Xiao Zhanfeng, sebagai kepala Klan Xiao cabang, menjadi perwakilan ketua untuk seluruh kekuatan dari Alam Langit Berbintang. Ia memimpin barisan dengan langkah pasti dan tenang. Setibanya di batas gerbang, Xiao Zhanfeng mengeluarkan sebuah token dari dalam jubahnya. Anehnya, tidak terlihat satu pun penjaga di pintu wilayah luar Klan Xiao inti. Begitu token di tangannya dihadapkan ke depan, sebuah pintu yang sebelumnya tertutup rapat perlahan terbuka, mengeluarkan suara gesekan batu yang berat namun menggetarkan. “Ayo masuk!” ucapnya tegas. Pemilik Villa Hati Seribu Bintang, pemimpin Paviliun Bayangan Naga Abadi, dan kedua pemimpin dari kekuatan besar lainnya langsung melangkah masuk, tanpa menunjukkan keraguan sedikitpun. Begitu mereka melewati pintu, pemandangan di dalam wilayah luar membuat beberapa orang secara refleks menarik napas dalam-dalam. Mereka melihat beberapa orang berlalu-lalang dengan tenang, menikmati keindahan alam yang ditata rapi dengan harmoni arsitektur. Tapi
Xiao Tian menghirup perlahan. Setiap helaan napasnya terasa seperti menyerap setetes murni dari kekuatan semesta. Energi ilahi di tempat ini begitu padat hingga udara pun tampak seperti lapisan tipis kristal yang berkilauan. Bahkan dantiannya yang selalu sunyi, kini bergetar lembut, seolah menyambut kedatangan ke pusat dari segala pusat. Namun bukan hanya keindahan alami yang menyita perhatiannya. Di kejauhan, sebuah wilayah mencuat mencolok dari balik gunung-gunung yang megah itu. Sebuah daratan luas yang tampak hidup, dikelilingi oleh lingkaran energi pelindung setebal ribuan lapisan. Tapi yang paling mengejutkan bukanlah perlindungannya—melainkan bangunan-bangunan di dalamnya. Gedung-gedung tinggi berdiri berdampingan dalam keteraturan yang mencolok. Struktur mereka menjulang ke langit, bahkan melampaui ketinggian beberapa puncak gunung yang mengelilinginya. Dinding mereka bukan batu biasa, melainkan logam bercahaya yang memantulkan sinar langit seperti cermin abadi. Beberapa ge
Pemilik Villa Hati Seribu Bintang pun berbalik dan melangkah menuju kapal perang utama. Tubuhnya perlahan terangkat ke udara, disertai aura yang menenangkan namun menyelimuti segenap langit Villa. Saat ia melangkah menaiki dek kapal, sorakan mulai bergema dari alun-alun. “Semangat, Bai Ruochen!” “Jangan kalah!” “Villa Hati Seribu Bintang bersamamu!” Sorakan itu tidak hanya menggema, tetapi membawa gelombang emosi yang tak terlukiskan. Bai Ruochen berdiri di antara para murid, mengenakan jubah bertanda khusus, simbol peserta resmi dari Villa Hati Seribu Bintang. Di sampingnya, seorang pemuda berwajah asing berdiri tenang—tak banyak yang menyadari bahwa di balik wajah yang tak dikenali itu adalah Xiao Tian, yang telah mengubah penampilannya kembali. Tidak ada yang bersorak untuk Xiao Tian. Bukan karena mereka meremehkannya, tapi karena mereka bahkan tidak tahu siapa dia. Namun justru itulah yang diinginkan Xiao Tian—berdiri di antara kerumunan, tidak menarik perhatian, namun siap m
Salah satu dari Tetua menggeleng pelan, suaranya rendah tapi mengandung ketegasan. “Teman muda, kamu terlalu merendah diri. Ini bukan hadiah kecil. Kami tidak tahu bagaimana cara berterima kasih yang baik, tapi jika teman muda membutuhkan bantuan di masa depan, teman muda tidak perlu ragu untuk mengatakannya terhadap kami.” Suasana pun perlahan mereda. Setelah beberapa saat, para Tetua meninggalkan area terlarang satu per satu. Langkah mereka ringan, tapi aura mereka sudah berbeda. Kekuatan baru telah menetap dalam tubuh mereka. Yang tersisa hanyalah Xiao Tian dan Pemilik Villa Hati Seribu Bintang. Pemilik Villa menatap pemuda itu dalam-dalam, senyumnya mengembang. Tatapannya bukan hanya kagum, tapi seperti sedang membaca jalan yang akan dilalui Xiao Tian ke depan. “Teman muda, sepertinya dengan kekuatanmu saat ini, teman muda tidak akan terlalu kesulitan mendapatkan posisi di Klan Xiao inti.” Xiao Tian menggeleng pelan. “Senior, aku tahu kekuatanku telah tumbuh, tapi untuk menda
“Tetua, ambil pil ini.” Xiao Tian memberikan masing-masing tiga pil dengan gerakan yang tenang namun meyakinkan. “Dan ini untuk Bai Ruochen.” Ucapnya sambil menyerahkan satu pil pada Pemilik Villa Hati Seribu Bintang. Tangannya tidak ragu sedikit pun saat memberikan pil itu. Tapi justru karena itulah, para Tetua terdiam. Mereka tidak segera berbicara, tidak pula langsung menelan pil itu. Pandangan mereka tertuju pada pil di tangan masing-masing—bukan karena bentuknya, bukan pula karena aromanya. Melainkan karena sumbernya. Ranah Xiao Tian saat ini jelas hanya Jiwa Setengah Dewa tahap puncak. Namun pil yang ia berikan, memiliki kualitas Dewa Sejati tingkat menengah. Tidak ada tanda-tanda bahwa pil ini dihasilkan dengan bantuan tungku atau artefak khusus. Tidak ada getaran dari benda eksternal. Semua yang mereka rasakan justru adalah kedalaman teknik penyulingan yang murni. Pemahaman dan kendali, bukan alat bantu. “Teman muda, ini terlalu berharga.” Salah satu Tetua akhirnya ber
Sepuluh Tetua Villa Hati Seribu Bintang terkapar, tubuh mereka berdarah dengan luka yang mengerikan. Mereka terhempas di berbagai sisi arena, tubuh mereka membentuk garis melingkar mengitari titik pusat tempat Xiao Tian berdiri. Suasana yang tadinya penuh tekanan kini dipenuhi suara napas berat dan desahan tertahan dari para Tetua yang berusaha tetap sadar.Mereka tidak berharap, seorang Tetua yang telah hidup ribuan tahun, akan dikalahkan oleh pemuda yang berusia kurang dari 35 tahun. Apalagi, ranah aktualnya hanya berada di Alam Setengah Dewa. Kenyataan ini membuat mereka terdiam, bukan karena malu, tapi karena keterkejutan yang tidak mudah dijelaskan.“Sungguh kekuatan garis darah yang terlalu mendominasi! Kami tidak hanya dikalahkan dalam teknik bertarung, tapi kami dikalahkan dalam hal garis darah.”Salah satu Tetua bersuara lirih, suaranya serak, napasnya tidak teratur. Dia memegangi bagian rusuk kirinya yang terlihat menonjol tidak wajar.“Benar, tapi aku tidak menyangka akan m