Selang beberapa hari, di hari pertama ujian "Kok dewi belum datang ya?" tanya Intan kepada Sri yang lagi sibuk membolak-balik buku menghapal materi pelajaran yang akan diujikan hari ini "paling juga sebentar lagi" jawab Sri sambil melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit Sepuluh menit berlalu, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit, para siswa sudah duduk rapi di meja masing-masing sesuai nomor ujian saat dua orang guru pengawas memasuki ruang kelas. Namun dewi belum juga muncul. hal ini membuat Intan, Yuli dan Sri yang merupakan sahabat dekatnya tampak panik. "sudah masuk semua?" ujar salah seorang guru pengawas "maaf bu, dewi belum datang" ujar Intan sambil menunjuk kursi kosong di bagian depan sebelah kiri yang merupakan tempat duduk dewi "kemana dia?" tanya guru pengawas tersebut para siswa pun serentak menggeleng kepala karena tidak tau kabar dewi "baiklah kalau begitu kita langsung mulai saja, silahkan simpan buku-buku n
Beberapa jam sebelumnya, di pagi hari di pinggir jalan.. "kenapa yah ini motornya? kok tiba-tiba mati" tanya dewi kepada ayahnya "gak tau nih, padahal kemarin aman-aman saja" jawab pak Broto sambil beberapa kali menstarter motornya "bensin nya kali habis yah" ujar dewi sambil menerka-nerka "ah gak mungkin kalau itu, bensin sudah ayah isi penuh kok kemarin sore" jawab pak broto lagi "bisa terlambat nih dewi kalau gini, mana ujian hari pertama lagi" ujar dewi sedikit cemas "kayaknya sih begitu, mana belum ada bengkel yang buka juga di sekitar sini, kamu lanjut naik angkot aja ya" ujar pak Broto sambil membuka jok motor nya mengambil beberapa kunci pas "wah kalau naik angkot jalurnya mutar-mutar dulu yah, bisa tambah lama sampainya" jawab dewi tampak semakin bingung selang beberapa saat, sebuah sepeda motor berhenti di dekat mereka. tampak seorang pemuda yang diperkirakan berusia sekitar dua puluh tujuh tahun, berwajah ganteng dan juga dengan perawakan yang gagah. "kenapa pak m
Siang harinya, pas pulang sekolah setelah selesai ujian hari pertama.. "eh dewi, kok kamu cepat banget ngisi jawaban tadi?" tanya Sri "iya, padahal dah ketinggalan hampir setengah jam" lanjut Intan "ya kebetulan aja sih soalnya gak terlalu sulit, jadinya bisa cepat jawabnya tadi, hehehe" ujar dewi sambil tertawa "gak sulit? gila... kita aja hampir pingsan liat soal kayak tadi" ujar Sri "ya beda lah,, otak kita jangan disamain dengan otaknya dewi, hahaha" jawab Yuli "kalian aja mungkin gak ngulangin belajar dirumah, padahal kan semua soal tadi sudah pernah kita pelajari sebelumnya" jawab dewi "sebanyak itu materinya gimana bisa masuk semua diotak pelajaran kemarin-kemarin" ujar Sri lagi "trus tadi bisa gak jawabnya?" tanya dewi "ada beberapa sih yang gak keisi, mau nyontek juga pengawasnya merhatiin terus, ampe gerak dikit aja susah, hahaha" jawab Sri sambil tertawa "besok ujian matematika lho, gak kebayang deh soalnya bakalan kayak gimana" ujar Yuli "nah iya, bisa-bisa gak
Dewi.. Seorang gadis yang berusia sekitar 17 tahun, baru saja menyelesaikan pendidikan sekolah tingkat atas nya dengan hasil yang sangat memuaskan. Sejak kecil, dewi tinggal berdua saja bersama ayahnya yang bekerja sebagai seorang buruh pabrik di desa nya. Ibu nya telah meninggal dunia sejak dewi berusia 5 tahun. Dengan segenap daya dan penuh kasih sayang, ayahnya mendidik dan merawat dewi sehingga tumbuh menjadi gadis yang cantik, pintar dan berprestasi di sekolah, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga tingkat atas. Berbagai prestasi akademik banyak diraih oleh dewi saat mewakili sekolahnya mengikuti kejuaraan ataupun perlombaan antar sekolah. Tak salah bila julukan bintang sekolah disematkan kepadanya. Sebagai gadis yang cantik dan berprestasi ini membuat banyak siswa-siswa disekolah yang suka dan bahkan jatuh hati padanya. berbagai cara mulai dicoba untuk menarik hati dewi mulai dari pendekatan melalui cara bertanya tentang pelajaran, memberi hadiah yang tak
Kehidupan yang sederhana dilingkungan desa nya ini membuat dewi sadar bahwa untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi lagi akan mebutuhkan biaya yang tentu saja tidak sedikit, sedangkan penghasilan ayahnya dari upah kerja di pabrik hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari saja. Dengan tekad yang kuat untuk dapat berhasil dan membuat ayahnya bangga dikemudian hari, maka diam diam tanpa sepengetahuan ayahnya, dewi mulai mencari penghasilan tambahan setiap selepas pulang sekolah sampai sore hari menjelang sang ayah pulang bekerja dari pabrik. Hingga akhirnya dewi berhasil mendapatkan pekerjaan sampingan dengan bekerja paruh waktu di toko pakaian milik Pak Ardi yang merupakan salah satu pengusaha yang cukup sukses di desa tersebut. Mudah saja bagi dewi untuk mendapatkan pekerjaan disana, selain dibekali dengan sifat yang luwes dan pengetahuan yang cukup bagus, karena selain pintar, dewi juga ternyata mengikuti mode trend pakaian yang sedang hits saat itu s
Semangat membara merasuki jiwa dan pikiran dewi untuk bisa segera mengumpulkan banyak uang agar harapannya untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi dapat segera tercapai. Pak Ardi pun tampak puas dengan kinerja dari dewi ini, bahkan jika dibandingkan dengan karyawan nya yang lain yang lebih dulu bekerja bersamanya, hingga pak Ardi pun kadang tak ragu untuk memberikan bonus lebuh buat dewi sebagai ucapan terima kasih nya. Dewi tampak bertambah semangat hingga tak menghiraukan lagi kondisi tubuh dan pikirannya yang terkadang tampak lelah karena beraktifitas penuh setiap hari. dimulai dari bangun pagi, menyiapkan sarapan untuk dirinya dan ayahnya sebelum berangkat ke sekolah dan ke pabrik buat bekerja. kemudian dilanjutkan bekerja lagi di toko pak Ardi selepas pulang sekolah. dan malam hari juga melanjutkan pekerjaan dirumah serta apabila ada tugas sekolah yang belum selesai juga turut diselesaikan pada hari itu juga. Melihat dewi yang tampak terlalu sibuk
Dengan rasa penasaran yang tinggi, akhirnya Intan pun menguntit kemana arah dewi pergi selepas pulang sekolah, hingga langkah kaki nya terhenti didepan sebuah toko pakaian besar. tapi ia tidak langsung masuk kedalam karena tidak enak nanti apabila dia ketahuan mengikuti dewi. sekitar kurang lebih 5 sampai 10 menit Intan berdiri sambil mengamati dan menunggu dari sebelah toko, tapi dewi yang di tunggu-tunggu tidak kunjung keluar dari toko tersebut, rasa penasarannya semakin meningkat. Intan pun kaget seketika saat ada suara yang tiba-tiba menyapa nya. "ada yang bisa di bantu dek?" tanya seorang pramuniaga toko tersebut sambil tersenyum ramah. "astaga.. aku pikir siapa.. hemmphh" "ahh enggak kok" jawab intan sambil menyeka keringat yang mulai mengucur dari dahi nya "oia saya mau nanya mbak, apa ada karyawan disini yang bernama dewi?" tanya intan secara spontan tanpa basa-basi lagi untuk menghilangkan rasa penasaran nya "oh
Suasana jadi lebih sedikit mencair setelah itu, dan dewi pun akhirnya memperkenalkan kepada intan mbak pramuniaga yang dari tadi agak bingung juga memperhatikan percakapan mereka berdua. "oia intan, kenalin ini mbak fitri, senior aku di toko ini" " ini intan mbak, teman satu sekolah aku dan juga teman dekat aku dari kecil dulu" intan pun sambil tersenyum menyodorkan tangan kanan nya untuk berjabat tangan dengan mbak fitri yang langsung disambut juga dengan tangan kanan mbak fitri "maaf mbak ya tadi belum sempat memperkenalkan diri keburu dewi sudah menghampiri kita, hehehe" jawab intan sambil terkekeh " oia mbak dari mana tadi" tanya dewi "mbak habis istirahat makan siang di warung seberang" jawab mbak fitri "tadi pas mau nyeberang jalan, mbak perhatiin intan ini tampak agak kebingungan di depan toko, jadinya langsung mbak samperin aja" lanjutnya lagi "oohh gitu" "yaudah intan, bukannya mau ngusir ya, kamu buruan pulang sana, aku mau lanjut kerja lagi, gak enak nanti dilihat