'Aku tahu, kalau kamu gak pernah memegang uang cash.' Shanum terkekeh dalam hatinya saat dia tahu kalau Arya pasti sedang kebingungan. Mana mungkin pria itu mau memesan steak, kalau nggak ada uang cash.Shanum ingin tertawa terbahak-bahak rasanya, karena drama OKB yang tengah terjadi saat ini akan segera berakhir dengan ending yang menyedihkan. Namun, ia tahan hasrat tertawanya itu dan berusaha agar tetap bersikap tenang dan terlihat elegan di depan para benalu yang mencoba menyingkirkannya itu. Arya tampak berpikir keras, lalu ia kini menatap Shanum karena dialah satu-satunya orang yang bisa memberikan solusi untuknya saat ini. "Sha, kamu ada uang cash?" tanyanya kemudian tanpa malu-malu lagi. Shanum menggelengkan kepalanya tak peduli. Seakan pertanda kalau dirinya tidak memiliki solusi. Ia tengah fokus menghabiskan makanan di piring."Bu, Lila, Ra, kalian ada uang cash, kan?" tanya Arya pada ketiga wanita itu. Kini hanya merekalah harapan Arya agar mereka bertiga tetap percaya ka
Anara tampak menelan ludahnya susah payah, dan gusar menunggu jawaban dari sang suami yang masih larut dalam diamnya."Kenapa diam, Mas? Apa benar yang dikatakan sama Ibu?" Anara akhirnya membuka suara, karena tak dapat menahan rasa penasarannya.Arya merasa ketar-ketir. Dia sungguh tak ingin rahasianya terbongkar untuk saat ini. Setidaknya, masih beberapa langkah lagi sampai dia menjadi pemilik semua aset almarhum ayah mertuanya."Kalian ini kenapa sih nanya begituan. Aku nggak pernah bohong selama ini, dan aku minta supaya kalian diam saja, jangan lakukan apa pun pada Shanum. Karena aku yang akan mengurusnya sendiri," ucap Arya pada akhirnya setelah bersusah payah menekan perasaan gugup yang sempat melanda hatinya. Bu Desi dan Anara saling bertatapan selama sepersekian detik. Ucapan Arya begitu meyakinkan sehingga mereka tak punya alasan lagi untuk meragukan pengakuan pria itu. "Baiklah, kami percaya, Arya. Tapi, tolong ya kamu harus segera mengusir Shanum dari rumah ini. Toh, dia
Arya pun tak bersuara lagi. Ia memilih merebahkan dirinya di ranjang. Percuma rasanya mengajak Shanum bicara, sementara wanita itu sudah menutup hatinya."Shanum … satu hal yang paling aku sesali adalah mengkhianatimu, tapi asal kamu tahu, kalau aku sungguh menyesal dan tak mau kehilanganmu," ucap Arya lirih. Shanum mendengarnya, namun memilih abai dan tetap memejamkan matanya.Ia tak mau mendengar apa pun perkataan Arya, yang nantinya hanya akan menggoyahkan niatnya untuk bercerai.'Terlambat, Mas. Semuanya sudah terlambat. Aku nggak akan berpikir dua kali untuk mengakhiri pernikahan ini, dan mengusir kalian pergi dari rumah ini. Aku, sudah tak ingin mendengar apa pun alasanmu,' batin Shanum seakan menimpali ucapan Arya. Kata-kata itu nyatanya hanya dapat terucap dalam hatinya."Aku harap apa pun yang terjadi, jangan pernah berpikir untuk bercerai dariku. Karena aku, sangat mencintaimu, Shanum," ujar Arya lagi. Ia memiringkan tubuhnya, menatap punggung Shanum yang tidur membelakangin
(Flashback)Empat tahun yang lalu….Kala itu, Arya sedang dalam perjalanan pulang dari tempat kerja. Saat di jalanan sepi, mendadak saja pria yang menaiki sepeda motor itu menghentikan roda duanya, tatkala melihat sebuah mobil tak jauh di hadapannya yang sedang menjadi sasaran begal.Tanpa pikir panjang lagi, Arya langsung berlari dan menolong sang empunya mobil itu. Seorang pria paruh baya, usianya sekitar 50-an tahun.Ia tahu itu pasti berbahaya, tapi dengan nekat Arya menolong pria yang ternyata Dhanu Mahendra malam itu. Biar bagaimanapun, Arya pernah mempelajari seni bela diri dulu. Untuk jaga-jaga hal seperti ini terjadi. Ya, meskipun tidak begitu jago, setidaknya bisa untuk sekadar membela diri ketika dalam situasi seperti sekarang ini. Bugh!Arya langsung menyerang salah satu kawanan begal itu hingga tubuhnya terkapar ke aspal jalanan."Siapa lo!" teriak pria tanpa rambut itu tak terima ketika melihat kawannya terkapar oleh satu pukulan saja. "Nggak penting kalian tau saya
Segera setelah berkata seperti itu, Shanum mengirimkan pesan pada Zayn untuk mengakhiri hubungan. Di dalam kamarnya, Shanum menangis tersedu ketika harus mengabaikan pesan maupun panggilan dari kekasih hatinya ketika dirinya tiba-tiba memutuskan hubungan kasih yang sudah terjalin cukup lama, tanpa alasan yang jelas.Zayn heran bukan main, karena sebelumnya hubungannya dengan Shanum baik-baik saja. Nyaris tidak ada masalah. Dan kini, Shanum tiba-tiba saja membuat Zayn kelabakan dan berpikir tentang apa yang terjadi pada Shanum hingga tanpa tedeng aling-aling langsung mengatakan keinginannya untuk putus. "Sha, apa yang terjadi padamu sebenarnya?" gumam Zayn lirih. Ia sedang dalam perjalanan menuju ke rumah Shanum untuk mendengarkan secara langsung penjelasan dari wanita yang dicintainya itu.Zayn mempercepat laju mobilnya agar segera sampai ke rumah pujaan hatinya.Sesampainya di sana, Zayn harus menelan kekecewaan saat Shanum memilih enggan menemuinya dan menjelaskan segalanya. "Shanu
"Mas, aku hamil …," ucap Anara takut-takut suatu hari ketika Arya datang ke rumah sewaan yang sengaja disewanya agar bisa aman berhubungan dengan Anara. Meskipun begitu, hubungan Arya dan Anara sejak awal sudah diketahui dan didukung oleh Bu Desi. Sehingga, Arya semakin tidak peduli dengan efek yang akan ditimbulkan jika suatu saat nanti Shanum akan mengetahui semua pengkhianatannya."A–Apa?" Sontak saja, Arya terlonjak kaget begitu sampai di rumah kontrakannya. Pria itu sungguh tak menyangka kalau Anara akan secepat itu mengandung benihnya. "Aku hamil, Mas. Kamu harus tanggung jawab!" Anara mempertegas ucapannya dan mulai terisak. 'Ah, pening kepalaku!' gerutu Arya kesal, karena sejujurnya kabar kehamilan Anara sangatlah mendadak, hingga dia tak tahu harus bereaksi bagaimana. Wajar saja jika Anara hamil, karena hubungan mereka sudah terlampau jauh selama ini. Entah sudah berapa kali mereka melakukan hubungan yang seharusnya hanya dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah. Arya
Srukk!Shanum menghempaskan kasar berkas yang sedari tadi ia teliti dengan seksama. Hari ini dia kembali ke kantor, dan kini dia berada di ruangan Arya, di mana sang empunya memang belum menampakkan batang hidungnya. "Keterlaluan!" desisnya kesal setelah memilah dan mencoba memahami berbagai laporan yang dipelajarinya sejak satu setengah jam yang lalu.Feri yang duduk dihadapan Shanum malah menautkan kedua alisnya. Mungkin heran dengan ekspresi bengisnya kini. Sekaligus tak menyangka jika sahabatnya yang lemah lembut bisa berubah garang seperti saat ini. Shanum tampak memijat pelipisnya pelan. Saat ini, dia memang sedang memeriksa beberapa laporan keuangan perusahaan. Sementara butik dan toko bunganya diurus oleh orang kepercayaannya lagi. "Kenapa sih? Galak amat, deh," celetuknya diiringi seringai jahil. "Dari laporan yang kubaca, aku baru tahu kalau selama ini Mas Arya menyelewengkan dana perusahaan ke rekening pribadinya, Fer," jawab Shanum seraya mengarahkan dagu pada tumpuk
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri, Sha?" tanya Feri heran yang melihat kalau Shanum sejak tadi selalu senyum. Entah apa yang sedang dibaca di ponselnya itu. Shanum menggelengkan kepalanya samar, sambil menatap wajah sahabatnya. "Nggak ada, hanya saja aku sedang menertawakan sesuatu hal yang lucu saja," ucapnya sambil mengulas senyum misterius, yang kembali membuat Feri bertanya-tanya akan isi pikiran Shanum saat ini.Entah mengapa, pria itu yakin sekali kalau Shanum saat ini sedang tidak baik-baik saja. Namun dengan lihainya, perempuan itu menutupi semua masalahnya seperti tidak terjadi apa-apa dalam hidupnya padahal Feri mengerti dari sorot mata sendunya. Apalagi, mengingat kemarin Feri memergoki Arya datang bersama wanita yang tidak diketahuinya, dan apa hubungannya dengan Arya pun masih menjadi tanda tanya besar bagi Feri. 'Apa jangan-jangan, si Arya selingkuh sama wanita yang dibawanya kemarin itu?' gumam Feri bertanya-tanya dalam hatinya. Pikiran itu terlintas begitu saja, dan