Bab 47 Zorah Semakin Terpuruk
"Bu Zorah, untuk kepentingan penyelidikan, kami juga ingin menyita kartu ATM dan Buku Bank milik Arza."
Perkataan petugas tersebut mengacaukan otak Zorah.
"Tapi, Pak. Bagaimana kami ingin membeli kebutuhan hidup kalau kartu debitnya disita?"
Zorah mencoba mempertahankan ATM Arza agar tetap berada di tangannya.
"Bu, sebaiknya Ibu serahkan sekarang baik-baik. Tidak usah banyak alasan ini itu." Suara keras itu kembali mengejutkan Zorah.
Zorah terpaksa merasakan kekecewaan. Di tambah dengan di tahannya Arza di kantor polisi membuat Zorah takut ikut terlibat. Dengan terpaksa Zorah mengambil kartu ATM di dompetnya, serta mengambil buku Bank Milik Arza. Lalu menyerahkannya pada petugas tersebut.
&nb
Bab 48 Status Rumah Yang belum Mereka Ketahui Zorah tidak tahu harus kemana, sedangkan kedudukannya di rumah Ramon sudah tersingkirkan. "Nadine luar biasa keterlaluan. Perempuan itu sama sekali tidak bodoh tetapi licik keramat licik. Sampai dia mengetahui mana sertifikat yang asli dan mana yang palsu. Arza salah selama ini menilai Nadine hanya sebagai perempuan dungu. Lihat sekarang Aku gagal menipunya." Zorah terus saja menggerutu. Zorah meraih handphone. Dan Menelpon seseorang. "Halo, nak. Kamu di mana sekarang?" Nadine membuka percakapan. "Saya sedang di rumah teman, tolong jangan ganggu saya deh. Nih kami sedang sibuk bikin tugas. Oh ya satu lagi mungkin saya tidak bisa pulang, ma. Saya nginep di rumah teman. Kemungkinan besok Debbie langsung pulang
Bab 49 Nadine dan Mantan Mertua Dengan tergesa-gesa Bu Farah menemui Arza di balik jeruji besi. Hati Bu Farah masih berkecamuk tidak terima melihat keadaan Arza yang terkurung di penjara. Setelah menunggu, akhirnya tibalah waktunya untuk bertemu langsung dengan sang anak. Petugas yang berwenang memanggil namanya. Dengan mata yang sembab, Bu Farah melihat keadaan Arza tidaklah lebih baik dari pada kemarin. Badan anaknya mulai tidak terurus, rambut yang kelihatannya belum di sisir. Tidak ada lagi jas kebesaran yang setiap hari menemani hari-hari sebelumnya. Tidak ada lagi sepatu mahal yang membungkus kedua kaki anaknya. "Arza mengapa kamu melakukan penggelapan uang tersebut? Gajimu sudah cukup besar mengapa masih mencari uang dengan cara yang tidak benar." "Maaf
Bab 50 Menanggung Malunya Hari ini, sesuai dengan yang Arza katakan, Zorah akan pindah ke rumah Arza dulu. "Tidak ada salahnya aku pindah kerumah Arza, toh dia adalah kekasihku. Dari pada diam di rumah Ramond ku*lat ini, sampai di usir sama Nadine." Dalam benak Zorah, rumah Arza sudah lebih dari cukup untuk di tinggal gratis.dari pada harus mengontrak rumah yang setiap tahunnya jutaan. Untuk memudahkan pekerjaannya, Zorah menyewa sebuah mobil pick up untuk jasa angkut barang. Kunci pribadi rumah telah Arza tunjukkan tempatnya. Memang, dulu Nadine dan Arza memiliki kunci rumah masing-masing. Dan untuk membantu memudahkan pekerjaannya, Zorah di bantu oleh seorang Art. Bik nur. Biasanya Bik Nur beker
Bab 51 Kebaikan Hati George Hari ini, Nadine pergi ke kantor dengan kesehatan yang kurang fit. Badannya terasa lemas. "Nduk, kalau kondisi badan kurang sehat, apa lebih baik libur dulu kerjanya hari ini. Jangan terlalu dipaksakan. Nanti malah dampaknya lebih buruk, Nduk." Mbok Jum mencoba menasehati. "Tidak apa-apa Bu, rasanya Nadine masih kuat. Lagipula kalau libur hari ini, takut kena marah atasan, Mbok. Atasan kami orangnya galak." Jawab Nadine seraya mengambil sepotong roti di meja makan. "Apa sarapannya cuma sepotong roti saja, nduk?" "Ini sudah cukup, Mbok. Tolong nanti seperti biasanya untuk menjemput si kembar dari sekolah ya, Mbok." "Oh itu tidak masalah, nanti mbok yang jemput." Jawab mbok Jum.&
Bab 52 Perkara Rumah "Assalamualaikum..." Sapa seorang wanita uang baru saja tiba di depan pintu ruangan rumah sakit. Nadine menoleh. Ada seorang wanita paruh baya dengan penampilan elegan. Eanita itu datang bersama George. Di tangannya ia menenteng sebuah tempat semacam keranjang, dan di dalamnya terlihat penuh dengan bingkisan. Entah apa isinya "Haloo Nadine. Kenalkan ini Mamaku." George memperkenalkan. Wanita itu mengulurkan tangannya. . "Nadine..." Ucap Nadine sembari menyambut uluran tangan ibunda George. "Vera, panggil saja Bu Vera." Balasnya lembut sekali. "Hehe... Iya, Bu Vera. Terimakasih udah menyempatkan diri menjenguk saya." "Nadine, ibu kemari
Bab 53 Memberi Penjelasan Hari ini, Nadine di temani oleh Bu Vera, menunggu kedatangan orang tua Nadine yang akan segera datang. Bagi Nadine, Bu Vera adalah sosok yang cekatan dan peduli sesama. Nadine belum diperbolehkan untuk pulang, karena tubuhnya belum pulih betul. "Bu Vera, saya berterimakasih banyak sama ibu. Sudah mau repot-repot menemani saya." Bu Vera mengambil posisi duduk di sisi tempat tidur Nadine. "Ah tidak apa-apa, Ibu juga senang bisa menemani kamu. Oh ya nanti apabila kamu telah sembuh, boleh ya sesekali main ke rumah ibu." "Maaf, Kalau boleh tahu rumah Ibu itu di mana ya?" Tanya Nadine. "Nanti kamu sama George sesekali
Bab 54 Gara-gara Postingan Zorah duduk lunglai di sebuah kontrakan, memandang onggokan barang-barang yang bertumpuk di depan matanya. "Kemana aku akan pergi setelah ini? Apakah selamanya aku dan Debbie tinggal di kontrakan kecil ini. Malasnya..." Zorah melamun Ditengah lamunannya, Debbie mendatangi Zorah dengan langkah loyo dan tidak bersemangat. "Ma, biaya kuliah Debbie gimana? Udah nunggak tahu. Debbie malu, Ma, apakah mama sungguh-sungguh tidak punya uang lagi?" anak itu merengek. Zorah semakin terpukul dengan rengekan Debbie. Memang selama ini, segala sesuatu yang mereka butuhkan, mereka tinggal minta kepada Arza. Sekarang, Zorah bingung sendiri. Sudah tidak ada lagi seseorang yang bisa ia jadikan tempat bergantung.&n
Bab 55 Misteri Pembayaran Pengacara Di kursi ruang tamu rumahnya, Richardo mendengar baik-baik suara seorang perempuan yang sedang berbicara serius dengannya. "Saya sudah menyiapkan semua biaya sebagai balas jasa Pak Richardo selama ini. Sudah cukup banyak masalah yang Bapak selesaikan. Jujur saya merasa sangat terbantu." Ujar Nadine Pak Richardo tidak langsung menjawab, justru ia merasa kebingungan untuk menyusun kata-kata untuk mengatakan hal yang sebenarnya. "Mbak Nadine. Bukan saya tidak mau menerima uang dari Anda. Tapi kenyataannya, semua biaya itu telah terbayarkan." Kali ini, Nadine yang di buat kebingungan mendengar ucapan Pak Richardo. "Maksudnya, terbayarkan oleh siapa? Dan karena apa?" Nadine penasaran.