Sebelum Fang Dai sempat bergerak, sebuah tangan tiba-tiba menepuk pundaknya dengan lembut, menghalangi niatnya. Sebuah perasaan yang tidak bisa dijelaskan seketika mengalir melalui dirinya, menahan setiap gerakannya. Matanya yang lebar terbelalak saat dia menoleh, dan di sana, berdiri Xiao Tian dengan ekspresi wajah yang luar biasa tenang, seakan-akan ribuan kultivator ini tidak memberikan ancaman sedikitpun. “Senior tidak perlu melakukan itu,” kata Xiao Tian dengan suara yang tenang, namun penuh dengan keyakinan. “Mereka datang untuk meminta hartaku, biarkan aku yang menghadapi mereka semua!” Fang Dai terdiam, kebingungannya semakin dalam. Dia menatap wajah Xiao Tian yang tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun, tidak ada rasa khawatir, hanya ketenangan yang menenangkan. Seperti seorang pemimpin yang sudah menentukan takdirnya, dan siap untuk menghadapi apa pun tanpa ragu. Tidak ada rasa gentar di matanya, hanya sebuah aura yang penuh dengan kepercayaan diri yang tak tergoyahka
Saat Xiao Tian kembali ke kapal, atmosfer di sekitarnya masih diliputi keheningan yang mencekam. Fang Dai, Hou Ju, dan yang lainnya tetap membisu, sorot mata mereka masih dipenuhi keterkejutan dan ketakutan yang belum sirna. Kejadian barusan terasa begitu luar biasa hingga sulit untuk dicerna. Mereka telah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Xiao Tian menghabisi ribuan orang tanpa sedikit pun menunjukkan tanda-tanda kelelahan atau keraguan. Kekuatan yang ditunjukkannya melampaui batas pemahaman mereka.Xiao Tian melangkah dengan tenang ke geladak kapal, angin malam yang berhembus lembut menerpa jubahnya yang masih bersih, seolah tak ternodai oleh pembantaian yang baru saja terjadi. Sikapnya tetap dingin dan tak tergoyahkan, seakan kejadian itu hanyalah angin lalu yang tak berarti."Senior, arahkan kapal ini ke Klan Yan. Kita akan bergerak malam ini juga," perintahnya dengan suara datar, namun mengandung ketegasan yang tak terbantahkan.Hou Ju menatapnya sesaat, seolah ingin m
Tatapan mereka segera tertuju pada sosok Fang Dai. Begitu mengenali siapa yang berdiri di kapal itu, ekspresi mereka berubah drastis. Wajah mereka yang awalnya hanya menunjukkan kehati-hatian kini dipenuhi keterkejutan dan ketakutan yang tak dapat disembunyikan. Tanpa menunggu lebih lama, mereka segera mengaktifkan metode darurat untuk memperingatkan seluruh anggota klan.BOOM!!!Sebuah kembang api melesat tinggi ke langit, meledak dengan cahaya merah menyala yang menerangi langit malam. Sejenak, ledakan itu terlihat indah, namun bagi mereka yang berada di dalam Klan Yan, itu adalah pertanda bahaya.Saat cahaya dari ledakan kembang api itu menyebar, seluruh anggota klan yang melihatnya merasakan jantung mereka berdegup kencang. Tidak ada yang menganggapnya sebagai perayaan—sebaliknya, rasa takut menjalari tubuh mereka. Mereka tahu persis apa arti kembang api itu.Musuh besar telah datang.Dari dalam benteng utama Klan Yan, sebuah suara berat dan berwibawa menggema, membawa getaran yan
Di sisi lain, Fang Dai mengencangkan cengkeraman tangannya. Nafasnya mulai berubah. Dia siap bergerak, namun lengan kokoh yang ringan menyentuh bahunya menghentikan langkah itu.“Tenangkan dirimu, Senior,” kata Xiao Tian pelan namun mantap, seperti suara air yang mengalir tapi membawa kekuatan yang tak bisa dibendung. “Dia sengaja menyembunyikan kultivasinya. Dia bukan peringkat enam Alam Maha Agung… tapi peringkat delapan. Jadi, biarkan aku yang menghadapinya.”Mata Fang Dai terbelalak. Sekilas ia menatap wajah pemuda di sebelahnya. Ia bukan tidak percaya pada kata-kata Xiao Tian, tetapi kabar itu terlalu mengejutkan. Leluhur klan Yan… peringkat delapan Alam Maha Agung? Sosok dengan kekuatan seperti itu seharusnya sudah lama meninggalkan Alam Zuwu. Mereka biasanya pergi ke Alam Langit Berbintang, mencari sumber daya dan peluang langka yang hanya tersedia di sana. Bagi para ahli pada tingkatan itu, Alam Zuwu sudah terlalu sempit, terlalu miskin akan energi yang bisa menopang terobosa
Saat tiga sosok itu telah mendekat hingga hanya berjarak sekitar dua puluh meter, Xiao Tian mengangkat satu tangannya perlahan, lalu melambaikannya ke depan… gerakan yang ringan, santai, nyaris seperti mengusir debu.BAANG!!!Ledakan dahsyat tiba-tiba terjadi—bukan dari benturan teknik, bukan dari pertempuran panjang. Namun langsung, seketika, tanpa proses. Tubuh ketiga Tetua klan Yan langsung terhenti di udara… dan kemudian lenyap. Bukan terpental. Bukan terhempas. Tapi benar-benar menghilang, seolah mereka tidak pernah ada.Tidak ada darah. Tidak ada sisa daging. Bahkan tidak secuil kain pun yang tertinggal.Hanya abu halus yang berjatuhan perlahan, terurai di udara malam, dan hening yang menyesakkan seketika menyelimuti tempat itu.Leluhur klan Yan yang mengamati dari kejauhan, tidak langsung berbicara. Matanya menyipit. Sebagai seseorang yang telah mencapai puncak kekuatan di Alam Zuwu, dia memiliki persepsi yang luar biasa tajam terhadap pergerakan energi. Namun saat Xiao Tian m
Energi spiritual dari ratusan ribu anggota Klan Yan membubung ke langit. Arus cahaya berwarna biru keunguan membentuk pilar-pilar energi yang menyatu ke dalam inti formasi pelindung. Di langit, formasi raksasa mulai aktif sepenuhnya—lingkaran-lingkaran kuno muncul dan berputar lambat, satu demi satu. Pola-pola formasi itu bukan sekadar ukiran simbol, tapi representasi hukum langit dan bumi yang telah dimeteraikan sejak ribuan tahun lalu oleh pendiri klan Yan.Udara mulai mendesing.Tanah mulai bergetar hebat.Leluhur klan Yan tidak menyia-nyiakan momentum itu. Dia melambaikan tangannya, melemparkan puluhan bendera formasi tambahan ke berbagai arah. Bendera-bendera itu langsung tertancap di udara, seperti tiang pengikat langit yang memperkuat struktur pertahanan yang sedang dibangun.Tangannya bergerak cepat, membentuk ratusan segel dalam hitungan detik. Setiap jari yang bergerak memancarkan cahaya keemasan yang mengalir ke setiap simpul formasi.“Formasi Kebangkitan… aktifkan!”BUZZZ
Dari udara, mata Xiao Tian menatap pemandangan itu dengan dingin. Sorot matanya menusuk tajam, bagai bilah pedang tak berperasaan yang menyapu seluruh wilayah klan Yan. Leluhur klan Yan yang berdiri di tengah puing-puing formasi, kini terlihat seperti orang bodoh. Wajahnya yang sebelumnya dipenuhi dengan kesombongan dan kepongahan… kini benar-benar pucat.Tak percaya. Tak mampu memahami. Tak bisa menerima kenyataan.Xiao Tian mendengus. Dingin. Tanpa ampun."Aku sudah memperingatkan kalian semua…” Suaranya rendah, tapi tegas dan menyebar ke seluruh penjuru. “Namun kalian memilih untuk menertawakan kata-kataku, memilih untuk menyepelekan, memilih untuk menyerangku. Maka… inilah hasil dari keputusan kalian sendiri.”Ia mengangkat tangannya dan menunjuk langsung ke wajah lelaki tua itu.“Sekarang… jangan salahkan aku. Salahkan leluhur kalian yang terlalu bodoh!”Sorot mata Xiao Tian menyipit. Wajahnya kini bukan hanya serius, tetapi dipenuhi kebencian yang dalam dan membara. Awalnya dia
Suara-suara penuh amarah mulai membanjiri udara. Mereka yang tadinya terkapar di tanah, dengan luka-luka parah di tubuh mereka, kini mulai bangkit perlahan. Mereka tidak berdiri karena pulih, melainkan karena dorongan kebencian yang menyala dalam dada mereka, membakar rasa sakit dan menggantikannya dengan amarah yang tak terbendung.Para Tetua yang tersisa, dengan tubuh gemetar dan wajah penuh darah, mulai menunjuk Leluhur mereka dengan jari-jari yang gemetar.“Terkutuk! Kau bukan manusia... Kau adalah iblis dalam wujud manusia!”Mata Leluhur Klan Yan berubah tajam. Namun bukan karena penyesalan—justru sebaliknya, ia tersenyum penuh kebanggaan. Senyum iblis yang merayakan kehancuran moralnya sendiri.“Hahaha... aku memang iblis! Tapi aku adalah iblis yang menyelamatkan kalian! Berkat kekuatanku, klan ini bisa bertahan di Alam Zuwu! Berkat kekuatanku, nama Klan Yan disegani! Jika kalian dianggap mulia, itu bukan karena kalian hebat, tapi karena kalian adalah milikku! Semua pujian itu u
Di sisi lain, di wilayah generasi tua, situasi jauh lebih tegang. Di sebuah dataran yang berbeda dari lahar sebelumnya, kekuatan yang saling berhadapan sudah terkumpul dalam formasi penuh. Pemimpin Paviliun Gerbang Kematian berdiri di garis depan, diapit oleh Pemimpin Rumah Suci Matahari Hitam dan Rumah Suci Langit Berdarah. Di belakang mereka, para tetua berdiri sejajar, auranya menggelegar. Mereka mengepung dua kelompok kecil: Pemilik Villa Hati Seribu Bintang dan Pemimpin Paviliun Bayangan Naga Abadi, bersama para tetua mereka yang terlihat jauh lebih sedikit. Gu Yang, Pemimpin Paviliun Gerbang Kematian, melangkah maju, senyum licik mengembang di wajahnya. “Gu Yang, apa maksudnya ini?” tanya Pemimpin Paviliun Bayangan Naga Abadi, suaranya tenang tapi tegas. Wajahnya tidak menunjukkan kepanikan, sebaliknya sangat tenang, seolah ia telah memperkirakan semua ini sejak awal. Gu Yang tertawa panjang. “Hahaha, orang tua... kalian telah hidup terlalu lama. Daripada menjadi makhluk tua
Di luar, tak satu pun tahu apa yang sedang terjadi. Mereka tidak memahami kekuatan itu, tidak mengenal kemampuan melahap selevel ini. Mereka hanya bisa menyaksikan monster darah sebesar gunung itu perlahan memudar—dari kokoh, menjadi transparan, lalu hancur menjadi aliran energi yang tersedot ke dalam cincin Xiao Tian. BAANG!!! Monster darah itu akhirnya meledak. Energinya terserap sepenuhnya ke dalam cincin Xiao Tian. Di saat yang sama— PLOF! PLOF! PLOF! Neo Jhinyu, Wong Hai, dan Xi Wangmu memuntahkan darah segar. Wajah mereka kini benar-benar seperti mayat hidup. Daging mereka menghilang. Hanya kulit keriput yang menempel pada tulang. Mata mereka nyaris keluar dari rongganya. Ketiganya menatap Xiao Tian dengan mata membelalak, tubuh mereka gemetar hebat. Rasa takut tak lagi bisa disembunyikan. Nafas mereka bergetar, dan langkah pun tak bisa lagi diambil. Teknik rahasia mereka—teknik yang telah mereka gunakan untuk membantai banyak kekuatan besar, bahkan menghancurkan beberap
Xiao Tian menatap monster darah itu tanpa berkedip. Tatapannya dingin, namun dalam hatinya bergemuruh rasa ingin membantai. Ia sangat ingin mengeluarkan pedang karat misterius yang selama ini setia bersamanya. Energi pekat dari monster darah itu adalah santapan sempurna bagi artefak itu. Namun, ia menahan keinginannya. Karena dia tahu, sekali pedang itu keluar, maka penyamarannya akan berakhir. Semua orang akan langsung mengenalinya, sebab pedang karat misterius bukanlah artefak biasa. Ribuan pasang mata sudah mengenalnya sebagai tanda tangan Xiao Tian. Dalam hati, dia berkomunikasi cepat. “Roh tua, tenang saja. Walaupun kamu tidak aku keluarkan, aku akan memastikan monster darah itu menjadi makananmu!” Jawaban belum terdengar, namun dari dalam cincin dewa, aura pedang karat misterius mulai bergemuruh antusias, seolah-olah mengerti maksud tuannya. Cincin itu bergetar ringan, mengeluarkan denyut lembut yang tak terdengar oleh siapapun kecuali Xiao Tian. Di sisi lain, Neo Jhinyu, W
Neo Jhinyu mencoba bangkit dengan membalas. Giginya bergemeletuk menahan emosi yang berbaur dengan rasa malu. “Sebenarnya siapa kamu? Aku tidak percaya kamu adalah anggota Villa Hati Seribu Bintang!” Xiao Tian mengangkat dagunya sedikit, mendengus dingin. Dalam sikapnya tidak ada tergesa. Suaranya tetap tenang, seolah ia adalah hakim yang akan memutuskan akhir hidup di hadapannya. “Siapa aku itu bukan urusanmu. Hal yang perlu kamu tahu adalah, tempat ini akan menjadi kuburanmu.” Mata Neo Jhinyu menajam. Ia tak bisa lagi berpura-pura tenang. Sorot matanya bergetar hebat, wajahnya memucat, tapi dari mulutnya meluncur teriakan terpaksa. “Sial, karena kamu menolak untuk mengampuni kami, maka walaupun kami mati, kami akan menyeretmu mati bersama!” Suara teriakannya menggema. Ia menatap Wong Hai dan Xi Wangmu, memberi aba-aba dengan pandangan yang sudah penuh keputusasaan. “Gabungkan teknik terkuat kita. Biarkan bajingan itu mati bersama kita!” Tanpa ragu, ketiganya langsung membaka
Dengan tenang, Xiao Tian mengangkat tangannya. Dari dalam tubuhnya, kilatan petir melingkar dan membentuk sebuah cambuk panjang yang mendesis ganas, memancarkan tekanan seperti binatang buas yang baru dibangkitkan dari tidur panjang. Cambuk itu tidak hanya bergerak, tapi mengaum—menggigilkan tulang-tulang siapa pun yang mendengarnya. Lalu, dia bergerak. Bagaikan singa kelaparan yang menerkam kawanan tikus. Slash! Slash! “EAAAAAAHHHHH!!” “EAAAAAAHHHHH!!!” “EAAAAAAHHHHH!!!” Jeritan demi jeritan mengoyak udara panas. Setiap kali cambuk petir menghantam tubuh lawan, bukan hanya luka yang tercipta—tetapi ledakan. Tubuh-tubuh meledak menjadi kabut darah, daging mencair, tulang hancur, dan jiwa terlempar sebelum lenyap. Tanah bergetar, udara terasa sesak karena aroma darah yang membumbung tinggi. Darah menyembur ke segala arah. Suara cambuk dan jeritan kematian membentuk orkestra kematian yang tidak bisa dilupakan oleh siapa pun yang mendengarnya. Bahkan para anggota Paviliun Bayang
Wajah Long Hotian menjadi sangat buruk. Ia tahu, kekuatan seperti ini bukan hal yang bisa mereka lawan. Ia mungkin bisa melarikan diri jika ingin, tapi anggotanya—termasuk Bai Ruochen—tidak akan selamat. Skenario ini adalah jebakan yang sempurna. Perangkap yang telah disusun dengan rapi, dan kini mulai dijalankan. Di tengah tekanan hebat itu, saat semua orang menahan nafas, dan sebagian mulai dilanda kepanikan— Xiao Tian melangkah maju. Langkahnya tenang, bahkan ringan. Wajahnya datar, tak menunjukkan rasa gentar sedikit pun. Setiap gerakannya tidak menciptakan gelombang energi besar, namun diam-diam menyalakan perubahan atmosfer. Seakan ruang mengenali bahwa sesuatu yang asing telah bergerak. “Akhirnya… kebetulan aku sudah pegal tidak bertarung. Kalian cukup untuk sedikit merentangkan otot-otot ku!” Semua pandangan tertuju padanya. Para anggota ketiga kekuatan besar mengalihkan fokus mereka. Namun alih-alih waspada, mereka justru tertawa keras—tawa mengejek, meremehkan, seolah k
Dataran tandus yang awalnya hening berguncang hebat, seperti ditarik dari inti bumi oleh kekuatan yang tak terlihat. Suara retakan menyebar di segala arah, angin berdesir memutar liar, menciptakan pusaran energi yang mencakar langit. Dua pusaran raksasa terbentuk dengan sempurna tepat di tengah-tengah dataran. Pusaran itu berputar perlahan, namun menyimpan kekuatan luar biasa yang seakan mampu menelan seluruh langit di atasnya. Salah satu pusaran memancarkan cahaya ungu keemasan, sinarnya berdenyut pelan seperti napas makhluk hidup. Sementara yang satu lagi menyala merah darah bercampur hitam pekat, menciptakan bayangan kelam yang menyebar hingga ke kaki para pengamat. Pemilik Villa langsung berseru lantang, suaranya bergema kuat di seluruh penjuru area. Nada bicaranya tidak terburu-buru, namun penuh otoritas. “Kalian generasi muda, memasuki pusaran sebelah kiri! Sedangkan yang berusia di atas empat puluh tahun, kalian memasuki pusaran sebelah kanan! Generasi muda dan generasi tua
“Kita harus bergegas. Paviliun Bayangan Naga Abadi sudah menunggu kita terlalu lama. Mereka akan ikut masuk ke area terlarang,” ucap Pemilik Villa dengan suara penuh wibawa. Salah satu Tetua bertanya pelan, nada suaranya hampir tenggelam di tengah gemuruh siaga kapal perang. “Tuan, apakah itu tidak menjadi pemborosan?” “Tidak. Paviliun Bayangan Naga Abadi ikut berkontribusi untuk merawat area terlarang ini. Lagipula lokasinya berada di perbatasan antara Villa Hati Seribu Bintang dan Paviliun Bayangan Naga Abadi. Jadi itu adalah hal wajar untuk berbagi kekayaan.” Jawaban itu membuat semua Tetua langsung diam. Tidak ada lagi pertanyaan. Semua langsung menaiki kapal perang. Satu per satu, formasi pelindung diaktifkan dan energi mengalir deras, menyelimuti seluruh badan kapal dengan lapisan perlindungan rapat. Kapal itu melesat menembus langit, meninggalkan jejak cahaya panjang di belakangnya. Sepanjang perjalanan, suasana dalam kapal dipenuhi bisik-bisik dan pandangan penuh rasa ingi
Xiao Tian mengikutinya dari belakang, langkahnya mantap namun tanpa suara, dan ketika burung raksasa itu terbang, pemandangan megah Villa Hati Seribu Bintang terbentang luas di bawah mereka. Gunung-gunung yang menembus awan jumlahnya tak terhitung. Ada air terjun spiritual yang jatuh dari puncak-puncak suci, padang rumput berbunga, hingga formasi-formasi terapung yang berkilauan di langit. Tiang-tiang cahaya spiritual menghubungkan langit dan bumi, dan setiap sudut wilayah itu menunjukkan kemegahan sebuah kekuatan yang telah mengakar selama ribuan tahun. Semua pemandangan ini tidak bisa dilihat oleh orang luar, hanya mereka yang berada di lingkaran inti Villa yang bisa menyaksikannya. Dari kejauhan, beberapa murid dan Tetua yang sedang beraktivitas di langit dan daratan melihat Bai Ruochen terbang bersama seseorang. Tatapan mereka langsung tertuju ke pemuda asing yang duduk di belakang Putri Suci. “Siapa pemuda itu? Beruntung sekali dia bisa duduk di belakang Putri Suci sambil menu