Wajah Wang Chong merah padam, amarahnya memuncak, matanya memancarkan aura pembunuh yang menakutkan.
“Xiao Jian. Sekarang aku akan mengakhiri hidupmu terlebih dulu. Tidak perlu khawatir, kamu tidak akan kesepian. Sebentar lagi anak dan istrimu akan menyusulmu ke Neraka!” “Wang Chong. Kamu benar-benar biadab! Istri dan anakku adalah kakak dan keponakanmu sendiri. Kenapa kamu memperlakukannya seperti ini? Orang sepertimu tidak akan lama lagi akan bertemu dengan malapetaka yang lebih menyakitkan daripada ini!” Dalam hati Xiao Jian, ia berharap bahwa karma akan segera menghampiri Wang Chong dan memberinya hukuman yang setimpal. “Banyak bicara!” Baang— Sebuah pedang langsung membelah tubuh Xiao Jian menjadi dua bagian, dan pria itu mati dengan cara yang mengenaskan. Kakak ipar yang malang, aku tidak akan membiarkan siapapun mengancam posisiku. Bagiku, tidak ada kerabat ataupun teman, siapapun yang memiliki potensi merebut posisiku, mereka akan bertemu dengan kematian yang mengenaskan!" ucap Wang Chong dengan nada sinis dan penuh kebencian. Wajah Wang Chong terlihat sangat mengerikan, matanya menyala penuh amarah, bibirnya tersenyum sadis, dan wajahnya tampak lebih kejam daripada iblis. Wang Chong mengepal tangannya erat, seolah ingin menghancurkan semua yang ada di hadapannya. Wangmei dan Xiao Tian terus berlari dengan napas terengah-engah, mencoba sekuat tenaga untuk meninggalkan Wilayah Wuyu. Namun, perjalanan mereka terhenti saat mereka tiba di tepi sungai yang sangat besar dan lebar, yang memisahkan mereka dari tujuan mereka. Sungai itu dikenal sebagai Sungai Wang, yang sangat terkenal di seluruh Kerajaan Wang. Sungai ini dipenuhi dengan berbagai macam binatang buas yang memiliki kekuatan luar biasa. Beberapa di antaranya bahkan diketahui memiliki kekuatan setara dengan pendekar raja. Kerajaan Wang telah membangun jembatan gantung untuk memudahkan orang menyeberangi sungai yang berbahaya ini. Saat ini, Wangmei dan Xiao Tian sudah berdiri di tengah-tengah jembatan. Mereka tidak melanjutkan perjalanan, karena di hadapan mereka beberapa anggota Kerajaan yang bertugas di perbatasan dan Wangmei serta Xiao Tian juga tidak bisa kembali, di belakang mereka sudah ada pasukan Kerajaan yang sedang mengejar mereka. “Permaisuri, lebih baik kamu menyerah! Kematian kalian tidak akan terlalu menyakitkan.” Jenderal Kerajaan Wang menyeringai dengan tatapan cabulnya. Melihat tidak ada lagi jalan keluar, Wangmei mengeluarkan pedang pendek dari dalam gaunnya. “Kamu ingin aku menyerah? Jangan bermimpi!” Slash— Wangmei menebas tali yang mengikat jembatan, lalu dia mendorong Xiao Tian ke dalam sungai. “Ibu, tidak!” Xiao Tian tidak ingin berpisah dengan ibunya. Tetapi, Wangmei mengdorong tubuh putranya dengan sangat kuat hingga Xiao Tian jatuh ke dalam sungai. Karena sungai itu tidak hanya besar, tetapi sangat deras juga arusnya, Xiao Tian terbawa arus. “Ibu, ibu!” Xiao Tian terus memanggil ibunya, tetapi Wangmei hanya tersenyum pahit. “Nak, kamu harus hidup. Apapun yang terjadi, kamu harus hidup.” Wangmei mengalihkan pandangannya. Dia menatap jenderal kerajaan Wang dengan tatapan tajam. “Bajingan pengkhianat, aku akan membunuh kalian semua!” Aura dingin keluar dari tubuh Wangmei, dia adalah wanita yang terkenal memiliki energi es yang sangat kuat. Wanita itu mulai menyerang menggunakan pedang pendek yang telah dilapisi oleh es. Suara benturan senjata terus terdengar antara Wangmei dengan sangat jenderal. Puchi— Tiba-tiba Wangmei menyemprotkan darah dengan suara besar. Beberapa tombak sudah menusuknya dari belakang. Xiao Tian menyaksikan ibunya dengan mata semerah darah, dia menyaksikan ibunya tersenyum ke arahnya dengan wajah yang dipenuhi dengan darah. Xiao Tian tidak bisa lagi menahan derasnya arus sungai, anak itu terbawa hanyut. Apakah dia hidup atau sudah mati, tidak ada yang tahu. Jenderal kerajaan Wang dan pasukan yang lainnya tidak peduli dengan nasib Xiao Tian, mereka hanya menatap jasad Wangmei yang sudah menghembuskan napasnya. “Sangat disayangkan, tubuh permaisuri yang begitu cantik, sekarang penuh dengan luka.” Jenderal Wang berkata dengan nada sedih. Bawahannya memberanikan diri untuk berkata kepada jenderal mereka. “Jenderal. Jika bisa, jenderal jangan menyentuh jasad permaisuri, bagaimanapun permaisuri adalah kakak perempuan Raja kita. Jika Yang Mulia tahu, kita semua bisa mendapatkan murkanya.” Orang itu berkata sambil menunduk, karena dia tahu jenderal mereka sangat mesum, tidak tahu sudah berapa ratus wanita yang telah ditiduri olehnya. “Hmm, kalian tidak perlu khawatir, aku masih memiliki batasan. Sekarang kita kembali untuk menyerahkan jasad permaisuri kepada Yang Mulia.” “Tapi Jenderal, bagaimana dengan Xiao Tian? Dia terbawa hanyut di sungai ini. Apakah kita perlu mencarinya?” Mendengar perkataan bawahannya, jenderal Wang mendengus dingin. “Mencarinya? Untuk apa kalian membuang waktu? Anak itu sudah pasti mati, sungai ini dipenuhi dengan binatang buas. Yidak perlu! Dia pasti sudah menjadi makanan binatang buas, sekarang kita kembali!” Jenderal Wang kembali membawa jasad Wangmei ke Kerajaan. Wang Chong menyambut kedatangan mereka, setelah mendengar cerita keseluruhan, Wang Chong tidak mempermasalahkan Xiao Tian, karena dia juga memiliki pikiran bahwa Xiao Tian pasti mati dimakan binatang buas. “Kalian siapkan pemakaman untuk kakak perempuanku! Jasad Xiao Jian, lemparkan saja ke kandang anjing pelacak jiwa.” Wang Chong ini benar-benar tega, dia membiarkan jasad kakak iparnya menjadi makanan anjing peliharaannya. Setelah jasad Wangmei dimakamkan, dan jasad Xiao Jian dilemparkan ke kandang anjing. Mereka tidak tahu kedua jasad itu berubah menjadi sebuah ranting pohon. **** Di tempat yang sangat jauh, bukan di Dinasti Ming, apalagi di Kota Wuyu. Seorang pria paruh baya sedang berdiri bersama seorang wanita yang sangat cantik di puncak gunung yang tingginya melewati awan. Pria dan wanita itu sangat mirip dengan Xiao Jian dan Wangmei. Wanita itu menatap ke arah lautan awan yang mengembang di depannya. Walaupun dia menatap lautan awan, pandangannya bisa menembus segalanya arah. Wanita itu mendesah kecil dengan wajah yang sangat sedih. “Suamiku, apakah kita tidak berlebihan membiarkan anak kita seperti itu?” Pria itu tersenyum kecil, walaupun tubuhnya sedikit bergetar mendapatkan pertanyaan seperti itu. “Dia akan baik-baik saja. Jika dia tidak bisa bertahan hidup di dunia kecil seperti itu, dia tidak layak menjadi putraku.” “Suami, mengapa kita tidak membawa Tian’er bersama kita? Dia bisa tumbuh lebih baik, apalagi jika dia mendapatkan bimbingan darimu, dia pasti bisa menjadi ahli di alam semesta ini.” Ternyata wanita dan pria yang sedang berbicara itu adalah Xiao Jian dan Wangmei. Tubuh yang terbunuh di kerajaan Wang hanyalah tubuh pengganti, bukan tubuh asli mereka. “Tian’er harus menemukan jalannya sendiri dalam berkultivasi. Dengan kebencian yang tertanam di hatinya, itu akan membuat dia tumbuh lebih cepat. Jika mengikutiku anak itu bisa tumbuh lebih cepat, tetapi itu akan menghilangkan potensinya. Lagipula, mereka yang menjadi ahli sejati adalah orang-orang yang hidup setelah melewati berbagai kesulitan. Tanpa kesulitan, rasa sakit, penghinaan, orang tidak akan bisa naik ke puncak kejayaan, hanya mereka yang telah melewati berbagai kesulitan yang bisa berdiri di puncak kultivasi. Sekarang, sudah waktunya kita pergi. Aku tidak bisa meninggalkan klanku lebih lama lagi, jika tidak, bencana besar akan tiba untuk seluruh alam semesta.” Bagaimana pun Wangmei adalah seorang ibu, rasa khawatir seorang ibu jauh lebih besar dari ayah. Namun, dia tidak bisa membantah keputusan suaminya yang memiliki status sebagai Kaisar Dewa tertinggi. Xiao Jian memegang tangan istrinya, lalu dia berjalan melintasi bintang-bintang. Setelah berdiri di ketinggian tertentu, dia merobek ruang, lalu menghilang.Iblis itu meraung semakin keras. Matanya membelalak, darah berkilat di bola matanya. “Tidak mungkin! Tidak mungkin!” Kemarahan mendorong tubuh besarnya kembali maju. Dari kedua tangannya yang raksasa, cahaya merah darah terkondensasi, lalu memadat menjadi sabit raksasa. Kali ini ukurannya membesar hingga puluhan meter, jauh lebih panjang dan tajam dibandingkan sebelumnya. Dengan tenaga penuh, ia menebaskan sabit pertama. Tebasan kedua segera menyusul, lalu ketiga, dan terus berlanjut. Dalam hitungan napas, badai tebasan bulan sabit memenuhi udara, menghujani ruang dalam serangan tak berkesudahan. Namun lagi-lagi, Xiao Tian tidak terguncang sedikit pun. Satu tangan itu masih terangkat, bergerak sederhana, mengalir tanpa tekanan. Setiap sabit yang menebas ke arahnya selalu terpental, hancur sebelum bisa menyentuh kulitnya. Suara benturan antara bilah sabit merah dan telapak tangan mungil itu menciptakan percikan cahaya tajam, namun percikan itu padam seketika, tidak meninggalkan bekas
Kedelapan mata iblis itu terbuka lebar bersamaan, sorotnya penuh keterkejutan yang tidak dapat disembunyikan. Keempat kepala yang menyatu dalam tubuh raksasa itu menatap tanpa percaya, raut wajah mereka berubah drastis dari penuh keyakinan menjadi keterkejutan mendalam. Serangan yang ia yakini cukup untuk melumatkan tubuh apa pun, bahkan membinasakan makhluk dengan garis darah agung, kini terhenti seolah tertelan oleh sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Lebih menghancurkan lagi adalah pemandangan di depannya. Xiao Tian tidak bergeming sedikit pun. Tidak ada wajah meringis, tidak ada tanda tekanan, bahkan tidak ada sedikit pun isyarat bahwa ia sedang menahan serangan dengan sekuat tenaga. Justru sebaliknya, wajahnya terlihat tenang, bahkan santai, seakan yang ia lakukan hanyalah gerakan sederhana untuk menepis debu yang hinggap. “Apakah hanya ini kekuatanmu?” tanya Leihuo Dashi dengan wajah malas. Nada suaranya datar, kalem, namun membawa tekanan yang menembus jauh ke dalam jiwa lawan,
Tubuh raksasa itu kini dilapisi energi merah darah yang membara. Dari permukaan kulitnya, aliran lava menyusup keluar, berkilat menyilaukan, memancarkan panas pekat yang tampak mampu melarutkan apa pun yang disentuh. Setiap gerakannya mengandung tekanan mengerikan, membuat udara di sekitarnya terasa berat, seolah-olah setiap tarikan napas dapat menjerat dada lawan. Kedua tangan raksasa itu membara, memancarkan cahaya api pekat yang menyalakan kilau menyeramkan pada kulitnya. Auranya berubah drastis, semakin liar, buas, dan menakutkan, hingga menampakkan wujud kekuatan yang benar-benar melampaui batas seorang Raja Dewa. Sosok itu kini berdiri sebagai ancaman nyata, penuh kebiadaban, jauh lebih berbahaya dibandingkan sebelumnya. Namun, di hadapan transformasi yang mengerikan itu, Leihuo Dashi yang telah mengambil alih tubuh Xiao Tian tidak menunjukkan ketegangan sedikit pun. Ekspresinya justru tenang, bahkan santai, seakan pemandangan di hadapannya hanyalah tontonan biasa. Sebuah senyu
Iblis itu terbahak lirih, tawanya rendah namun sarat dengan kemenangan. Suara tawa itu bagaikan racun yang merembes perlahan, menusuk ke dalam setiap lapisan jiwa Qio Ren. “Kamu tenang saja, aku pasti akan membunuhnya untukmu!” Kesadaran Qio Ren pun mulai meredup. Cahaya dalam matanya perlahan padam, seperti api lilin yang kehabisan minyak. Pandangannya berangsur gelap, tubuhnya terasa semakin berat, dan perlahan ia tenggelam ke dalam tidur lelap. Sisa kehendaknya terhanyut, lenyap ditelan arus gelap, meninggalkan panggung sepenuhnya bagi iblis yang selama ini bersembunyi di balik jiwanya. Seiring dengan itu, hawa jahat yang ditekan Qio Ren selama ini mendidih ke permukaan, menelan ruang dalam tubuhnya dan merayap keluar bagai kabut tebal. Begitu mendapatkan kendali penuh, iblis itu tidak membuang waktu. Ia segera menyelam ke dalam dunia dantian Qio Ren, menembus lapisan energi Ilahi yang berputar di sana. Gelombang hitam pekat bergejolak, membuka jalan menuju inti garis darah. Di
Qio Ren menyipitkan matanya. Ada sesuatu yang merayap di udara, sebuah perasaan ganjil yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Persepsinya yang tajam segera menangkap perbedaan mencolok pada sosok di hadapannya. Aura Xiao Tian kini bukanlah aura yang pernah ia kenali sebelumnya. Lebih pekat, lebih dingin, menyesakkan, seolah-olah sebuah gunung yang tak terukur beratnya menjatuhkan diri di atas langit dan siap meremukkan segala yang berada di bawahnya. Setiap hembusan energi Ilahi yang terlepas dari tubuh Xiao Tian bagaikan belenggu yang menjerat udara, membuat ruang di sekitar mereka bergetar halus tanpa suara. Perasaan itu menekan dadanya, bukan karena dunia yang terguncang, melainkan karena kekuatan Xiao Tian benar-benar menutup semua celah perlawanan. Udara yang mengelilingi mereka kian rapat, seakan membeku oleh kehadiran kekuatan yang sulit dijelaskan. Yang lebih mengejutkan, Qio Ren sama sekali tidak mampu merasakan ranah Xiao Tian. Semua jalur persepsi tertutup rapat, t
Zanfang menatap kosong, darah emas masih mengalir dari bibirnya. Tangannya gemetar, cambuknya melemah, dan cahaya api emas yang dulu melingkupi tubuhnya bergetar liar. Dalam detik terakhirnya, suaranya bergetar lirih, penuh penyesalan dan kesedihan yang dalam. “Ayah, Ibu, Tuan, maafkan aku. Aku gagal.” Pedang Karat Misterius tidak hanya menusuk jantungnya. Roh pedang Karat Misterius juga terus menghisap esensi hidupnya, menelan garis darahnya yang sangat kuat. BAANG!!! Tubuh Zanfang meledak menjadi abu. Ledakan itu bukan sekadar hancurnya daging, tetapi juga perpecahan harapan yang ia genggam sepanjang hidup. Sisa energi api emasnya meledak liar, berputar di udara, sebelum dilahap habis oleh kekuatan pedang. “Makhluk kecil, kamu berani memakan jatah Dewa ini!” Leihuo Dashi berteriak keras terhadap roh artefak pedang Karat Misterius. “Tuan, maaf, maaf aku lupa, aku terlalu bersemangat,” ucap roh pedang dengan nada bergetar. Getaran itu bukan hanya dari suaranya, melainkan juga d