Beranda / Fantasi / Kultivator Inti Semesta / Bab 10: Maju! Jika Tidak Menginginkan Nyawa Kalian

Share

Bab 10: Maju! Jika Tidak Menginginkan Nyawa Kalian

Penulis: Evanscapenovel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-30 19:09:28
Xiao Tian mulai menelan satu pil yang berwarna hijau gelap. “Aku awali dengan pil pembersih tulang, aku harus menghilangkan semua kotoran yang berada di seluruh tulang-tulangku. Ketika kotorannya hilang, aku bisa membentuk ulang tulang-tulangku dengan pil kedua.”

Xiao Tian menatap pil hijau gelap itu dengan tekad yang kuat. Dengan gerakan tangan yang mantap, dia memasukkan pil tersebut ke dalam mulutnya dan menelannya. Sejenak, tidak ada yang terasa, namun tidak lama kemudian, rasa nyeri yang tajam mulai merambat dari tulang-tulangnya.

Wajahnya meringis, menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit yang semakin menjadi. Keringat dingin mulai membasahi dahinya, sementara Xiao Tian berusaha tetap tenang.

Perlahan, rasa sakit itu menjadi lebih intens, seolah-olah ada ribuan jarum yang sedang mengikis kotoran-kotoran yang melekat di tulangnya, napasnya terengah-engah, menahan rasa sakit yang hampir tak tertahankan.

Selama empat hari, Xiao Tian terus berjuang melawan rasa sakit yan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ate Driyanto Kriswan
Cepat, kuat, tepat bisa nampak sadis keji tapi sebenarnya tegas dengan mental baja, siapa cepat maka ia awet bugar kuat sehat, hi ha!
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kultivator Inti Semesta   770

    Setelah berkultivasi selama lima hari penuh, akhirnya Xiao Tian berhasil membuat tiga terobosan secara sekaligus. Dia menembus dari peringkat dua, langsung menuju peringkat lima Dewa Sejati. Tubuhnya bergetar hebat, namun matanya memancarkan keteguhan seperti bintang abadi di tengah kehampaan semesta. Setelah dia berhasil menerobos, Xiao Tian melihat miliaran bintang yang tadinya bersinar kini redup seperti bintang mati. Alam semesta mini di ruang pencerahan ini tidak lagi menakjubkan seperti sebelumnya. Sekarang lebih seperti dunia kosong yang tidak memiliki energi ilahi sama sekali. Keheningan itu bukanlah ketenangan, melainkan kehampaan yang muncul setelah segalanya dikuras hingga akar terdalamnya. Kaisar Pemakan Jiwa yang masih menyaksikan dari kejauhan hanya bisa menggelengkan kepala perlahan. “Anak ini terlalu mengerikan. Bahkan hanya untuk menerobos tiga tingkat saja, energi bintang yang aku siapkan dikuras habis olehnya. Wan Ren, sekarang aku paham mengapa kamu memberikan te

  • Kultivator Inti Semesta   769

    “Kaisar Pemakan Jiwa,” bisiknya, nyaris tak terdengar, seperti gema yang tercekat dalam dada. “Ranah apa Xiao Jian itu yang sebenarnya? Bahkan dia bisa menyusun formasi beladiri sehebat ini.” “Aku tidak tahu,” jawab Kaisar Pemakan Jiwa, kali ini dengan suara serius. Nada suaranya berat, seperti batu abadi yang tak bergeming di tengah pusaran waktu. “Tapi sepertinya dia telah menembus ranah Penguasa Dewa Sejati.” “Sssttt!!!” Wan Ren refleks menghirup udara dingin. Suaranya mengandung keterkejutan yang tidak bisa disembunyikan. Dadanya terasa sesak, seolah sebuah fakta yang seharusnya tidak mungkin telah menembus nalar dan merobek batas realitasnya. Meskipun dia belum sepenuhnya percaya, tapi dia tahu siapa yang sedang bicara dengannya. Dan dia tahu, Kaisar Pemakan Jiwa tidak akan berkata sembarangan jika tidak benar-benar yakin. Ranah Penguasa Dewa Sejati. Sebuah ranah yang bahkan di era kuno hanya bisa dicapai oleh ahli tertinggi dari galaksi kesembilan. Ranah yang sudah dianggap

  • Kultivator Inti Semesta   768

    “Dao Bao, sekarang apa yang akan kamu lakukan?” tanya Wan Ren, nadanya penuh rasa ingin tahu, namun tetap berhati-hati. Meski nada suaranya terdengar ringan, tekanan di balik pertanyaannya menyiratkan bahwa ia tidak akan menerima jawaban asal-asalan. “Kita akan pergi ke lautan kosmik.” Jawaban Kaisar Pemakan Jiwa datang tanpa jeda, mantap, seperti keputusan yang sudah lama diambil dan tak bisa diganggu gugat. “Di sini tidak ada sumber daya untuk kita. Sudah saatnya kita mengetuk pintu-pintu yang hidup damai di lautan kosmik. Terlebih lagi, aku ingin bertemu seseorang.” “Oh?” alis Wan Ren naik sedikit, matanya menyipit. “Siapa yang ingin kamu temui? Perasaan selain aku, kamu tidak memiliki teman di era kuno.” “Dia bukan pembudidaya era kuno, tapi pembudidaya saat ini.” Tatapan Kaisar Pemakan Jiwa mengeras, lalu beralih menatap wajah Wan Ren. Sorot matanya dalam dan tak bisa ditembus. “Wan Ren, kamu telah tersegel lama di Alam Zuwu, alam yang berada di galaksi Divine Lightning Fire,

  • Kultivator Inti Semesta   767

    Xiao Tian tidak hanya berusaha bertahan melawan rasa sakit, tapi dia juga harus fokus terhadap teknik tubuh Dewa Perangnya. Teknik itu seperti tulisan langit yang terus bergeser dalam pikirannya, dan dia harus menahan rasa sakit yang luar biasa sembari menyalin setiap goresan simbol suci ke dalam tubuhnya. Simbol itu menari-nari, menembus kulitnya, mengukir makna keabadian ke dalam setiap otot dan tulangnya. Mereka bukan hanya lambang kekuatan, melainkan hukum-hukum realitas yang ia paksa untuk tinggal dalam dirinya. Proses tempering tubuh fisik sangat memerlukan waktu. Jadi Xiao Tian dengan sabar duduk bersila, menghancurkan tubuh fisiknya, sebelum membangunnya kembali. Setiap detik yang berlalu seperti ribuan tahun rasa sakit yang tidak dapat dijelaskan. Otot-ototnya meledak, kemudian tumbuh kembali lebih kuat. Kulitnya pecah, lalu terbentuk ulang lebih kokoh dari logam abadi. Organ dalamnya pun turut dikonstruksi ulang, menerima pancaran energi warisan para makhluk legendaris itu.

  • Kultivator Inti Semesta   766

    Xiao Tian tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Di ruang pencerahan ini, dia bisa memahami jalan beladirinya dengan mudah, tidak hanya tentang kultivasinya, tetapi tentang kekuatan jiwa dan tempering tubuh fisiknya. Udara di sekitarnya terasa seperti cairan murni yang menyelimuti tubuh, membuat setiap tarikan nafas menyusupkan wawasan baru ke dalam kesadarannya. Setiap butir partikel ilahi terasa seperti tetesan ilham, mengalir dalam denyut nadinya, membasahi fondasi kultivasinya dengan ketenangan dan ketajaman yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. “Sekarang aku sudah mencapai tingkat 25 puncak tubuh abadi semesta. Sudah saatnya aku mengolah tubuh Dewa Perang,” tegas Xiao Tian, suaranya rendah namun penuh tekad, seolah menggema ke dalam lorong nasibnya sendiri. Kata-katanya bukan sekadar keputusan, melainkan sumpah pribadi yang membakar di dalam dadanya, menciptakan gelombang niat yang menggetarkan ruang meditasi itu. Dia ingin segera bertambah kuat. Dalam waktu beberapa tah

  • Kultivator Inti Semesta   765

    “Anak muda, pembudidaya saat ini mengandalkan peninggalan kami makhluk dari era kuno. Sedangkan kami, kami tumbuh mengandalkan peninggalan dari era Abadi. Era Abadi belum terpecahkan hingga saat ini, bahkan aku belum berhasil mendapatkan banyak informasi tentang era Abadi. Namun, daripada kamu banyak bertanya, lebih baik sekarang kamu segera memperkuat diri. Gelar mu sebagai putra Semesta, tidak ada gunanya ketika kamu sangat lemah. Bahkan garis darahmu yang kuat juga tidak akan berguna, dia bisa berguna, ketika kamu memiliki kekuatan!” Kalimat terakhir itu seperti palu godam yang menghantam keras kesadaran Xiao Tian. Pria itu mengucapkannya dengan penuh tekanan, seperti sedang menyampaikan pesan yang bukan hanya peringatan, tetapi perintah. Nada suaranya seperti menampar logika dan menyentuh batin paling dalam. Xiao Tian sangat terkejut ketika pria paruh baya itu menyebut dirinya memiliki gelar putra Semesta. Gelar itu diberikan oleh pemilik dunia warisan Langit Berbintang. Bahkan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status