Home / Fantasi / Kultivator Inti Semesta / Bab 28: Sangat Kejam, Tapi Aku Menyukainya

Share

Bab 28: Sangat Kejam, Tapi Aku Menyukainya

last update Last Updated: 2024-08-18 16:04:06

Peizhi mengangkat pedangnya dan berteriak, "TARIAN 100 PEDANG!"

Energi pedang yang sangat kuat melonjak seperti pusaran air, memasuki tubuh Peizhi. Xiao Tian segera mengenali teknik ini; itu adalah teknik yang pernah diperlihatkan oleh Xing Han ketika melawannya di Sekte Pedang Tertinggi.

Xiao Tian harus mengakui bahwa teknik Peizhi kali ini jauh lebih kuat dibandingkan teknik yang pernah diperlihatkan Xing Han. Namun, berkat pengalaman sebelumnya, Xiao Tian sudah mempelajari teknik ini dengan baik dan mengetahui mengetahui letak kekurangannya.

Peizhi menatap Xiao Tian dengan tajam. "Tian, mengapa kamu belum mencabut pedangmu? Apakah kedua pedang yang ada di punggungmu hanya sebagai hiasan?"

Xiao Tian tersenyum kecil. "Untuk menghadapimu, aku tidak membutuhkan pedang. Dengan tangan kosong saja sudah lebih dari cukup!"

Peizhi merasa mendidih, urat di dahinya menonjol tanda kemarahan yang tak terbendung. "Sombong! Kalau begitu, jangan salahkan aku jika aku menjadi kejam!" teriaknya pada
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kultivator Inti Semesta   1486

    Xiao Tian merasakan tarikan mulai terbentuk, bukan dari tubuhnya, tetapi dari pusaran yang sedang lahir. Ia menyadari bahwa ini bukan teknik yang bisa ia biarkan berjalan sembarangan. Ia merasakan betapa mudahnya pusaran itu akan meluas jika ia lengah. Ia bisa merasakan dunia di sekitarnya mulai bereaksi, meskipun belum benar-benar terseret. Namun, Xiao Tian tidak menelan semua yang ada di dunia itu. Dia langsung membubarkan teknik Kekosongan Menelan Semesta. Keputusan itu diambil tanpa ragu, tetapi juga tanpa panik. Ia memotong aliran sebelum pusaran memaksa dunia ikut menjadi korban. Ia menghentikan segelnya di titik yang tepat, membiarkan pusaran runtuh kembali tanpa membiarkan kerusakan merambat. Ruang kembali stabil, seolah-olah tidak pernah dibuka. Ia memilih berhenti bukan karena takut pada teknik itu, tetapi karena ia tahu, ini bukan tempat untuk menguji kehancuran. Lelaki tua yang memberikan gulungan itu kepada Xiao Tian masih menatapnya dari langit. “Anak itu memang

  • Kultivator Inti Semesta   1485

    Xiao Tian menghirup udara dingin. Pemahaman itu datang perlahan, tetapi menancap kuat. Kemampuan lelaki tua itu terlalu abnormal, dia akan menggunakan teknik pedang ketika menghadapi orang-orang yang setara. Dan menggunakan teknik Kekacauan Menelan Semesta ketika menghadapi tokoh kuat. Bagi Xiao Tian, ini bukan sekadar pilihan dua teknik. Ini cara berpikir. Pedang dasar menjadi alat yang cukup ketika tidak perlu mengorbankan apa pun, sedangkan Kekosongan Menelan Semesta menjadi keputusan terakhir yang tidak memberi ruang untuk kompromi. Semakin ia menyaksikan, semakin ia memahami bahwa Patriark itu bukan mengejar banyak keterampilan, melainkan mengejar satu keterampilan sampai batas yang tak masuk akal. Pilihan itu bukan keterbatasan, melainkan fokus yang ekstrem. Tapi bukan hanya itu yang membuat Xiao Tian takjub terhadap lelaki tua itu. Dia bahkan bisa menyeret kesadarannya hingga menyaksikan setiap adegan dia berlatih selama ratusan ribu tahun. Dengan kecerdasan Xiao Tian, t

  • Kultivator Inti Semesta   1484

    Ketika Xiao Tian masih menyaksikan kehancuran di hadapannya, kesadarannya diseret ke hal yang lebih jauh. Perpindahan itu terjadi tanpa tanda awal yang jelas. Tidak ada perubahan mendadak pada posisi tubuhnya, tetapi batas antara “menyaksikan” dan “ditarik” menghilang begitu saja. Tarikan itu tidak datang dari arah tertentu, seakan dimensi tempat ia berdiri tidak lagi punya batas. Ia merasa langkahnya masih menapak, namun pada saat yang sama, persepsinya dipaksa menembus lapisan yang lebih dalam. Pemandangan puing dan pasukan lenyap seperti ditarik menjauh, digantikan oleh satu titik yang semakin jelas. Perubahan itu berlangsung tanpa suara. Dunia yang penuh kehancuran tidak runtuh, tetapi menjauh, seperti latar yang ditarik ke belakang panggung. Xiao Tian melihat seorang anak kecil berusia empat tahun sedang berlatih. Dan yang dilatih hanya satu teknik, teknik Kekosongan Menelan Semesta. Tidak ada transisi yang menjelaskan bagaimana titik itu berubah menjadi sosok anak kecil. Na

  • Kultivator Inti Semesta   1483

    Xiao Tian menyaksikan bagaimana serangan yang seharusnya bisa menghancurkan pegunungan, dalam sekejap menjadi tidak berarti saat mendekati pusat pusaran. Tidak ada benturan yang memberi harapan. Yang ada hanya hilang. Hanya dalam waktu singkat, tidak hanya teknik mereka yang ditelan, tubuh mereka juga mulai ditelan. Tarikan itu mulai bekerja langsung pada keberadaan fisik. Barisan yang tadi rapat mulai berubah bentuk. Bukan karena mereka mundur, tetapi karena tarikan itu memaksa posisi mereka bergeser. Xiao Tian melihat tubuh-tubuh yang tertarik lebih dulu, lalu gelombang berikutnya menyusul, seolah-olah pasukan sebesar itu menjadi sesuatu yang bisa diangkat oleh satu tarikan. Ledakkan dahsyat dari hal itu menimbulkan bencana besar. Ruang di sekitar pusaran mulai runtuh mengikuti arah tarikan. Namun, karena Patriark Sekte Pedang Kekacauan mengeksekusi teknik itu dengan kekuatan penuh, bencana itu tidak hanya menelan jutaan pasukan di hadapannya. Tekanan tidak berhent

  • Kultivator Inti Semesta   1482

    Patriark Sekte Pedang Kekacauan mendengus dingin. “Tidak perlu bicara lagi, sekarang aku akan tunjukkan kepadamu, mengapa aku tidak pernah kalah bertarung dengan ranah yang sama.” Dengusan itu tidak disertai luapan emosi. Ia terdengar seperti pemisah antara kata dan tindakan, batas terakhir sebelum sesuatu yang tidak bisa ditarik kembali dilepas ke dunia. Dengusan itu bukan reaksi emosi yang meledak-ledak. Ia seperti garis terakhir sebelum tindakan. Kalimatnya pendek, tetapi maknanya jelas. BUZZ!!! Xiao Tian melihat lelaki tua yang menjadi Patriark Sekte Pedang Kekacauan itu membentuk segel tangan. Segel itu terbentuk dengan tempo yang stabil. Tidak ada gerakan yang dipercepat atau ditahan, seolah setiap posisi jari sudah memiliki tempatnya sendiri sejak awal. Gerakan segel itu tidak rumit di mata Xiao Tian, tetapi terasa memiliki urutan yang tidak boleh salah. Setiap perubahan posisi jari seperti memanggil sesuatu yang sudah lama menunggu perintah. Perubahan kecil pada segel t

  • Kultivator Inti Semesta   1481

    Di bawah lelaki tua itu ada bangunan-bangunan megah. Bangunan-bangunan itu berdiri rapat, tersusun rapi, menunjukkan bahwa tempat ini pernah memiliki tatanan yang sangat terjaga. Mungkin itu adalah pemandangan Sekte Pedang Kekacauan sebelum kehancuran melanda. Namun, pemandangan bangunan-bangunan megah itu tidak terlihat indah, karena entah di atas atap, di halaman-halaman depan gedung, yang ia lihat adalah mayat yang berserakan di mana-mana. Tidak ada satu area pun yang benar-benar bersih dari jejak kematian. Kerapian dan kemegahan yang seharusnya menjadi kebanggaan sebuah sekte besar justru menjadi latar dari kehancuran yang tak bisa ditutup. Mayat-mayat itu tidak menghalangi satu titik saja, tetapi tersebar seperti jejak yang ditinggalkan oleh pertempuran yang tidak memberi kesempatan untuk bertahan. Jejak itu tidak acak, melainkan menunjukkan runtuhnya pertahanan dalam waktu yang sangat singkat. Xiao Tian tidak melihat tanda bahwa mereka sempat mundur atau berpencar. Mereka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status