya ke kursi sebelum duduk dengan lemas. Setelah meneguk air, ia akhirnya membuka suara."Anisa baik-baik saja, bayinya juga sehat," katanya, suaranya terdengar lemah namun tetap mengandung nada kesal. "Tapi kamu tahu sendiri Anisa itu. Baru melahirkan saja sudah banyak maunya. Minta dirawat di ruang VVIP, katanya capek habis melahirkan. Habis itu, dia nyuruh-nyuruh Ibu dan Linda ini-itu, rempong sekali!"“Ya kan Lin?” tanya Bu Rodhiah pada Linda yang sedang berjalan menuju kamarnya.“Iya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status