Home / Fantasi / Kultivator Jiwa Modern / Bab 188 — Suara yang Tidak Seharusnya Ada

Share

Bab 188 — Suara yang Tidak Seharusnya Ada

Author: Vanhelsing83
last update Huling Na-update: 2025-11-28 21:52:48

Cahaya putih itu tidak terang, tetapi cukup membuat dinding batu terlihat seperti berlapis kabut tipis. Bara berdiri paling depan, tubuhnya kaku, seperti ada sesuatu yang menahannya untuk melangkah.

Kael mendecak. “Ayo maju, Bara. Kalau kita berhenti, kita mati konyol.”

Gerry langsung mengangkat tangan. “Jangan bilang begitu! Aduh… saya sudah merinding.”

Liora mendekati Bara, menyentuh lengannya pelan. “Apa yang kau rasakan?”

Bara menggeleng pelan. “Ruang inti… memanggil. Tapi panggilannya bukan untukku saja.”

Kael mengerutkan kening. “Maksudmu apa lagi? Jangan bilang ada makhluk lain menunggu.”

“Lebih buruk,” Bara menunduk sedikit. “Ada… seseorang.”

Risa maju satu langkah. “Seseorang?”

Tepat saat itu, suara lembut terdengar dari dalam cahaya putih.

“…Bara…”

Semua langsung membeku.

Gerry memekik. “AARRGH!! Tidak! Tidak! Itu suara perempuan! Saya dengar jelas!”

Kael menoleh cepat. “Siapa itu?!”

Risa memegang tangan Alen erat. “Itu… bukan suara yang hidup di dunia ini.”

B
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Kultivator Jiwa Modern   Bab 200 — Keputusan di Ujung Dunia

    Cahaya dipusat dunia berputar pelan seperti lingkaran putih yang terus berputar. Bara berdiri paling depan, tubuhnya tegak, tapi kedua tangannya terlihat gemetar. Kael mendekatinya. “Hei… jangan diam terlalu lama. Kau buat aku gugup.” Gerry mengangkat tangan. “Aku dari tadi gugup! Aarrghh… aku tidak mau mati di bab terakhir!” Liora menoleh tajam. “Gerry. Tenang.” “Aku mencoba tenang!” Gerry menekan dadanya. “Tapi tempat ini sangat menakutkan!” Risa melangkah mendekat sambil memegang bahu Bara. “Bara… apa kau yakin dengan keputusanmu ini?” Bara menatap kepusat cahaya itu. “Jika aku tidak masuk ke inti, dunia akan runtuh. Tapi kalau aku masuk, mungkin aku tidak kembali.” Alen menarik baju Bara dari samping. “Paman Bara… jangan pergi sendirian…” Bara tersenyum kecil. “Paman tidak pergi untuk meninggalkan kalian. Paman pergi untuk membuat kalian tetap hidup.” Kael mengerutkan kening. “Kalau kau bicara seperti itu… terdengar seperti perpisahan.” “Karena memang begitu,” j

  • Kultivator Jiwa Modern   Bab 199 — Di Ambang Pintu Terakhir

    Suasana di ruang pusat semakin kuat. Cahaya dari inti dunia memancar dengan kuat, membuat bayangan bergerak seperti hidup. Bara berdiri paling depan, wajahnya tegang namun fokus. Kael melirik ke kiri dan kanan. “Sial… tempat ini seperti menunggu kita. Aku tidak suka tempat seperti ini.” Gerry menelan saliva. “Aduh… aku juga tidak suka. Kalau ini meledak, aku pasti pingsan.” Liora berjalan mendekati Bara. “Semua aliran energi ini mengarah padamu. Jika inti ini sudah aktif penuh, kau bisa terseret kedalamnya.” Bara menatap inti yang berputar terang. “Aku tahu. Tapi kita sudah terlalu jauh untuk mundur.” Risa mendekat sambil menggenggam tangan Alen. “Bara… apa kau yakin bisa menghentikan ini? Penjaga tadi mengatakan bahwa tidak ada jalan aman.” Bara menatap Risa. “Aku tidak butuh jalan aman. Aku butuh jalan yang tepat.” Kael mendengus. “Hei… jawabanmu itu selalu membuat aku tambah cemas.” Gerry langsung merespons cepat. “Iya! Kalau ada cara yang tidak membuat aku mati,

  • Kultivator Jiwa Modern   Bab 198 — Gerbang yang Menunggu Jawaban

    Bara berdiri di depan gerbang raksasa itu. Permukaannya berwarna abu gelap dengan garis cahaya tipis yang bergerak pelan, seperti nadi yang menunggu keputusan terakhir. Kael mendekat sambil mengusap wajahnya. “Aduh… tempat ini membuat kepalaku sakit. Gerbangnya seperti melihat kita.” Gerry memukul dadanya pelan. “Aarrghh… aku tidak mau masuk. Tolong katakan kalau kita punya pilihan lain.” “Tidak ada,” jawab Bara singkat. “Ini satu-satunya jalan menuju pusat.” Liora memeriksa ujung gerbang. “Bara, ada tanda Nada Ketiga di bagian samping.” Ia menyentuh sedikit, lalu menarik tangannya dengan cepat. “Panas.” Risa menggendong Alen lebih erat. “Jika kita masuk, apa yang menunggu kta di dalam?” Bara menatap gerbang itu tanpa bergeser. “Penentu akhir.” Kael menggeram pendek. “Brengsek… kalau yang menunggu itu makhluk aneh seperti Penjaga tadi, aku akan mundur sedikit, bukan lari, tapi… ya mundur.” Gerry menjitak lengannya sendiri. “Tolong jangan bercanda! Aku hampir pingsan

  • Kultivator Jiwa Modern   Bab 197 — Gerbang yang Tidak Boleh Dibuka

    Lorong menuju pusat dunia semakin menyempit. Dinding batu bergetar pelan, seakan menolak kehadiran mereka. Kael mengangkat tangan. “Lihat itu… lantainya bergerak lagi.” Gerry langsung mundur satu langkah. “Aduh… jangan bergerak dulu. Kalau lantainya runtuh, aku ikut jatuh.” Liora menunduk, memperhatikan permukaan lantai yang bergeser perlahan seperti lempengan. “Ini bukan runtuhan. Ini sedang menyusun ulang jalurnya.” Kael mendesis. “Bagus sekali. Dunia ini punya kesadaran sekarang.” Bara berjalan paling depan. “Gerbang pusat ada di ujung koridor ini. Kita harus lanjut.” Risa memegang lengan Bara. “Tunggu. Saya dengar suara langkah dari kanan.” Kael menoleh cepat. “Apa lagi yang muncul kali ini?” Alen memegang tangan ibunya erat. “Ibu… aku dengar ada memanggil aku lagi.” Gerry langsung mengangkat kedua tangan. “Tidak! Jangan ikuti suara itu! Itu pasti jebakan! Pasti!” Liora menghunus belatinya. “Siap apa pun yang keluar.” Bara memejamkan mata sebentar, lalu men

  • Kultivator Jiwa Modern   Bab 196 - Gerbang Yang Menutup Jalan Kembali

    Lorong terakhir itu terbuka perlahan, memperlihatkan cahaya putih dari dalam ruang pusat. Bara berdiri paling depan, menatap gerbang besar yang tampak seperti berlapis-lapis cahaya. Kael menelan ludah. "Aku tidak suka gerbang seperti ini. Terlalu sunyi. Biasanya ini pertanda ada sesuatu yang menunggu." Gerry mengangkat tangannya yang gemetar. "Aduh… Aku rasa lututku mau copot. Tolong jangan biarkan aku yang berjalan paling depan." Liora berdiri di sisi Bara, tatapannya tidak lepas dari cahaya di depan. "Begitu kita masuk, ruangan ini bisa menutup jalannya sendiri. Kita harus waspada." Risa mendekat sambil memeluk Alen. "Bara… apakah ini benar-benar titik akhirnya?" "Ya," jawab Bara dengan suara pelan. "Jika kita ingin menghentikan benturan Nada Ketiga, semuanya harus terjadi di dalam sana." Kael menepuk telapak tangannya. "Baik. Kalau begitu, kita masuk dan selesaikan saja." Gerry memekik pelan. "Aarrghh… itu kedengarannya seperti rencana yang sangat buruk, tapi aku ik

  • Kultivator Jiwa Modern   Bab 195 - Langkah Ke Pusat Dunia

    Lorong terakhir itu terbuka seperti pintu batu yang bergerak perlahan. Dari balik celah, cahaya putih menyebar perlahan, membuat bayangan mereka memanjang di lantai. Kael menahan napasnya. "Aduh… akhirnya. Tapi kenapa tempat ini terasa seperti ruang penghakiman?" Gerry memegangi dadanya. "Saya setuju. Kalau ini pusat dunia, saya berharap ada kursi empuk. Tapi seperti biasa… tidak ada apapun." Liora mengamati dinding yang penuh garis melingkar. "Energinya kuat. Pusat dunia sudah tidak jauh lagi." Bara berdiri paling depan. "Kita masuk perlahan. Jangan sampai terpisah." Risa menggenggam tangan Alen. "Nak, di sini tetap dekat ibu, ya. Jangan lihat ke mana-mana tanpa izin." Alen mengangguk. "Ya, Bu…" Mereka melangkah maju. Saat pintu terbuka lebar, sebuah ruangan besar menyambut mereka. Lantainya seperti piringan besar yang bergerak pelan. Cahaya turun dari atas, mirip hujan rintik. Kael mendesis. "Wah. Tempat ini lebih aneh dari yang aku bayangkan." Gerry menunjuk ke tengah rua

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status