Share

931

last update Last Updated: 2025-09-04 00:42:03

Tidak ada yang membalas dengan teriakan, tidak ada pekik keberanian. Hanya ada ketaatan mutlak. Seruan itu diterjemahkan menjadi tindakan nyata.

Mereka mengalirkan energi Ilahi masing-masing. Dari para tetua dengan kekuatan puncak ranah hingga para pemuda yang masih belajar menata aliran, semua ikut menyalurkan tenaga. Tidak peduli besar atau kecil, setiap titik kekuatan dilepaskan tanpa ragu. Bahkan mereka yang hanya mampu mengerahkan seberkas cahaya kecil tetap mengalirkannya, seakan tahu bahwa kebersamaan inilah yang membentuk benteng tak tergoyahkan.

WEENG!

Energi bergemuruh. Dari ribuan titik di berbagai penjuru galaksi, aliran Ilahi terbang menembus ruang, bersatu menuju tiang bendera yang menjulang triliunan meter itu. Semakin banyak energi yang masuk, semakin pekat dan tebal pula pelindung yang menyelubungi galaksi, menjadikan kubah semesta itu semakin kokoh.

Saat itulah fenomena menakjubkan lahir di hadapan semua mata.

Arus energi yang bersatu memanggil sesuatu yang jauh
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
cerita yang sangat bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kultivator Inti Semesta   994

    Hati Xiao Tian terguncang hebat. Tekanan dari Gerbang Kehampaan yang menghancurkan tubuhnya kini melebur dengan tekanan batin yang jauh lebih mengiris. Dadanya terasa kosong, seperti ada bagian yang hilang dan tidak pernah bisa kembali. Seluruh perjuangan, rasa sakit, darah, dan kesendirian yang ia lalui, dalam sekejap terasa tak ada artinya. Napasnya melemah. Tubuhnya terkulai, wajahnya nyaris mencium permukaan tangga yang dipenuhi darah. Kesadarannya kabur, pikirannya hampir tenggelam dalam jurang kehampaan. Dan kehampaan itu bukan sekadar ketiadaan, melainkan lubang hitam yang berusaha menelan tekadnya, memadamkan cahaya kecil yang tersisa dalam hatinya. Namun, di titik itulah sesuatu muncul di dalam hatinya. Kilatan ingatan, lembut namun kuat, kembali mengisi ruang kesadarannya. Ia mengingat setiap perlakuan Ziyan Rouxi kepadanya. Senyum yang ia berikan dahulu bukanlah senyum palsu. Senyum itu adalah cahaya yang pernah menghancurkan kesepian terdalamnya. Sentuhan lembutnya, perh

  • Kultivator Inti Semesta   993

    Tangan Xiao Tian mengepal kuat, jemari berlumuran darah sampai kuku-kukunya terkelupas. Dalam benaknya, dua jalan terbentang dengan jelas. Jalan pertama adalah keselamatan sementara yang menyisakan penyesalan. Jalan kedua adalah kematian yang mengintai, tetapi juga membuka peluang untuk melangkah lebih jauh daripada siapa pun. Matanya terpejam sesaat, membiarkan dirinya masuk dalam keheningan. Di dalam hening itu, muncul bayangan masa lalu yang seolah tidak pernah pudar. Ia melihat dirinya yang masih kecil, tubuh ringkih terapung di sungai yang deras, arusnya dipenuhi binatang buas yang siap mencabik-cabik tubuh lemah itu. Tidak ada yang menolong. Tidak ada tangan yang menyambut. Hanya kesendirian yang menjadi teman. Dari titik itu, ia tumbuh dengan pilihan yang tidak pernah mudah. Setiap langkahnya ditempa darah, rasa sakit, dan perjuangan tanpa henti. Ketika ia membuka matanya kembali, sorotnya bukan lagi sorot orang yang bimbang. Mata itu tajam, sekeras baja, penuh dengan keyakin

  • Kultivator Inti Semesta   992

    Di tengah perjuangan itu, ilusi perlahan terbentuk di hadapannya. Pandangan Xiao Tian kabur karena darah menetes dari dahinya, namun gambaran itu semakin jelas. Ia melihat dua sosok yang amat dikenalnya, Ayah dan Ibunya. Keduanya berdiri dengan senyum tipis, hangat namun rapuh. Senyum itu hanya bertahan sesaat sebelum tubuh mereka dilanda kehancuran. Darah menyembur, tubuh mereka koyak dan lenyap, seolah ditelan oleh kekuatan tak kasat mata. Pemandangan itu menghujam hatinya lebih dalam daripada seribu pedang. Belum sempat ia menarik napas, ilusi lain muncul, lebih kejam dari sebelumnya. Wajah-wajah orang yang pernah berdiri di sisinya, orang-orang yang pernah ia percaya, kini terlihat satu per satu jatuh. Mereka terluka parah, tubuh mereka runtuh, dan jeritan terakhir mereka menggema memenuhi ruang itu. Teman-teman yang pernah berjuang bersamanya, orang-orang yang pernah memberi kepercayaan, semuanya mati di hadapannya, meninggalkan luka batin yang jauh lebih menyakitkan daripada tu

  • Kultivator Inti Semesta   991

    Xiao Tian berjalan perlahan di atas permukaan lautan darah. Setiap langkah kakinya meninggalkan riak hitam yang bergulung, menyebar jauh sebelum kembali tenang. Tatapannya lurus ke depan, pada gerbang tangga yang menjulang seperti menara tak berujung. Dari kejauhan, cahaya menyilaukan memancar di ujung tangga, seolah memanggilnya untuk maju, sebuah cahaya yang selalu menjadi misteri dalam perjalanan ini. Ia berdiri di hadapan gerbang pertama. Tangga itu menjulang, barisan anak tangganya tak terhitung jumlahnya, menjalar naik seperti jalan tanpa akhir. Xiao Tian menatapnya dengan tatapan dingin, lalu suaranya terdengar rendah namun penuh kepastian. “Aku tidak tahu apa yang berada di ujung tangga. Sekarang tugasku hanya satu, melewati setiap tangga ini.” Tanpa ragu ia mengangkat kakinya, melangkah ke anak tangga pertama, Gerbang Keraguan. Kali ini, berbeda dengan sebelumnya. Tidak ada tekanan menindih. Tidak ada suara yang berusaha mengguncang hatinya. Tekanan yang dulu hampir membua

  • Kultivator Inti Semesta   990

    Di dalam gua yang sunyi, udara berat menyelimuti ruang kosong yang baru tercipta. Xiao Tian menarik napas panjang. Suaranya memecah keheningan, dalam dan berisi keteguhan. “Tubuh Dewa Perangku sudah mencapai tingkat satu tahap puncak. Sekarang aku tidak perlu menahan lagi. Walaupun proses tempering sangat menyakitkan, aku tetap harus bisa menempanya.” Gerakannya tegas, tidak ada keraguan sedikit pun. Ia mengeluarkan sumsum Naga dan Phoenix dalam jumlah yang sangat besar. Seketika, cahaya merah menyala bercampur dengan kilau emas memenuhi ruangan. Gua itu berubah seolah menjadi lautan api dan petir yang menyatu, memancarkan tekanan menggetarkan yang membuat dinding-dinding batu bergetar. Xiao Tian tidak lagi menahan diri, jutaan sumsum Naga dan Phoenix ia keluarkan sekaligus, memenuhi ruang itu dengan energi Ilahi yang mengguncang. Suara berat terdengar dari dalam dantian, tenang namun membawa ketajaman yang tidak bisa disangkal. “Nak, apakah kamu yakin?” kata Leihuo Dashi. Xiao T

  • Kultivator Inti Semesta   989

    Ketika kesadarannya semakin tenggelam, energi ilahi dari Alam Wennuan mendadak mengalir lebih deras. Jumlahnya meningkat berkali-kali lipat, bagaikan banjir kosmik yang mengguncang batas tubuhnya. Arus itu menghantam tanpa henti, mengisi dantiannya, menembus jalur meridiannya, hingga membuat tubuhnya bergetar hebat. Tekanan yang muncul seakan hendak merobeknya dari dalam. Namun Xiao Tian tidak runtuh. Pondasinya sudah ditempa oleh penderitaan, oleh kesepian, oleh jalan yang ia pilih sendiri. Justru tekanan itu memperlihatkan betapa kokoh dasarnya. Ledakan cahaya halus perlahan menyelimuti tubuhnya. Cahaya itu bukan berasal dari luar, melainkan dari dalam dirinya, dari hasil pemahaman yang kini menyatu dengan energi ilahi. Pada saat itu, pintu baru terbuka. Xiao Tian akhirnya menerobos masuk ke ranah Dewa Abadi peringkat satu. Tubuhnya seakan menjadi pusat tarikan semesta. Energi ilahi yang sebelumnya liar kini tunduk sepenuhnya, berputar mengelilinginya, seperti planet yang patuh me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status