Share

Bab 60

Author: HierzhaThree
last update Last Updated: 2025-07-07 16:31:08

Andini duduk di kursi depan televisi sambil menggulir layar ponselnya. Hatinya masih gelisah memikirkan kejadian hari ini.

Semalam ia sudah mengingatkan ibunya, jika Hera datang menemui ibunya untuk meminjam uang, jangan dipinjamkan. Andini takut keluarga ayahnya akan memanfaatkan ibunya, setelah tahu kalau ibunya adalah pemilih warung makan.

Taoi Andini tahu kelemahan ibunya, yang selalu tidak tega dan merasa kasihan. Sebab itulah Andini begitu penasaran apakah tantenya, Hera, datang menemui ibunya atau tidak. Andini menatap ibunya yang sedang sibuk menulis di sebuah buku.

"Bagaimana, Bu? Tante Hera hari ini datang menemui Ibu nggak?" tanyanya, mencoba menekan nada khawatir dalam suaranya.

Ratna berhenti menulis sejenak, lalu mendesah pelan. "Ya. Padahal Ibu sengaja nggak datang ke warung cabang. Tapi ternyata dia datang ke warung pertama."

Andini mengerutkan kening. "Kok bisa Tante Hera tahu kalau Ibu punya dua warung?"

Ratna meletakkan pulpennya, lalu memijat pelipisnya. "Paling Fi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 64

    Andini sedang duduk di kantin bersama teman-temannya ketika ponselnya tiba-tiba berdering. Ia segera merogoh saku dan melihat layar. Sebuah panggilan dari nomor tak dikenal.“Halo,” sapa Andini hati-hati.“Halo, Mbak. Saya dari konter Janu. Ini ada mbak-mbak yang mau jual ponsel seperti yang Mbak posting. Nomor IMEI-nya pun sama persis dengan yang Mbak tulis,” ujar suara seorang pria di ujung telepon.Jantung Andini berdegup lebih cepat. Tangannya refleks menggenggam ponsel lebih erat. “Dia seorang wanita? Sedang hamil, Mas?” tanyanya, firasatnya semakin menguat.“Iya, Mbak. Betul,” jawab pria itu.Andini menarik napas dalam, menenangkan diri. “Tolong tahan dia sebentar, Mas. Saya akan mengirim teman saya ke sana.”“Baik, Mbak. Tapi jangan lama-lama, ya. Saya bingung juga kalau harus menahannya terus.”“Iya, Mas. Tolong kirimkan alamat lengkapnya.”Begitu pesan berisi alamat masuk, Andini segera meneruskannya ke Rio. Ia sudah bercerita pada Rio tentang ponsel Athala yang hilang, dan s

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 63

    Andini berjalan mondar-mandir di depan ruang televisi, tangannya mengepal, matanya penuh amarah. Pikirannya berkecamuk, mencoba mencerna kejadian yang baru saja terjadi.Andini jelas-jelas masih ingat, sebelum sholat dia yang mencharge ponsel Athala. Bahkan Ratna pun mendukungnya, karena ibunya juga melihatnya. Aneh, jika tiba-tiba nggak ada ."Aku harus ke rumah nenek sekarang, Bu! Aku yakin banget Tante Hera yang ambil ponsel Athala!" serunya penuh emosi.Ratna, yang sedang menyendokkan nasi ke piring Andini dan juga piringnya, menoleh ke arah putrinya. Wajahnya tampak lelah, tetapi ia berusaha tetap tenang."Sabar dulu, Kak. Kamu makan dulu aja," ujar Ratna dengan suara lembut namun tegas. "Nanti setelah makan, baru ke rumah nenekmu."Andini menghela napas kasar, lalu menjatuhkan diri ke karpet depan televisi. Meski hatinya mendidih, ia menurut. Perutnya memang sudah terasa lapar sejak tadi, dan ibunya benar—tak ada gunanya marah-marah dengan perut kosong.Sambil menyendok nasi ke

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 62

    Anisa berdiri di tengah ruang keluarga dengan tatapan tajam. Wajahnya merah menahan emosi. "Kenapa kalian diam?" suaranya bergetar, penuh tuntutan. "Mana kartu ATM kalian? Atau yang pakai M-Banking, aku lihat langsung dari HP kalian."Tidak ada yang bergerak. Hanya keheningan yang memenuhi ruangan.Alvin menelan ludah. Jika Anisa melihat isi rekeningnya, habislah dia. Saldo rekeningnya hanya beberapa ratus ribu rupiah—tidak pantas untuk seseorang yang mengaku bos. Jika ketahuan, pasti Anisa mulai bertanya-tanya, dan itu bisa menghancurkan citranya. Bukan hanya malu, bisa-bisa Alvin akan menjadi bulan-bulanan orang rumah."Maaf, Mbak Anisa," akhirnya Alvin angkat bicara, suaranya terdengar berat. "Aku kurang setuju. Keuangan itu privasi. Kita punya hak untuk menolaknya."Hera segera menimpali, wajahnya tetap tenang, tetapi matanya berkilat waspada. "Aku juga tidak setuju." Tangannya mengepal erat di pangkuannya. Bagaimana jika Anisa melihat mutasi rekeningnya? Dia baru saja menyetor ua

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 61

    Suasana rumah yang semula tenang mendadak riuh oleh suara pertengkaran. Anisa berdiri dengan tangan bertolak pinggang, wajahnya merah padam, sementara Linda tampak lelah dan pucat, bersandar di kusen pintu dengan ekspresi tak percaya."Ada apa ini ribut-ribut?" suara Bu Rodhiah yang hendak pergi ke toilet memecah ketegangan. Langkahnya terhenti saat melihat anak dan menantunya saling bertatapan tajam."Ini Bu, uangku hilang! Paling yang ambil Linda!" tuduh Anisa tanpa ragu. Suaranya penuh emosi.Linda mengangkat wajahnya, matanya yang sayu menatap Anisa dengan kaget. "Aku nggak ambil, Mbak. Demi Allah!" suaranya lirih, tapi tegas."Iya Lin, kamu ambil uang Anisa?" tanya Bu Rodhiah, menahan desakan buang air kecil.Linda menggeleng lemah. "Enggak, Bu. Sumpah!”Hera, yang sedari tadi mendengarkan dengan saksama, ikut bersuara, menambah panas suasana. "Uangku juga hilang kemarin, Bu."Bu Rodhiah mengernyitkan dahi. "Kok bisa sih uang kalian pada hilang? Aneh."Belum sempat mereka melanju

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 60

    Andini duduk di kursi depan televisi sambil menggulir layar ponselnya. Hatinya masih gelisah memikirkan kejadian hari ini.Semalam ia sudah mengingatkan ibunya, jika Hera datang menemui ibunya untuk meminjam uang, jangan dipinjamkan. Andini takut keluarga ayahnya akan memanfaatkan ibunya, setelah tahu kalau ibunya adalah pemilih warung makan.Taoi Andini tahu kelemahan ibunya, yang selalu tidak tega dan merasa kasihan. Sebab itulah Andini begitu penasaran apakah tantenya, Hera, datang menemui ibunya atau tidak. Andini menatap ibunya yang sedang sibuk menulis di sebuah buku."Bagaimana, Bu? Tante Hera hari ini datang menemui Ibu nggak?" tanyanya, mencoba menekan nada khawatir dalam suaranya.Ratna berhenti menulis sejenak, lalu mendesah pelan. "Ya. Padahal Ibu sengaja nggak datang ke warung cabang. Tapi ternyata dia datang ke warung pertama."Andini mengerutkan kening. "Kok bisa Tante Hera tahu kalau Ibu punya dua warung?"Ratna meletakkan pulpennya, lalu memijat pelipisnya. "Paling Fi

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 59

    Hera menatap jam dinding di kamarnya. Jarum pendek hampir menyentuh angka sembilan, sementara jarum panjang terus bergerak mendekati angka dua belas. Ia menghela napas pelan, rasa gelisah mulai merayapi pikirannya. Seharusnya Alvin sudah pulang sejak satu jam lalu. Biasanya, selepas Isya, suaminya itu sudah ada di rumah, bahkan sering kali lebih awal.Perutnya mulai terasa nyeri. Bukan hanya karena kehamilan yang sudah besar, tetapi juga karena lapar yang semakin menggigit. Terakhir kali ia makan adalah siang tadi, setelah pulang dari warung Ratna. Seharusnya malam ini ia sedang makan di luar bersama Alvin, menikmati makanan hangat seperti yang dijanjikan suaminya. Namun kenyataannya, ia masih di sini, sendirian, dengan perut kosong dan hati yang mulai tidak tenang.Ia melirik ponselnya. Puluhan pesan yang dikirimnya ke Alvin masih berstatus centang satu. Panggilan yang berulang kali ia lakukan hanya berakhir di nada sambung, tanpa jawaban."Mungkin dia masih di jalan," gumamnya, menc

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status