Share

12. Mas Arman Muka Tembok

Memang gila, ya. Mantan suamiku ini. Tak tahu malu sekali. Perihal duit, kok, larinya malah ke aku.

"Aku gak punya simpanan, Mas. Biaya buku, baju dan sekolah Nurul udah kubayar buat beberapa bulan. Aku gak ada pegangan lagi," ujarku bohong.

"Ah, masak gak punya simpanan. Kan kamu dan Nurul numpang gratis di kosannya adikmu itu."

Mataku menyipit tak percaya pada ucapan pria yang pernah jadi parasit dalam hidupku ini.

"Gratis Mas bilang? Jangan samakan aku dengan diri Mas Arman, ya, yang cuma bisanya menengadahkan tangan pada istri. Aku tinggal dengan Lita juga bantu buat makan dan bayar kos-kosan, Mas. Aku ini punya otak dan sadar diri," ucapku berapi-rapi. "Udah, ah. Jangan pernah nemuin aku lagi kalo cuma mau bicara tentang duit, Mas. Sana kerja! Kalo perlu suruh istri Mas jadi tukang cuci biar bisa kasih duit buat laki barunya."

"Aku ngomong baik-baik, ya, Li. Kenapa kamu jadi kasar gitu?!" Mas Arman berkacak pinggang. Suaranya meninggi. Orang-orang yang lewat di sekitar, menoleh ke
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status