"Kamu kenapa May kok nangis?" tanya Devan bingung sedangkan Wini masih terus diam mematung tanpa berbalik.Maya tidak menghiraukan pertanyaan Devan ia langsung berdiri menghampiri Wini."Win ...," lirihnya sambil meraih tangan Wini membuat Wini benar-benar tidak tega walaupun hatinya masih kecewa dengan cara Maya."Kenapa? Aku beneran besok mau kerja, May," ucap Wini lembut berusaha meyakinkan Maya namun dengan cepat Maya menggeleng ia tahu Wini berbohong."Aku tahu kamu kecewa samaku karena nggak pernah ngasih tau alamatku maafin aku Win," lanjut Maya lalu ia memeluk Wini membuat Wini mau tidak mau membalas kembali pelukan sahabatnya itu."Sudahlah, itu tidak penting lagi," ujar Wini sambil mengusap pundak Maya Maya langsung melonggarkan pelukannya lalu menatap manik Wini."Kamu nggak boleh pulang, aku sama Hana kangen sama kamu," pinta Maya dengan wajah memelas membuat Wini langsung menghembuskan nafas kasar."Ya udah-" ucapan Wini terpotong."Makasih, ayok masuk," potong Maya lalu
Wajah Devan terpampang jelas sedang melihat ke arah Wini tanpa membuang waktu Wini langsung mengambil ponselnya lalu mengetikkan pesan untuk Devan.[Dokter Maaf, bukan bermaksud mendikte Dokter aku cuma membantu seorang Ayah yang ingin bertemu dengan anaknya dan seminggu ini ia rutin datang diam-diam cuma ingin melihat keduanya dari jauh apa yang kulakukan salah 'kah?]Wini mengirimkan pesan tersebut ke Devan lalu kembali melihat ke arah Andi yang masih setia menimang Hana.[Apa Maya tau?] [Nggak Dokter, Andi tidak ingin menyakiti Maya makanya ia tidak mau Maya melihatnya dulu ditambah lagi ada ancaman dari keluarganya] balas Wini dengan perasaan was-was.[Ya sudah, kalo begitu cepat bawa Hana pulang kalo sudah selesai] Wini tersenyum membaca pesan tersebut lalu mengirimkan stiker jempol. Wini melirik ke arah Devan ternyata sudah pergi."Win," panggil Andi membuat Wini langsung menoleh."Ini Hana udah tidur, kamu pulang lagi aja takut Maya kecarian O iya makasih banyak udah mempertem
Tanpa membuang waktu Andi langsung menyambar jas dan kunci mobilnya tanpa menghiraukan Nora yang masih di hadapannya.***20 menit perjalanan akhirnya Andi sampai di rumah sakit, ia langsung bertanya ruangan Ibunya lalu bergegas kesana.Ceklek!Pintu terbuka menampakkan Andi yang baru saja datang Ayah yang setia di samping Ibu langsung menjauh begitu Andi masuk."Ma ...," lirih Andi sambil menggenggam tangan perempuan yang sudah melahirkannya itu."Apa Maya udah ketemu? Mama pengen ketemu, Mama ingin melihat cucu Mama," ucap Mama dengan surah lemah membuat Andi langsung mencium tangan Mamanya."Udah Ma," jawabnya sekuat hati, Ayahnya yang tadi enggan melihatnya kini berbalik mendekati Andi."Ayah harap kamu tidak bohong," ucap Ayah yang dibalas anggukan oleh Andi, Mamanya nampak gembira sambil menggoyang-goyangkan tangan Andi."Bawa Mama ketemu Nak, Mama minta tolong," pinta Mama yang dibalas anggukan oleh Andi."Andi janji akan bawa Mama ketemu sama Maya asal Mama sembuh jangan sakit
"Em ... Maya ke belakang dulu ya Ma, buatin susu untuk Hana sepertinya dia haus sekali," ujar Maya memberi alasan agar ia bisa menenangkan dirinya.Mama hanya mengangguk tanpa melihat Maya, ia sibuk dengan Hana tanpa membuang waktu Maya langsung bangkit meninggalkan ruang tengah."Coba sini, Ayah yang gendong dulu," ujar Ayah membuat Mama berdecak lalu memindahkan Hana ke gendongan suaminya."Cucuku Kakek ternyata udah besar ya," ucap Ayah pada Hana lalu mencium pipi mungil itu sedangkan Andi ia hanya tersenyum melihat putrinya menjadi rebutan orang tuanya."Andi lihatlah, betapa sucinya wajah bayi ini, ia bahkan tidak mengerti apa-apa, tapi kenapa Ayah merasa ia sudah menjadi korban kecerobohanmu.Kamu bahkan tega membuatnya seperti ini bersama Maya," ucap Ayah membuat Andi tercekat tenggorokannya terasa kering seperti ada yang mengganjal.Belum 5 menit di gendongan Ayahnya, Hana malah menangis membuat Andi tersenyum, ia tahu pasti bayinya ingin digendong olehnya."Loh kok malah nang
Andi memilih bersandar di tembok sambil memejamkan matanya beberapa saat ia bingung harus bagaimana memulai percakapan dengan Maya ia malah takut serba salah dan membuat Maya marah.Tanpa membuang ia kembali ke kamar untuk menghubungi rekan kantornya.[Halo Pak Andi] sapa Dimas karyawan yang disuruh Andi untuk membeli semua dagangan Maya tempo hari.[Iya Dimas, besok tugas kamu sama seperti tugas tempo hari ya akan saya kirim uangnya dan bawa makanannya ke kantor bagi-bagi sama rekan yang lain] ucap Andi.[Baik Pak] Baru saja Andi menutup telponnya, tiba-tiba Hana menggeliat membuat Andi langsung merebahkan tubuhnya di samping bayi itu."Ayah perhatiin Hana kayak nggak biasanya sayang, kenapa Nak?" ucap Andi lalu ia meletakkan punggung tangannya di kening Hana."Astagfirullah Hana demam Nak, pantes dari tadi serba salah," lanjut Andi lalu ia menggendong Hana membawanya ke dapur."May," panggil Andi membuat Maya menoleh."Hana sepertinya demam panas banget," lanjutnya membuat Maya ter
"Hana tidak akan mengingatku, apalagi ia nanti mempunyai Ayah Devan, Bunda Maya dan Ayah Andi yang sangat menyaganginya,” jawab Wini berusaha menghilangkan perasaan sedih itu membuat Andi geleng-geleng tidak percaya.“Munafik sekali, kemana kamu akan pergi?” tanya Andi semakin penasaran dengan niat Wini sedangkan Wini malah menggedikkan bahunya.“Aku tidak tahu, tapi yang jelas dunia ini sangat luas ya walaupun terkadang kita sering menemui orang yang sama walaupun di tempat berbeda,” jawabnya santai membuat Andi kagum.“Kamu sangat pintar, apa kamu tidak ada keinginan untuk kuliah?” “Ada, tapi sekarang hanya jadi sebuah mimpi yang kemungkinan kecil terjadi. Dulu sebelum Paman meninggal aku selalu mendapatkan beasiswa prestasi, udah nabung juga buat kuliah.Ya itulah takdir nggak ada yang tau tiba-tiba Paman sakit mau tidak mau uang tabungan itu digunain buat berobat, udahlah udah lewat juga,” curhatnya membuat Andi mangut-mangut.“Sekarang aku harus fokus kerja selama kurang lebih d
"Sumpah ... ini cewek beneran kualat." gumamnya tidak bisa menahan tawanya. "Mas!" panggilan Maya membuat Andi tersadar lalu ia mengikuti Maya menghampiri dua sejoli yang sedang adegan romantis di seberang jalan."Wini," panggil Maya sambil tergesa-gesa mendekati keduanya Wini langsung sadar dengan segera ia bangkit tanpa memperdulikan Devan.Andi menyodorkan tangannya sebelah untuk membantu Devan."Kamu nggak apa-apa?" tanya Maya sambil melihat Wini dari atas sampai bawah.Sedangkan yang dilihat malah menggeleng sambil mengusap pakaiannya yang terkena debu"Nggak kok santai," jawab Wini lalu mulai berjalan terlebih dahulu. Sedangkan Andi yang melihat ekspresi Wini lagi-lagi hanya bisa menahan tawa.'Salah tingkah mulu,' ledeknya dalam hati.***Sekarang mereka semua sedang berkumpul di ruang tengah kontrakan Maya, sambil di suguhi minum dan makanan yang di beli Wini tadi."Em ... guys mumpung kita berempat disini aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian," ucap Devan memulai percakap
Deg!Andi langsung tercekat tiba-tiba ulu hatinya kembali sakit setelah hampir sebulan tidak mendengar dan membahas kata cerai ia terdiam beberapa saat lalu tersenyum."Mungkin udah waktunya," ucap Andi membuat Wini yang sedang memejamkan matanya langsung membukanya kembali menatap langit-langit ruangan sejenak lalu ia duduk seperti biasa."Hu'um ... kita hampir lupa dengan semua itu karena merasa bebas untuk mengunjungi Hana.Nyata dibalik kebebasan itu rencana lain terus berjalannbodoh ya." ledek Wini pada dirinya sendiri."Kapan mereka menikah?" tanya Andi lagi, Wini menggeleng lalu menggedikkan bahunya."Aku nggak tau dan nggak mau tahu juga tolong temani aku nanti beli tiket pesawat ya." ujar Wini yang dibalas anggukan kecil oleh Andi."Jangan hilang kontak supaya nanti aku bisa menghubungkanmu dengan Hana," pinta Andi yang dibalas anggukan oleh Wini.***Sore hari, Andi mengantarkan Wini ke bandara begitu sampai, tiba-tiba Andi mendapat telpon membuatnya mengurungkan niat untuk