Aku bangun saat azan subuh berkumandang, kubuka lebih lebar mataku dan mengamati kamar yang masih begitu gelap."Huuaahhh, astagfirullahhalazim." Aku mengguap, menutup mulutku dengan tangan, dan meregangkan diri di atas tempat tidur. Kugerakkan tangan dan kaki dia atas ranjang, kebiasaan uang sudah kumulai sejak lama."Satu, dua, tiga. Satu, dua, ti..." Tunggu! Apa ini, ada rambut di ujung tanganku. Kujambak rambut itu kencang..."Aaahhh!" Suara teriakan nyaring kudengar.Aku bangun, ikut menjerit karena teriakan itu, Ku tendang asal suara itu.Bug!Aku sudah siap dengan kuda-kuda di atas tempat tidur. Sesuatu terdengar membentur lantai kayu. Apa itu? Aku mengintipnya sebentar, dia meringkuk menghadap lantai."Astagfirullah!" Ucapnya pelanLho tapi tunggu, setan kok beristigfar. Aku melompat menyalakan lampu kamarku nampak berbeda. Ya Allah, kamarku penuh dengan barang-barang baru. Aku lupa, semalam aku sudah ijab qobul dan sekarang sudah sah menjadi istri Banyu. Ah, aku tersipu send
Resepsi pernikahan tinggal dua hari lagi, segala persiapan sudah sangat matang di buat. Aku dan Banyu terbang ke jakarta, kami tiba siang hari dan langsung menuju rumahnya di kawasan Pondok Indah.Kami memasuki gerbang, jarak gerbang dengan rumahnya saja hampir dua puluh meter. Rumah mewah bernuansa putih dengan ukiran emas pada interior di atap dan pilarnya. Aku merasa sedang masuk kesebuah istana di kawasan timur tengah."Ayo masuk!"Pintu mobil dibuka, ibu mertuaku sudah berdiri menyambut kami. Dia wanita bersahaja, dengan jilbab besar dan wajah yang nyaris tanpa make up."Selamat datang sayangku.""Terimakasih Mami"Aku disambut hangat, kucium takzim tangannya. Ibu tiri jahat tak berlaku di mataku padanya. Dia ramah, bahkan selama aku di Solo, ibu sambung King lebih sering menelphonku ."Ayo masuk sayang, di dalam sudah banyak anggota keluarga yang lain."Aku menganggukkan kepala. Masuk melewati pintu yang tingginya lebih dari dua meter, sebuah vas bunga besar begitu indah ada di
Syukuran acara malam ini hanya sebatas keluarga inti. Besok Emak dan Bapak akan datang untuk resepsi besarnya, sejujurnya aku sedikit gugup.Banyu bukan hanya keluarga kaya, namun juga terpandang. Akan ada banyak mata menatap dan bertanya siapa aku. "Sayang, jangan diam saja." Aku tersenyum menatap Banyu. Aku tak diam, aku hanya sedikit pusing. Menghafalkan nama keluarganya yang ternyata sangat banyak.Tak banyak yang ku ingat. Hanya adik-adik perempuan dari papa dan suaminya yang aku hafal. Sepupu Banyu yang begitu banyak, aku tak hafal semua.Yang ku ingat hanya beberapa. Seperti Derbi, aku ingat karena tau siapa dia. Pemain sinetron di TV bersayap. Ada Aira yang sangat cantik, dan Mario seorang angkatan udara. Ah, bahkan aku lupa anak-anak kecil yang berlarian ini siapa saja namanya."Bagaimana Dina sayang, kamu menikmati syukurannya?" Mami mendekatiku dengan senyum sumringah."Iya mi, mereka semua sangat baik dan ramah".Mami menganggukan kepala. "Sudah masuk kamar saja. Acarany
Pov Banyu"Tuan, Nyonya muda tuan, nyonya muda, nyonya! " Seorang pelayan berlari menggampiriku. Dia nampak pucat dan gugup saat bicara."Ada apa?" Aku berdiri panik."Disana tuan, nyonya muda di aula..." Ah aku tak sabar menunggu penjelasan darinya, aku berlari segera ke aula. Dina sudah tergeletak di lantai, mami memangku kepalanya. Dia hanya memakai dalaman kemben dan celana pendek tipis.Para pelayan mengusap badannya dengan kain kering. Aku bisa melihat kulit putihnya melepuh."Ada apa ini! Mami, Dina kenapa?""Bawa ke rumah sakit dulu Sayang. Mami juga tak tau, ada apa dengan baju itu. Dina memakainya dan jadi begini" Mami terisak saat menjelaskan bahkan tangannya bergetar karena panik. "Ada apa ini? "Papa masuk, tak kalah terkejut denganku."Ambilkan kain, selimut atau apapun !" Aku meminta untuk menutupi badannya. Dua pelayan berlari keluar menuruti titahku. "Dina, Sayangku" aku membangunkannya. Tak ada respon. "Sabar sayang, kita akan ke rumah sakit"Maafkan aku Dina, aku
"Bawa dia ke kantor polisi!" Mas Pandu berteriak, namun Bapak sudah mengacungkan pistol pada gadis itu, matanya nyalang mengarahkan bidikan.Gadis itu terkejut, dia tak bisa menutupi rasa takutnya, satu biji peluru saja menembus kepalanya, bisa membuat nyawanya lolos dari raga."Akan aku katakan siapa bosku." Ucapnya gemetar.Aku mendekat, memegang wajahnya kasar. Bukan tabiatku berlaku kasar pada wanita, tapi jika dia sudah berani menyentuh keluargaku, Istriku bahkan. Aku tak segan bila membunuhnya."Katakan siapa!""Ba...bang Joki" Ucapnya lemah."Joki? Dia punya tato kapak di leher kanannya." Bapak bertanya pada gadis itu, dia menganggukkan kepalanya pelan."Bawa aku padanya!" Ucap Bapak.Aku meminta orangku melepaskan Gadis itu dari kursi. Membiarkannya berjalan di depan dan kami mengikutinya menemui lelaki itu.Apa Bapak mengenalnya? Lelaki yang disebut bernama Joki itu, kenapa Bapak langsung tau seperti apa dia bahkan letak tatonya.Kami mengantarnya ke pinggiran jakarta, masuk
Hari ini aku sudah pulang ke rumah, nanti sore kami ada janji dengan beberapa wartawan. Pembatalan resepsi pernikahan kami menimbulkan banyak opini miring di masyarakat."Tidur saja dan jngan banyak gerak?" Banyu memberi perintah, sudah seperti satpam dia sekarang, mengawasi aku duduk ditepian ranjang."Jangan duduk disitu?" aku berucap menatapnya."Lalu di mana?" Dia menaikkan alis."Disini" Aku berbisik, menepuk tempat tidur disampingku."Jangan, nanti kebablasan. Aku tak punya rem cakram kalau didekatmu." Ucapnya mencubit hidungku, membuat pipiku merah jambu. Tapi rem cakram? Dia kira aku aspal goreng!"Masih sakit?" Dia memegang pinggulku yang tersibak."Sedikit, tapi tak terlalu. Sebenarnya lebih sakit dicampakan." Godaku."Kapan aku mencampakanmu? Mendapatkanmu saja harus menunggu jandamu dulu, enak saja mau mencampakan. Tak semudah itu marimar!""Eleh, sok ngelucu. Pasaran!" Tawaku, dia malah mencibik. Gemas aku dibuatnya.Sesaat aku terdiam, mengingat Mala yang tengah hamil tu
Mereka ada disini, siapa lagi jika bukan team terbaikku DreamNet. Rock bahkan sudah berjingkrak memeluk Banyu, Sky tersenyum dengan gaya khasnya dan aku sudah memeluk Rose sejak dari pintu."Mana Black?" Rock bertanya."Sebentar lagi datang, dia sedang pergi dengan Bapak" Banyu menjelaskan."Kau baik-baik saja Queen? Aku cemas sekali." Rose memperhatikan tubuhku dengan seksama."Jangan memanggilnya Queen. Panggil dia Nyonya Banyu!" Sky bicara menirukan gaya bangsawan meminta di hormati."Ah, tak lucu!" Rose mengabaikannya, dia kembali melihatku."Aku baik Rose. Oh iya, bagaimana film mu?" Aku bertanya padanya. Rose sekarang bintang besar. "Berjalan sangat baik, nanti kita nonton bersama saat tayang""Sombong! Memang apa peranmu di sana?" Sky menimpali. Ah, mereka memang tak pernah akur.Rose berjalan mendekat. Menjambak kepala Sky hingga anak itu berteriak. "Bocah tengil!" Ucapnya kesal."Lepas Rose, lepas..., Adrianaaa!" Akhirnya nama asli Rose yang di teriakkan."Sudah! Teriak-teri
Extra Part 1( Kematian itu datang )Flast Back Banyu menjemputku, saat aku katakan ingin melihat bulek Ningrum. Mimpiku selamam terlihat nyata. Aku tak ingin terlambat, mengatakan aku memaafkan wanita yang kini tak berdaya itu.Mobil kami melaju, membelah hutan mantingan, dengan jalan berkelok dan mendung yang kulihat menggulung, memberikan aku rasa yang semakin nyata.Kecemasan akan kenyataan yang bisa saja berbanding terbalik dengan harapanku."Kamu baik-baik saja?" Banyu bertanya. Dia bida membaca bahwa hatiku sedang dilanda rasa gamang."Ya, hanya takut. Kita akan terlambat""Semoga saja tidak." Dia memandang jalanan. Kurasakan mobil ini melaju lebih cepat.Kami memasuki pelataran. Mendung masih menggulung di atas kami. Sepertu dunu lain dengan pintu yang siap terbuka kapan pun.Perlahan kaki ini menapak masuk. "Assalamualaikum" Ucapku pelan.Bulek Tri keluar. Agak terkejut melihatku datang sendiri. Hanya Banyu yanh berdidi disampingku. Bulik menghambur memelukku."Bulekmu itu k