Semua orang yang berada didalam Puri Kencana termasuk Raja Gandra Seta beserta keluarga, para petinggi dan para pemimpin aliran hitam, berhamburan keluar dari dalam Puri, karena guncangan yang sangat hebat, dan bangunan Puri pada retak, sebagian tiang-tiangnya ada yang patah.
Puri Kencana yang kokoh dan megah, kini posisinya miring kesebelah kiri, hampir roboh kalau tidak tertahan oleh beberapa tiang penyangganya.Raja yang melihat kejadian itu sangat bingung karena tidak tau apa yang sebenarnya telah terjadi.Tiba-tiba seorang prajurit tergopoh-gopoh menghampiri Raja Gandra Seta, melaporkan kejadian seorang kultivator muda merobohkan istana, dengan pukulan yang sangat mengerikan.Tentu saja Raja Gandra Seta, selain dirinya kaget, juga sangat marah mendengar laporan istananya dihancurkan."Panglima Cundra, tangkap pemuda itu, dan bawa kepalanya kemari!" Seru Raja Gandra Seta memberikan perintah kepada bawahannya."Baik Yang Mulia Raja. Titah Yang Mulia akan segera kami laksanakan," jawab Panglima Cundra berlalu meninggalkan Raja Gandra Seta yang tengah marah.Retno Ningsih bersama ketiga putra dan putrinya yang diusir oleh Aji Saka dari Pendopo Tirta Atmadja, ternyata adik iparnya Raja Gandra Seta. Pantas saja dia menganggap Aji Saka sebagai pemberontak, dan memerintahkan kepada komandan kerajaan untuk menangkap pemberontak, ditambah dengan hancurnya Istana Raja yang digempur oleh kekuatan pukulan Gentar Bumi, dari telapak tangan Aji Saka. Tentu saja membuat Raja Gandra Seta sangat berang."Yang Mulia Raja, aku yakin sekali, pemuda yang menghancurkan Istana Raja, pasti orangnya sama dengan yang membunuh Rajasa, Ketua Kalajengking Hitam, gurunya dan seluruh anggota Kalajengking Hitam," ucap Retno Ningsih, adik iparnya Raja Gandra Seta."Kalau benar dia, jangan sampai dibunuh dulu. Biar aku yang akan menyiksanya, agar dia merasakan bagaimana rasanya mati secara perlahan, dengan irisan di seluruh tubuhnya," ucap Raja Gandra Seta. "Senopati Jaladara, perintahkan Panglima Cundra untuk menangkap bajingan itu hidup-hidup. Jangan sampai ada yang membunuhnya selain aku," tambah Raja memberikan perintah kepada Senopati Jaladara."Baik Yang Mulia Raja," jawab Senopati Jaladara langsung undur diri dari hadapan Raja Gandra Seta, untuk menyusul Panglima Cundra yang sedang mengerahkan seribu Prajurit Elitnya, untuk memburu seorang Kultivator Muda Aji Saka yang telah berani menghancurkan istana Raja, dan membuat guncangan hebat di Tatar Pasundan.Sedangkan Aji Saka sendiri tengah asyik menikmati daging panggang ayam hutan, dan minuman lahang yang sangat menyegarkan tenggorokan, disebuah rumah makan mewah bertingkat. Dia sedikitpun tidak merasa gentar walaupun dirinya diburu oleh seribu Prajurit Elit Kerajaan.Usai membayar makanannya, dengan santai dan tenang dia keluar dari rumah makan mewah, dan langsung loncat ke atas kuda putih tunggangannya yang ditambatkan disebuah tiang depan rumah makan.Aji Saka memacu kudanya kearah selatan Kota Raja, dengan kecepatan rendah sambil mencari sesuatu.Tiba dipersimpangan jalan, dia dihadang oleh seribu Prajurit Elit Kerajaan yang langsung mengepung dirinya."Bajingan pemberontak....! Menyerahlah, sebelum kami mencincang tubuhmu!" Seru Panglima Cundra mengancam Aji Saka."Kalau kalian benar-benar mampu untuk mencincang tubuhku. Ayo, segeralah lakukan apa yang diperintahkan oleh Raja lalim itu," balas Aji Saka."Prajurit, tangkap dia!" Seru Panglima Cundra memerintahkan seluruh prajuritnya, untuk menangkap seorang kultivator yang masih bujangan.Seluruh prajurit bergerak menerjang Aji Saka dari berbagai arah, Aji Saka dengan tenangnya menghadapi terjangan seribu Prajurit Elit Kerajaan. Dia mengerahkan kekuatan pukulan intinya yang mampu menghancurkan ribuan prajurit sekali gempur."Gentar Bumi!" Seru Aji Saka menggempur ribuan prajurit yang hendak menerjangnya.Duarr.... Duarr.... Duarr.... Bom.... Bom.... Duarr.... Duarr....Beberapa kali ledakan yang sangat dahsyat terdengar dari wilayah selatan kota Raja, membuat bumi Tatar Pasundan terguncang seperti dilanda gempa bumi yang sangat kuat. Dan seribu prajurit kerajaan yang terkena gempuran Gentar Bumi, ada yang hancur tubuhnya, ada yang patah tangan dan kakinya, serta ada yang hancur berkeping-keping.Guncangan hebat tersebut membuat penduduk Kota Raja, pada berhamburan keluar dari rumahnya masing-masing. Mereka mengira bahwa guncangan hebat itu, adalah gempa bumi yang melanda kotanya.Termasuk keluarga Raja beserta antek-anteknya, mereka semua dibuat terkejut dengan guncangan gempa bumi yang melanda Kota Raja, yang mampu merobohkan beberapa bangunan rumah penduduk termasuk Puri Kencana juga hancur rata dengan tanah.Raja belum mengetahui bahwa seribu Prajurit Elit bersama Panglima Cundra dan Senopati Jaladara, sudah mati terbunuh oleh pukulan Gentar Bumi yang dilesatkan dari tangan Aji Saka.Peristiwa itu tentu membuat heboh di Tatar Pasundan, bahwa ada seorang Kultivator muda yang mampu mengguncangkan bumi dan membunuh seribu Prajurit Elit sekali gempur.Kabar terbunuhnya seribu Prajurit Elit bersama Panglima Cundra dan Senopati Jaladara, terdengar oleh Raja Gandra Seta yang telah mengungsi ketempat gurunya, di Padepokan Tapak Jalak, karena Istana Raja dan putrinya sudah hancur."Senopati Setra Aji, perintahkan seluruh prajurit untuk menangkap pendekar pemberontak itu. Cincang tubuhnya jika dia tetap melawan!" Seru Raja Gandra Seta memerintahkan kepada bawahannya.Walaupun dia tau kehebatan Kultivator Muda Aji Saka mampu membunuh seribu Prajurit Elit dan mengguncangkan bumi, seperti dilanda gempa bumi yang sangat kuat, namun karena rasa penasarannya, sampai dimana kekuatan kultivator muda itu, dia mencoba mengerahkan seluruh kekuatan prajuritnya untuk membunuh Aji Saka.Dan menurut gurunya, pukulan Gentar Bumi yang ratusan tahun lalu pernah menghebohkan jagad raya, setelah menghilang bagai ditelan bumi, kini muncul kembali di jagad raya, dan dimiliki oleh sesosok pemuda yang masih bujangan."Apa hubungannya pemuda itu dengan tokoh tua yang sudah menghilang ratusan tahun lalu?" Ucap pemilik Perguruan Tapak Jalak bertanya kepada Raja Gandra Seta dan seluruh pemimpin aliran hitam, yang pada berkumpul bersama Raja. "Apakah ada diantara kalian yang mengetahui latar belakang pemuda itu?" tambah gurunya Raja Gandra Seta bertanya.Semua orang yang berkumpul di Aula Perguruan Tapak Jalak, hanya bisa menggelengkan kepalanya karena mereka tidak mengetahui asal usulnya Aji Saka.Hanya adik iparnya yang sedikit mengetahui asal usulnya Kultivator Muda Aji Saka, yang merupakan keturunan dari Tirta Atmadja, pendiri kota Tirta Kencana yang telah dibantai habis oleh kelompok Kalajengking Hitam, atas suruhan Rajasa.Dan sebenarnya, dibalik pembantaian keluarga Tirta Atmadja, adalah perintah Raja Gandra Seta kepada Rajasa, atas permintaan adik iparnya untuk menguasai kota Tirta Kencana yang dimasukkan kedalam wilayah Tatar Pasundan, dan dibawah kendali kekuasaan Raja Gandra Seta.Adanya selentingan kabar tentang keterlibatan Raja Gandra Seta, dibalik pembunuhan keluarga Tirta Atmadja, sudah sampai kepada telinga Aji Saka. Namun dia tidak ingin tergesa-gesa membalaskan dendamnya kepada keluarga Raja, karena dia ingin mengetahui terlebih dahulu kekuatan dibalik Raja Gandra Seta yang menjadi pelindung kerajaan Tatar Pasundan.Malah dia akan kembali ketempat gurunya terlebih dahulu, untuk menyampaikan hasil ujian terakhirnya. Bila dia lulus dalam ujian terakhir, gurunya akan memberikan seluruh kekuatannya.Karena itulah Aji Saka segera kembali ketempat gurunya, dengan memacu kuda putihnya berlari kencang, menuju kearah Padepokan Gentar Bumi dipuncak Gunung Guntur yang tertutup untuk umum. Hanya ada sekitar tiga puluh muridnya, itupun orang-orang yang sudah ditolong oleh Eyang Gentar Bumi, seperti Aji Saka yang ditolong olehnya dan sekarang menjadi seorang Kultivator yang tangguh.Dia terus memacu kudanya, dengan kecepatan tinggi, agar semua urusannya cepat selesai. Karena setelah menyelesaikan urusan dengan gurunya, dia akan kembali lagi ke Kota Raja, untuk membalaskan dendam kedua orangtua dan saudara-saudaranya yang belum tuntas semuanya.Bersambung.....Kekuatan Sepasang Kultivator Tangguh dan Mawar, sekarang sudah melampaui kekuatan Alam Dewa Nirwana. Dan mereka selayaknya naik ketingkat lebih atas lagi, yaitu Alam Dewa Cahaya Lapisan Pertama, karena didalam tubuh mereka sekarang, sudah bersemayam jutaan cahaya yang menyilaukan pandangan mata musuh-musuhnya, jika mereka dan kedua kudanya sedang marah, akan terpancar cahaya yang menyilaukan dari dalam tubuh mereka.Aji Saka, Juminten dan Mawar terus memacu kudanya mendaki Golden Mountain, melalui jalan setapak yang biasa dilewati oleh bintang buas. Mereka sengaja tidak terbang, karena mereka ingin memburu binatang buas, untuk dipanggang dipuncak Golden Mountain.Namun yang mereka temukan adalah segerombolan Golden Tiger, menghadang perjalanan sepasang pemilik Pedang Dewa Petir dan Mawar. Raja Golden Tiger dengan memakai mahkota dan mengenakan jubah kebesarannya, serta memegang sebuah tongkat emas, berdiri dengan gagah menatap rombongan Aji Saka penuh selidik."Kalian sudah berani mem
Aji Saka, Juminten dan Mawar, memacu lari kudanya dengan kencang, menuju kearah perbatasan kota Banjar Sagara, di pesisir pantai Sagara. Mawar ingin segera melampiaskan dendam kepada paman tirinya, yang menghancurkan seluruh keluarganya.Waktu pun tak terasa, mereka sudah sampai diperbatasan kota, rumah keluarga Mawar berada dijalan perbatasan, yang mengarah ke Kota Banjar Sagara, yang kini dikuasai oleh keluarga dari paman tirinya.Kuda sepasang pemilik Pedang Dewa Petir, yang ditunggangi oleh Aji Saka, Juminten dan Mawar, menerobos masuk kedalam halaman rumah besar, menubruk para penjaga pos yang menghadangnya, hingga membuat mereka terpental selain terkena kaki kuda yang melayang di atas tanah, juga terkena sambaran lidah petir dari telapak tangan Juminten.Para penjaga pos tidak berdaya, setelah terkena sambaran lidah petir, sebagian tubuhnya hangus, dan langsung tergeletak di tanah tidak bergerak lagi.Aji Saka, Juminten dan Mawar, loncat dari kuda yang ditungganginya, mereka ber
Sepasang Kultivator Tangguh, Aji Saka dan Juminten memberitahu semua penduduk Perkampungan Angsana, bahwa semua makhluk iblis itu sudah musnah, dan mereka sekarang telah aman, tidak akan ada yang mengganggunya.Semua warga Angsana setelah diberi penjelasan oleh Aji Saka dan Juminten, baru mereka merasa tenang, dan berani keluar dari rumahnya.Mereka berkumpul di Pendopo Angsana, untuk melaksanakan tugas ronda. Sedangkan Aji Saka dan Juminten, beristirahat disebuah kamar khusus untuk tamu, didalam pendopo yang dijaga oleh petugas keamanan Kampung.Juminten tidur bersama Aji Saka, kepala Juminten di atas dada bidang sebelah kanan Aji Saka, sambil tangan Aji Saka membelai rambut Juminten dengan penuh kasih sayang.Belaian tangannya terus menuju ke depan dada Juminten, dan memegang sebuah tonjolan daging yang empuk dan kenyal. Juminten sempat menggelinjang, merasakan geli tapi ada suatu kenikmatan menjalar ke seluruh jiwanya.Juminten membiarkan tangan nakal Aji Saka meremas-remas buah da
Kabar Sepasang Kultivator Tangguh menghancurkan Kerajaan Iblis Serigala Merah, dan membunuh Raja Iblis beserta seluruh prajuritnya, tersebar begitu cepat ke seluruh Alam Dewa Nirwana, hingga sampai ke telinga Penguasa Wilayah Timur, Tuan Radjasaka dan ke beberapa pelindungnya termasuk Dewa Agung Niskala dan Dewa Agung Nirkala.Penguasa Alam Dewa wilayah timur, mengadakan pertemuan dengan seluruh Dewa Agung, untuk membahas peristiwa hancurnya Kerajaan Iblis Serigala Merah, yang menguasai Alam Dewa wilayah barat."Yang Mulia Dewa Agung Niskala, bukankah Sepasang Pedang Dewa Petir itu sudah menghilang ratusan tahun lalu? Dan kenapa sekarang muncul lagi, bahkan pemiliknya adalah sepasang muda-mudi?" Tanya Tuan Radjasaka penasaran."Iya memang, sudah ratusan tahun sepasang Pedang Dewa Petir itu menghilang dari Alam Dewa, tapi pemiliknya yang sekarang, adalah reinkarnasinya Anak dan menantuku, yang kekuatannya lebih tinggi dari anak mantuku sebelumnya. Ranah kekuatannya yang sekarang, berad
Goa disebelah barat danau hutan larangan, kini dijadikan markas sementara oleh Aji Saka. Didalam Goa sudah ditata sedemikian rupa, lorong-lorongnya dibersihkan dari rumput, sampah dan bebatuan yang pada menonjol. Begitu pula dengan ruangannya yang cukup besar, dijadikan ruang pertemuan dan tempat istirahat.Semakin hari semakin bertambah penghuninya, karena Aji Saka dan Juminten, dibantu oleh ketujuh pengikutnya, kerapkali selalu membawa orang-orang yang menjadi buronan iblis untuk berlindung didalam Goa, hingga lima bulan sudah terkumpul seribu orang lebih, dan semuanya para pekerja pertambangan yang diselamatkan oleh Aji Saka dan Juminten dari kejaran pasukan iblis.Didepan Goa, sudah dibangun ratusan rumah dan pendopo, yang terbuat dari kayu jati. Rumah-rumah tersebut berjejer rapih, mengelilingi sebuah pendopo dan disetiap sudut perkampungan baru, ada pos penjagaan.Aji Saka memberi nama perkampungan itu dengan nama Cakra Manggala, sebuah perkampungan baru disebelah barat danau hu
Pemilik Sepasang Pedang Dewa Petir, Aji Saka dan Juminten, melesat dengan cepat kearah ratusan prajurit Serigala Merah, dengan menyabetkan pedang Dewa Petir memenggal leher-leher mereka, sehingga ratusan kepala mereka terpisah dari tubuhnya, dan jatuh kedalam hutan.Dari enam ratus prajurit Serigala Merah, kini tinggal empat ratus prajurit lagi. Dan keempat ratus itu juga, menjadi sasaran empuk pedang Dewa Petir, yang dengan cepat memenggal leher para prajurit iblis, sehingga tidak bisa dilihat oleh mata mereka.Ratusan kepala lagi terlepas dari tubuhnya, dan jatuh bersama potongan tubuhnya kedalam hutan, biar menjadi santapan hewan-hewan buas.Kini tinggal dua ratus prajurit Serigala Merah, yang hendak meloloskan diri dari amukan pedang Dewa Petir. Namun Aji Saka dan Juminten bertindak cepat, menghantam mereka dengan pukulan Gentar Bumi dan Cambuk Petir, sehingga tubuh mereka hancur menjadi debu, dan sisanya hangus tersambar Cambuk Petir.Usai membereskan seluruh prajurit iblis denga