Share

Enam Belas

"Apa, Pak."

"Lanjutkan pekerjaan kamu. Saya masih banyak pekerjaan. Jangan lupa teh hangat nanti di minum, kalau sakit pulang. Besok izin nggak apa-apa."

"Iya."

Aku menganga mendengar semua ucapan Pak Erlan. Kalimat itu tidak pernah aku dengar dari Mas Reno. Perhatian kecil pun jarang aku terima dari suamiku. 

Pria itu belum menikah, tapi sangat perhatian dengan karyawan yang memiliki keluarga. 

"Wid, diperhatiin Pak bos, nih."

Hmm ... biang gosip datang. Si mulut lemes datang membawa kerusuhan pasti. Sedari tadi dia memperhatikan aku dan Pak Erlan.

Teringat tadi Mas Reno marah saat aku mengeluh tentang ibunya. Memang benar apa yang aku utarakan tentang dua orang yang datang ke rumah kemarin.

Nasihat Budhe pun selalu aku ikuti. Katanya, bertahan jika memang harus dipertahankan. Lepaskan jika sudah tak pantas di pertahankan.

"Mba Wid. Ini teh hangatnya."

"Eh--terima kasih, Don."

"Sama-sama."

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status