Beranda / Fantasi / Kultivator Inti Semesta / Bab 3: Tubuh yang Bersinar

Share

Bab 3: Tubuh yang Bersinar

Penulis: Evanscapenovel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-29 15:55:04

Xiao Tian tenggelam di dalam sungai besar, anak itu sudah tidak sadarkan diri.

Berbagai binatang buas mendekat untuk memangsanya. Namun, ketika berbagai binatang buas sudah berada dalam jarak beberapa meter dari anak itu. Tubuh Xiao Tian tiba-tiba bersinar.

Cahaya itu begitu kuat hingga membutakan mata para binatang buas yang mendekat. Mereka tampak bingung dan takut, segera menjauh dari Xiao Tian.

Adegan itu mengejutkan, karena para binatang buas itu dikenal sangat kuat dan ganas. Binatang terlemah di antara mereka adalah binatang tingkat dua, setara dengan pendekar kelas tiga dalam ranah manusia. Sementara yang terkuat adalah binatang raja, setara dengan ranah manusia pendekar raja bumi.

Binatang-binatang itu lari ketakutan menjauh dari tubuh Xiao Tian yang sangat lemah. Cahaya yang bersinar dari dalam tubuh anak kecil itu berhasil mengusir seluruh binatang buas.

Bagaimana mungkin seorang anak mampu membuat para binatang buas itu ketakutan dan menjauh? Apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh Xiao Tian hingga ia mampu memancarkan cahaya yang begitu kuat?

Setelah berbagai binatang melarikan diri, cahaya itu menghilang lagi dari tubuh Xiao Tian.

****

Di tepian sungai yang tenang, terdapat dua sosok yang sedang berlatih bersama. Satu sosok adalah seorang gadis kecil berusia sekitar 8 tahun, dengan rambut diikat seperti ekor kuda, bersemangat melawan angin. Sosok lainnya adalah seorang kakek tua yang berdiri tegap dan bijaksana, memperhatikan setiap gerakan gadis kecil itu dengan seksama.

Gadis kecil tersebut sedang berlatih jurus pedang. Meskipun pedang yang dipegangnya hanyalah pedang mainan yang terbuat dari kayu, namun saat gadis itu mengayunkannya, ritme permainan pedangnya terasa begitu hidup dan sulit ditebak. Angin berhembus melengkapi ayunan pedangnya, menciptakan irama yang menakjubkan.

“Ziyan Rouxi, sudah waktunya kita pulang. Kamu berlatih dari pagi hingga matahari hampir terbenam, kakek jadi membuang banyak waktu untuk menemanimu.” Kakek tua yang duduk di atas batu menggerutu kepada gadis kecil itu.

“Kakek. Kakek baru memiliki waktu luang untuk menemaniku berlatih. Tetapi, kakek sudah banyak mengeluh. Sepertinya benar, kakek tidak peduli sama sekali kepadaku!” gadis kecil itu cemberut. Walaupun dia masih kecil, dia sangat terlihat sangat manis.

Namun, ketika kakek tua itu akan membalas ucapan cucu kecilnya, dia melihat ada jasad anak kecil yang hanyut terbawa derasnya air sungai.

“Tunggu kakek!” teriak gadis itu.

“Mau kemana, jangan ….” Sebelum Ziyan Rouxi menyelesaikan kata-katanya, dia melihat jasad anak kecil yang terbawa arus, tidak jauh darinya ada air terjun yang sangat tinggi.

Kakek tua itu berlari di atas air, lalu dia mengambil jasad anak kecil itu. Anak ini adalah Xiao Tian.

Setelah dia membawanya ke pinggir sungai, kakek tua itu masih mendengar detak jantung Xiao Tian.

“Anak ini belum mati.” Dia langsung menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam tubuh Xiao Tian.

Xiao Tian tiba-tiba batuk, dan menyemprotkan banyak air dari mulutnya.

Setelah tenaga dalam terus-menerus disalurkan, akhirnya Xiao Tian mulai membuka matanya secara perlahan.

Saat dia membuka mata sepenuhnya, dia melihat wajah gadis kecil yang begitu dekat dengan wajahnya.

Mata mereka saling bertatapan.

“Apakah kamu malaikat maut? Mengapa wajahmu tidak menyeramkan?”

Plak—

Ziyan Rouxi langsung menampar wajah Xiao Tian.

“Ahh…. Kenapa kamu menamparku?” Xiao Tian tidak mengerti, mengapa malaikat maut menamparnya seperti ini.

“Tadi kamu bilang apa? Malaikat maut? Apakah kamu benar-benar menginginkan aku membunuhmu?” Ziyan Rouxi sangat kesal, dia disebut malaikat maut oleh Xiao Tian.

Xiao Tian ingin bangun, tetapi dia merasakan seluruh tubuhnya seperti hancur, rasa sakitnya tidak tertahankan.

Setelah beberapa saat, dia baru sadar ada lelaki tua yang sedang menyalurkan tenaga dalamnya untuk mengobati luka-lukanya.

“Jangan banyak bergerak! Tubuhmu menderita luka yang cukup parah. Biarkan aku menyembuhkanmu terlebih dahulu.”

Xiao Tian merasakan tubuhnya hangat karena lelaki tua itu terus menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam tubuhnya.

Lelaki tua ini mengerutkan kening, dia sangat takjub dengan kekuatan penyembuhan Xiao Tian. Jika dia tidak mengobatinya sekalipun, Xiao Tian akan sembuh dengan sendirinya. Jika dia terus-menerus terbawa arus sungai, tubuhnya bisa terkoyak oleh keganasan air sungai.

Setelah beberapa saat Xiao Tian bangun, dia langsung menangkupkan tangannya.

“Senior, terima kasih telah menolongku.”

Xiao Tian tidak memanggil lelaki tua itu kakek, karena bagi dia, kakek adalah sebutan yang hanya pantas untuk kerabatnya, jadi dia hanya memanggil senior.

Mendengar ucapan terima kasih Xiao Tian, lelaki tua itu tidak langsung menjawab. Dia masih terpana dengan kekuatan penyembuhan anak itu, terlebih lagi, ada yang membuatnya sangat heran, Kakek Tua itu tak bisa melihat jenis tulang dan berbagai area tertentu dalam tubuh Xiao Tian.

Lelaki tua itu yakin bahwa anak ini bukan anak sederhana, jika anak yang biasa saja, sudah pasti akan mati tanpa jasad di sungai besar itu. Jangan berbicara tentang binatang buas, bahkan untuk menahan derasnya air dan benturan tubuhnya pada batu, dia seharusnya sudah mati.

Alih-alih menjawab pertanyaan Xiao Tian, lelaki itu bertanya balik. “Nak, bagaimana kamu bisa jatuh ke sungai ini? Dan dari mana tempat asalmu? Biarkan aku mengantarkanmu pulang.”

Xiao Tian menggelengkan kepalanya, hingga lelaki tua itu bertanya lagi. “Apakah kamu tidak mengingat kejadian sebelumnya?”

Xiao Tian menggelengkan kepalanya lagi. “Tidak, aku tidak lupa. Tetapi, aku sudah tidak memiliki rumah untuk kembali. Desaku diserang oleh perampok, mereka tidak hanya datang merampok. Tetapi, mereka membantai semua penduduk dan membakar rumah-rumah kami. Kedua orang tuaku ikut terbunuh dalam kejadian itu, aku berhasil melarikan diri karena melompat ke dalam sungai ini. Saat ini, aku tidak tahu harus pergi ke mana.”

Wajah Xiao Tian yang masih anak-anak terlihat sangat menyedihkan. Kesedihannya tidak dibuat-buat. Walaupun dia tidak menceritakan yang sebenarnya, karena dia takut bahwa lelaki tua ini masih bawahan dari kerajaan Wang. Kemarahan, kesedihan, bercampur menjadi satu di wajahnya itu tidak dibuat-buat.

Lelaki tua itu bisa memahami perasaan Xiao Tian. Melihat dari raut wajahnya, anak itu tidak berbohong. Lagi pula, dia masih anak-anak yang tidak akan pandai mengarang cerita. Lelaki tua itu mengambil keputusan untuk membawanya. “Jika kamu tidak memiliki rumah, ikutlah bersama ku. Aku adalah ketua Sekte di tempat yang tidak jauh dari sini.”

“Jika senior mengizinkan, aku tidak akan menolaknya.” Xiao Tian merasa ini adalah kesempatan untuknya. Jika dia tinggal di sebuah Sekte, dia bisa berlatih untuk menjadi kuat.

“Hahahaha, bagus. Namun, di masa depan jangan panggil aku senior, panggil saja aku kakek Fa Wa. Mulai sekarang aku akan mengangkatmu sebagai cucuku. Lagipula kamu sudah tidak memiliki keluarga, jadi tidak ada salahnya aku menjadi keluargamu. Sekarang sebutkan, siapa namamu?"

Tadinya Xiao Tian tidak ingin memanggilnya kakek. Tetapi, ucapan Fa Wa benar, sekarang dia tidak memiliki satupun kerabat. Adapun Wang Chong, walaupun dia adalah kerabat, dia adalah orang yang ingin Xiao Tian musnahkan di dunia ini.

“Terima kasih kakek. Namaku Tian.” Xiao Tian tidak ingin menyebutkan nama klannya, karena dia takut identitasnya diketahui oleh kerajaan Wang.

“Hahaha, bagus, bagus. Berapa usiamu, Tian?” Fa Wa bertanya dengan senyuman yang tergantung di bibir keriputnya.

“Aku baru berusia enam tahun.” Xiao Tian menjawabnya dengan jujur.

Fa Wa tidak menyangka anak di depannya baru berusia enam tahun, karena tubuh fisik Xiao Tian hampir sama dengan anak berusia 10 tahun. “Kenalkan, gadis kecil ini adalah cucuku, namanya Ziyan Rouxi. Kamu bisa memanggilnya kakak. Lagipula usiamu masih di bawahnya. Sekarang kalian tunggu sebentar, Kakek akan mencari ikan untuk kita makan. Tian pasti lapar."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Eka Cahya Dimulya
gak pada puasa ya mereka
goodnovel comment avatar
Ate Driyanto Kriswan
cukup bagus alur ceritanya untuk menggambarkan jalur hidup prihatin penuh tekad perjuangan dan kemandirian, kekuatan dan tiada kenal lelah tekun dan sabar berlatih beladiri untuk Mahadahsyat yang humanis pembela kebenaran dan kebaikan serta penolong orang-orang yang membutuhkan pertolongannya
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kultivator Inti Semesta   805

    Setelah menghempaskan Zhen Kehan hanya dengan satu tendangan, Daniel melesat kembali ke arah Wei Quan, tubuhnya seolah dibalut aura kehancuran yang menggetarkan udara di sekitarnya. Melihat Daniel datang, Wei Quan segera melemparkan kipas peraknya ke udara sambil membentuk segel tangan dengan cepat dan presisi. BUZZ BUZZ BUZZ BUZZ!!! Kipas perak itu bergetar hebat, kemudian meledak menjadi ribuan bilah-bilah kecil berwarna perak yang memantulkan cahaya tajam mematikan. Setiap bilah seperti pedang mungil yang bisa mengoyak tubuh siapa pun tanpa ampun. "Serang!" teriak Wei Quan dengan suara penuh tekanan. Mendengar perintah itu, bilah-bilah perak berputar seperti gangsing yang diputar dengan kecepatan ekstrem. Sebagian besar menyerbu ke arah Daniel, sisanya membentuk semacam perisai memutar yang melindungi tubuh Wei Quan dari segala arah. Namun Daniel tidak berhenti. Dia mengangkat tangan kanannya, dan energi Ilahi melonjak liar dari tubuhnya. Aura naga muncul samar, dan saat kaki

  • Kultivator Inti Semesta   804

    Puxue mengalihkan pandangannya ke Daniel. Tanpa perlu kata, Daniel sudah mengerti. Dia membalas tatapan itu dengan anggukan tenang. “Wakil penegak hukum, biarkan mereka maju bersama, agar tidak membuang banyak waktu,” ucap Daniel datar, namun penuh percaya diri. “SOMBONG!” Suara itu muncul dari arah barisan belakang murid dalam. Pernyataan Daniel dianggap seperti hinaan langsung terhadap dua jenius teratas di wilayah murid dalam yang sudah lama terkenal. “Kakak senior Wei Quan! Beri pelajaran pada orang tak tahu diri itu! Hanya karena berhasil mengalahkan Laofan, dia seolah-olah tak terkalahkan!” “Benar! Buat dia babak belur! Agar dia tahu, siapa orang yang ia lawan!” Sorakan itu semakin menggema. Mereka menyatu menjadi tekanan mental yang diarahkan pada satu sosok di tengah arena—Daniel. Mendapat dukungan dari ratusan suara, Wei Quan tersenyum lembut. Namun di balik senyum itu, api perang dalam dirinya telah menyala hebat. “Bocah udik… aku ingin melihat kekuatan apa yang mam

  • Kultivator Inti Semesta   803

    Melihat Daniel menyetujui tantangan itu dengan santai, para murid semakin mencemooh. Suara tawa dan ejekan menggema, menusuk seperti belati yang menggores harga diri. Mereka belum tahu bahwa Daniel masih menyembunyikan ranahnya. Tidak satu pun menyadari bahwa bocah itu telah mencapai peringkat tujuh Alam Setengah Dewa—sebuah pencapaian yang seharusnya mustahil bagi usia dan statusnya. “Laofan, karena Daniel menyetujui tantanganmu, kamu bisa segera memulai!” seru Puxue, suaranya menggema tegas di seluruh alun-alun. Laofan langsung melesat ke udara, jubahnya berkibar tertiup angin malam yang mulai dingin. Napasnya teratur, tapi dari sorot matanya tampak jelas—ia tidak menganggap ini sebagai pertandingan biasa. Ada rasa tertantang, namun juga keangkuhan yang menempel erat pada ekspresinya. “Daniel, namamu Daniel, kan? Jika kamu ingin menjadi murid inti, kamu harus bisa mengalahkanku!” Tanpa memberi kesempatan lebih lama, Laofan meluncurkan serangan pertama. Tinju kanannya menghantam

  • Kultivator Inti Semesta   802

    Puxue berdiri tegak di udara, tubuhnya memancarkan aura agung dan tak tergoyahkan. Jubahnya berkibar pelan diterpa angin malam, memantulkan cahaya dari batu Ilahi yang menghujamnya dari segala arah. Di belakangnya, ratusan Tetua dan murid inti berdiri dalam formasi mengesankan. Barisan itu ibarat tembok kekuatan tak tertembus, penuh wibawa, penuh tekanan. Mereka semua berdiri dengan gagah, sorot mata dingin dan penuh wibawa, tidak menunjukkan sedikitpun kelemahan. Merekalah lambang kekuatan tertinggi dari generasi yang masih tumbuh dalam sekte ini. Saat ini, semua orang menatap Puxue. Tidak ada satu pun yang berani bersuara. Bahkan mereka yang tadi ribut pun menahan napas, menanti keputusan penting yang akan diumumkan malam itu. Mereka ingin mendengar dengan jelas siapa murid penjaga binatang suci yang direkomendasikan menjadi murid inti. Puxue melihat kehadiran Xiao Tian, Daniel, dan Ershita'er. Sekilas senyum muncul di wajahnya saat matanya tertuju pada Daniel. Sorotnya memancar

  • Kultivator Inti Semesta   801

    Namun Daniel mencibir. Bibirnya menyungging senyum tipis yang dipenuhi kemarahan. “Tidak perlu repot-repot,” ujarnya pelan, tapi suaranya menggema seisi ruangan. Gema itu seperti peringatan akhir yang menggantung di langit mendung. “Pukaishan telah mati. Sekarang... kamu temani dia di alam baka.” BAANG!!! Satu pukulan penuh kekuatan Ilahi menghantam kepala Wuyan Mei. Tidak ada peringatan, tidak ada aba-aba. Hanya energi murni yang meledak dari kepalan tangan Daniel, menghantam sasaran dengan presisi mematikan. Suara tulangnya pecah terdengar jelas, mengerikan, seolah ruangan ini menjadi saksi kekuatan mutlak yang tak bisa ditawar. Kepalanya hancur berkeping. Potongan tengkoraknya terlempar ke lantai, diikuti cipratan darah yang seketika membeku di tengah udara karena tekanan energi Ilahi yang masih tersisa. Tubuh tanpa kepala itu tetap berdiri selama beberapa detik, seperti belum menyadari kematiannya, sebelum akhirnya jatuh ke lantai tanpa suara. Ruangan menjadi sunyi. Tak ada y

  • Kultivator Inti Semesta   800

    Wajah Wuyan Mei seketika memucat. Warna merah jambu di pipinya lenyap seperti terhapus oleh bayangan kematian. Setetes keringat dingin jatuh dari pelipisnya, mengikuti garis wajahnya yang kini kehilangan keanggunan. “Aku... aku tidak biasa memakan makanan ini. Tapi aku tahu kamu sangat menyukainya, jadi aku... aku merasakannya untukmu,” ujarnya terbata. Suaranya pecah, tidak lagi terbungkus kelembutan. Retakan pada nada bicaranya menguak kegelisahan yang ia coba sembunyikan. Daniel mendekat selangkah. Jarak di antara mereka kian menipis, namun yang terasa justru jurang yang menganga lebar. Sorot matanya penuh ancaman, bukan ancaman yang ditunjukkan dengan teriakan atau kekerasan, tapi ancaman yang datang dari kebenaran yang tak bisa lagi dibantah. “Tidak menyukainya, atau karena beracun? Wuyan Mei, sekarang kamu makan!” Suasana berubah mencekam. Bahkan napas terasa lebih berat. Diam yang mencekik melingkupi ruangan. Waktu seolah membeku, dan ketegangan menggantung di udara seperti

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status