Malam harinya, Aji Saka tiba di lereng Gunung Guntur. Sejenak dia istirahat terlebih dahulu disebuah saung, yang terbuat dari bambu hitam dan bambu kuning. Saung ini tidak jauh dari Perguruan Beladiri Gentar Bumi, biasanya para murid perguruan yang baru pulang menjalankan misi dari gurunya, bila kemalaman tiba di lereng gunung, mereka istirahat dulu semalaman di saung, baru pagi harinya kembali melanjutkan perjalanannya ke Perguruan Gentar Bumi.
Seperti malam ini, Aji Saka bermalam sendirian di saung bambu. Udara dingin sudah tidak terasa lagi olehnya, selain sudah biasa tinggal dipuncak gunung, dia juga memiliki sebuah kekuatan mistis didalam tubuhnya, karena dengan sendirinya tubuh Aji Saka bisa menyesuaikan dengan berbagai kondisi alam dan cuaca buruk sekalipun.Tak lama berselang, tiba-tiba terdengar suara jeritan seorang perempuan yang meminta pertolongan. Pendengarannya semakin dipertajam, dengan menyalurkan kekuatan kedalam telinganya. Setelah jelas sumber suara yang minta pertolongan dari arah bawah lereng gunung. Dia cepat melesat loncat dari pohon ke pohon, menuju ketempat wanita yang meminta pertolongan.Tampak ada seorang wanita muda cantik yang tengah dikeroyok oleh enam pria bajingan, yang memaksa hendak memperkosanya."Sudahlah Nona, menyerahlah daripada kami membunuhmu. Sayang dengan kecantikan dan kemolekan tubuhmu," ucap seorang pria bajingan itu memaksa wanita muda untuk takluk kepada mereka."Cuih....! Daripada aku harus menyerahkan kesucian ku kepada iblis seperti kalian, lebih baik aku mati dengan hormat," balas wanita cantik."Baik, kalau mau mu begitu. Kami akan memaksamu untuk menyerahkan barang berharga milikmu. Rasakan ini.... Cengkraman Rajawali Memangsa Lawan!" Seru pemimpin kelompok bajingan berteriak hendak menerkam mangsanya.Duarr.... Duarr....Secara tiba-tiba ada yang menghadang pukulan pemimpin bajingan itu, hingga membuat pemimpin bajingan hancur menjadi kabut darah.Tentu saja hal itu membuat mereka terbelalak matanya, sama sekali tidak menyangkanya bahwa akan ada seorang Dewa penolong.Tampak seorang kultivator muda dengan gagah dan tegap, berdiri dihadapan lima orang bajingan."Dasar pecundang, beraninya mengeroyok perempuan. Kalau kalian punya nyali, hadapi aku!" Seru Aji Saka."Siapa kamu? Beraninya mencampuri urusan kami!" Seru salah seorang bajingan, balik bertanya."Kalau kalian ingin tau, rasakan ini.... Gentar Bumi!" Balas Aji Saka berseru menerjang kelima bajingan dengan pukulan intinya.Duarr.... Duarr.... Duarr....Ledakan yang sangat keras menghancurkan kelima pria bajingan menjadi debu, lalu berterbangan tertiup angin pegunungan.Aji Saka menghampiri wanita cantik yang terluka di dada sebelah kirinya, terkena sabetan pedang lawan.Dia membawanya ke saung bambu, dan mencari dedaunan serta akar-akaran obat untuk mengobati luka-lukanya. Dedaunan dan akar obat, diremas-remas dengan kekuatan yang dialirkan ke tangannya.Dengan perlahan, dia mengobati luka sabetan pedang di dada sebelah kiri wanita cantik, yang menatap nanar kepada Aji Saka.Usai mengobati dan membalutnya dengan sobekan kain baju milik Aji Saka. Lalu merebahkan wanita cantik itu dengan kepalanya di atas paha Pendekar Aji Saka, sambil membelai dan mengelus-elus rambut wanita cantik, dengan rasa kasih sayang.Ada rasa bergejolak didalam jiwa mudanya, gairah kelelakiannya timbul ketika kepala wanita cantik itu menindih batang kemaluan miliknya. Walaupun dia baru merasakan bersentuhan langsung dengan wanita cantik, namun jiwanya masih bisa dikendalikan. Sehingga tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.Begitu pula dengan wanita cantik itu, dia juga sama merasakan apa yang dirasakan oleh Aji Saka. Meskipun dirinya sedang menahan rasa perih karena luka di dadanya, tapi rasa perih itu dapat dikalahkan dengan rasa yang mampu menggetarkan jiwanya.Dia begitu terlena dengan belaian kasih sayang sambil matanya merem, dia merasakan ada sesuatu barang yang mengganjal di kepalanya. Barang itu terasa hangat dan berdenyut-denyut."Siapa namamu Nona?" Tanya Aji Saka sambil terus membelai rambut wanita cantik."Juminten," jawabnya singkat. "Panggil saja aku Inten," tambahnyaAji Saka menatap wajah Juminten, yang benar-benar cantik dan putih alami, seperti seorang bidadari yang baru turun dari kahyangan."Namaku Aji Saka, panggil saja Saka," ucap Aji Saka.Waktupun tak terasa, Sang Pajar sudah menampakkan wajahnya diupuk sebelah timur. Aji Saka membawa Juminten ke Perguruan Gentar Bumi dengan menunggangi kuda putihnya.Juminten duduk didepannya dengan dipeluk erat oleh Aji Saka dari belakang, agar tidak jatuh dari kudanya.Juminten merasa nyaman berada dalam pelukan Aji Saka, meskipun berada di atas punggung kuda dalam perjalanan kepuncak Gunung Guntur, namun apa yang dilakukan oleh Aji Saka, apalagi adanya gesekan-gesekan ketika memacu kudanya, semakin membuat Juminten merasa nyaman.Aji Saka terus memacu kudanya kepuncak Gunung Guntur, melalui jalan setapak dan mendaki. Namun masih bisa dilewati oleh kudanya, karena jalannya tidak begitu terjal.Sampai di Perguruan Ilmu Beladiri Gentar Bumi, setelah menambatkan kudanya disebuah pohon. Keduanya bergegas menuju ketempat gurunya dengan diiringi oleh sejumlah tatapan mata dari murid perguruan."Lihat tuh, Si Bujang Lapuk baru pulang, dan membawa perempuan yang sangat cantik sekali," ucap salah seorang murid Perguruan Beladiri Gentar Bumi, menunjuk kearah Aji Saka bersama wanitanya.Sejumlah murid yang berada ditempat itu pada melihat Aji Saka dengan tatapan sinis. Mereka sebenarnya iri karena Aji Saka mampu menguasai seluruh ilmu dari gurunya. Sedangkan mereka semuanya mentok, ranah kekuatan kultivasi mereka hanya sampai ditingkat Pendekar Raja, tidak bisa meningkatkan kemampuannya lagi. Tidak seperti Aji Saka yang selalu rajin dan giat berlatih, baik secara fisik maupun mengolah rasa, jiwa dan batin dengan berkultivasi, serta meningkatkan tenaga intinya ketingkat lebih tinggi lagi.Walaupun mereka semua pada iri terhadap Aji Saka, namun satu orangpun tidak ada yang berani menyinggung dirinya. Karena mereka pada tau kehebatan dan kekuatan Aji Saka begitu tangguh. Satu orangpun tidak ada yang mampu mengalahkan kekuatannya.Didalam ruangan khusus, Aji Saka dan Inten duduk berhadapan dengan Eyang Gentar Bumi. Aji Saka menceritakan dari awal ketika dia mulai keluar dari perguruan, hingga menolong Juminten yang dikeroyok oleh enam pria bajingan. Sedikitpun tidak ada yang dikurangi, atau ditambah-tambah. Semuanya diceritakan dengan gamblang.Aji Saka mengatakan bahwa makhluk yang paling hina dan lebih buruk daripada dirinya, adalah dirinya sendiri, karena dia lebih hina dan buruk Dimata Tuhannya. Tidak ada yang bisa menandingi kekuasaan-Nya. Semua makhluk ciptaan-Nya sangat lemah, hina dan buruk dihadapan Tuhannya."Akulah orang yang paling hina, dan paling buruk daripada mereka," ucap Aji Saka dihadapan gurunya.Eyang Gentar Bumi menganggukkan kepalanya tersenyum, senang dengan muridnya yang sangat berbakat untuk menguasai tingkat Abadi di jagad raya ini, dan menguasai ilmu melipat bumi."Bagaimana sekarang....? Apakah kamu sudah siap untuk menerima ilmu lainnya?" Tanya Eyang Gentar Bumi."Sudah, Kakek Guru!" Jawabnya senang.Kemudian gurunya berkata lagi, selama hidup di dunia, jangan pernah memiliki sikap sombong dan merasa lebih baik daripada orang lain, ataupun daripada makhluk lainnya. Karena semua makhluk hidup di jagad raya ini, tidak akan pernah tau bagaimana akhir hidup yang akan mereka jalani. Bisa jadi sekarang baik dan mulia, tapi diakhir hidupnya nanti justru menjadi makhluk yang seburuk-buruknya.Aji Saka dan Juminten menundukkan kepalanya dihadapan Eyang Gentar Bumi. Semua yang diucapkan gurunya, meresap dihatinya."Nak Saka, jagalah Nak Inten. Sayangilah dia sebagaimana kamu menyayangi dirimu sendiri," ucap gurunya berpesan."Baik, Kakek Guru," balas Aji Saka."Sekarang kalian berdua ikuti aku!" Ajak Eyang Gentar Bumi sambil berlalu meninggalkan ruangan itu, menuju keruang rahasia dibalik ruangan khusus, diikuti oleh Aji Saka dan Juminten.Ternyata dibalik ruangan khusus, ada lorong rahasia menuju ke suatu tempat yang sangat dirahasiakan.Bersambung.....Kekuatan Sepasang Kultivator Tangguh dan Mawar, sekarang sudah melampaui kekuatan Alam Dewa Nirwana. Dan mereka selayaknya naik ketingkat lebih atas lagi, yaitu Alam Dewa Cahaya Lapisan Pertama, karena didalam tubuh mereka sekarang, sudah bersemayam jutaan cahaya yang menyilaukan pandangan mata musuh-musuhnya, jika mereka dan kedua kudanya sedang marah, akan terpancar cahaya yang menyilaukan dari dalam tubuh mereka.Aji Saka, Juminten dan Mawar terus memacu kudanya mendaki Golden Mountain, melalui jalan setapak yang biasa dilewati oleh bintang buas. Mereka sengaja tidak terbang, karena mereka ingin memburu binatang buas, untuk dipanggang dipuncak Golden Mountain.Namun yang mereka temukan adalah segerombolan Golden Tiger, menghadang perjalanan sepasang pemilik Pedang Dewa Petir dan Mawar. Raja Golden Tiger dengan memakai mahkota dan mengenakan jubah kebesarannya, serta memegang sebuah tongkat emas, berdiri dengan gagah menatap rombongan Aji Saka penuh selidik."Kalian sudah berani mem
Aji Saka, Juminten dan Mawar, memacu lari kudanya dengan kencang, menuju kearah perbatasan kota Banjar Sagara, di pesisir pantai Sagara. Mawar ingin segera melampiaskan dendam kepada paman tirinya, yang menghancurkan seluruh keluarganya.Waktu pun tak terasa, mereka sudah sampai diperbatasan kota, rumah keluarga Mawar berada dijalan perbatasan, yang mengarah ke Kota Banjar Sagara, yang kini dikuasai oleh keluarga dari paman tirinya.Kuda sepasang pemilik Pedang Dewa Petir, yang ditunggangi oleh Aji Saka, Juminten dan Mawar, menerobos masuk kedalam halaman rumah besar, menubruk para penjaga pos yang menghadangnya, hingga membuat mereka terpental selain terkena kaki kuda yang melayang di atas tanah, juga terkena sambaran lidah petir dari telapak tangan Juminten.Para penjaga pos tidak berdaya, setelah terkena sambaran lidah petir, sebagian tubuhnya hangus, dan langsung tergeletak di tanah tidak bergerak lagi.Aji Saka, Juminten dan Mawar, loncat dari kuda yang ditungganginya, mereka ber
Sepasang Kultivator Tangguh, Aji Saka dan Juminten memberitahu semua penduduk Perkampungan Angsana, bahwa semua makhluk iblis itu sudah musnah, dan mereka sekarang telah aman, tidak akan ada yang mengganggunya.Semua warga Angsana setelah diberi penjelasan oleh Aji Saka dan Juminten, baru mereka merasa tenang, dan berani keluar dari rumahnya.Mereka berkumpul di Pendopo Angsana, untuk melaksanakan tugas ronda. Sedangkan Aji Saka dan Juminten, beristirahat disebuah kamar khusus untuk tamu, didalam pendopo yang dijaga oleh petugas keamanan Kampung.Juminten tidur bersama Aji Saka, kepala Juminten di atas dada bidang sebelah kanan Aji Saka, sambil tangan Aji Saka membelai rambut Juminten dengan penuh kasih sayang.Belaian tangannya terus menuju ke depan dada Juminten, dan memegang sebuah tonjolan daging yang empuk dan kenyal. Juminten sempat menggelinjang, merasakan geli tapi ada suatu kenikmatan menjalar ke seluruh jiwanya.Juminten membiarkan tangan nakal Aji Saka meremas-remas buah da
Kabar Sepasang Kultivator Tangguh menghancurkan Kerajaan Iblis Serigala Merah, dan membunuh Raja Iblis beserta seluruh prajuritnya, tersebar begitu cepat ke seluruh Alam Dewa Nirwana, hingga sampai ke telinga Penguasa Wilayah Timur, Tuan Radjasaka dan ke beberapa pelindungnya termasuk Dewa Agung Niskala dan Dewa Agung Nirkala.Penguasa Alam Dewa wilayah timur, mengadakan pertemuan dengan seluruh Dewa Agung, untuk membahas peristiwa hancurnya Kerajaan Iblis Serigala Merah, yang menguasai Alam Dewa wilayah barat."Yang Mulia Dewa Agung Niskala, bukankah Sepasang Pedang Dewa Petir itu sudah menghilang ratusan tahun lalu? Dan kenapa sekarang muncul lagi, bahkan pemiliknya adalah sepasang muda-mudi?" Tanya Tuan Radjasaka penasaran."Iya memang, sudah ratusan tahun sepasang Pedang Dewa Petir itu menghilang dari Alam Dewa, tapi pemiliknya yang sekarang, adalah reinkarnasinya Anak dan menantuku, yang kekuatannya lebih tinggi dari anak mantuku sebelumnya. Ranah kekuatannya yang sekarang, berad
Goa disebelah barat danau hutan larangan, kini dijadikan markas sementara oleh Aji Saka. Didalam Goa sudah ditata sedemikian rupa, lorong-lorongnya dibersihkan dari rumput, sampah dan bebatuan yang pada menonjol. Begitu pula dengan ruangannya yang cukup besar, dijadikan ruang pertemuan dan tempat istirahat.Semakin hari semakin bertambah penghuninya, karena Aji Saka dan Juminten, dibantu oleh ketujuh pengikutnya, kerapkali selalu membawa orang-orang yang menjadi buronan iblis untuk berlindung didalam Goa, hingga lima bulan sudah terkumpul seribu orang lebih, dan semuanya para pekerja pertambangan yang diselamatkan oleh Aji Saka dan Juminten dari kejaran pasukan iblis.Didepan Goa, sudah dibangun ratusan rumah dan pendopo, yang terbuat dari kayu jati. Rumah-rumah tersebut berjejer rapih, mengelilingi sebuah pendopo dan disetiap sudut perkampungan baru, ada pos penjagaan.Aji Saka memberi nama perkampungan itu dengan nama Cakra Manggala, sebuah perkampungan baru disebelah barat danau hu
Pemilik Sepasang Pedang Dewa Petir, Aji Saka dan Juminten, melesat dengan cepat kearah ratusan prajurit Serigala Merah, dengan menyabetkan pedang Dewa Petir memenggal leher-leher mereka, sehingga ratusan kepala mereka terpisah dari tubuhnya, dan jatuh kedalam hutan.Dari enam ratus prajurit Serigala Merah, kini tinggal empat ratus prajurit lagi. Dan keempat ratus itu juga, menjadi sasaran empuk pedang Dewa Petir, yang dengan cepat memenggal leher para prajurit iblis, sehingga tidak bisa dilihat oleh mata mereka.Ratusan kepala lagi terlepas dari tubuhnya, dan jatuh bersama potongan tubuhnya kedalam hutan, biar menjadi santapan hewan-hewan buas.Kini tinggal dua ratus prajurit Serigala Merah, yang hendak meloloskan diri dari amukan pedang Dewa Petir. Namun Aji Saka dan Juminten bertindak cepat, menghantam mereka dengan pukulan Gentar Bumi dan Cambuk Petir, sehingga tubuh mereka hancur menjadi debu, dan sisanya hangus tersambar Cambuk Petir.Usai membereskan seluruh prajurit iblis denga
Aji Saka dan Juminten, setelah berada didalam hutan gelap, dengan menunggangi kuda putihnya, keduanya ingin segera naik ke Alam Dewa Nirwana Lapisan Dasar, dengan cara merobek ruang dan waktu yang telah mereka sempurnakan dari kitab kuno cara masuk ke Alam Dewa.Aji Saka mengerahkan kekuatannya, untuk merobek sebuah ruang dan waktu. Dengan kedua tangannya dibantu oleh Juminten, dia mengarahkan kedua tangannya ke depan, lurus dengan dirinya untuk merobek dan membuka Alam Dewa Nirwana.Pertama kali dia mencoba membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit. Tetapi kalau dia sudah terbiasa, dengan kekuatannya yang begitu tinggi, paling cepat sekitar tiga puluh detik bisa merobek dan membuka Alam Dewa.Setelah Alam Dewa Nirwana Lapisan Dasar terbuka, Aji Saka bersama Juminten bergegas masuk ke Alam Dewa Nirwana membawa kedua kuda putihnya.Keduanya muncul disebuah tempat yang sangat asing bagi dirinya, dipinggir sebuah danau ditengah hutan yang sangat lebat, penuh dengan pepohonan dan semak b
Setelah Aji Saka dan Juminten membersihkan dirinya masing-masing, mereka berdua tiduran sambil berpelukan. Tangan Aji Saka mengelus-elus daerah sensitifnya Juminten, dengan penuh kasih sayang, membuat Juminten mendesah merasakan gejolak jiwanya membara. Ada suatu kenikmatan dan kehangatan didalam jiwanya yang menggelora, seakan ingin segera merasakan apa yang menjadi impiannya. Bercinta dengan sepuas-puasnya, tapi niat itu diurungkan, karena keduanya masih saling menjaga agar tidak sampai kebablasan sebelum mereka resmi menjadi suami istri.Akhirnya keduanya tertidur dengan pulasnya, karena mereka merasakan lelah dan capek.Esok harinya, keduanya sudah pada keluar dari penginapan. Mereka melanjutkan perjalanannya lagi menuju kearah Ibukota, memacu kudanya dengan kecepatan tinggi.Sedangkan Tuan Kota dan Jenderal Kartiwa, yang telah menyaksikan peristiwa mengerikan itu, berniat mengunjungi Ibukota untuk melaporkan peristiwa di kotanya, sebelum keduanya menerima hukuman dari Penguasa Ke
Perjalanan Sepasang Kultivator Tangguh Tingkat Dewa, menuju ibukota Nusantara, banyak mengalami hambatan. Terutama dari para begundal penjahat yang terus berkembang bertambah banyak, seakan dibiarkan oleh pihak kerajaan, sehingga Aji Saka terus berpikir jauh ke depan, untuk membuat rasa aman dan nyaman bagi penduduk di wilayah kerajaan Nusantara, dia harus membentuk pasukan keamanan khusus, yang nantinya ditempatkan di wilayah paling rawan, dan paling banyak terjadi perampokan."Setelah selesai membangun Ibukota Kerajaan Nusantara, aku akan segera membentuk pasukan khusus keamanan, untuk mengamankan seluruh wilayah Nusantara, dari gangguan para penjahat," ucap Aji Saka didalam batinnya, sambil terus memacu kuda putihnya dengan kecepatan sedang, berdampingan dengan kuda putih yang ditunggangi oleh Juminten.Waktu pun tak terasa, menjelang magrib mereka berdua sampai disebuah kota besar. Kota Bungbulang, sebuah kota masih dibawah kekuasaan Kerajaan Nusantara.Tampak didepan gerbang masu