Sky yang melihat itu tersenyum, dia tau Banyu akan punya cara membawaanya pergi. Ya, Tali itu di ayun Terus agar ujungnya bisa mendekati Sky. beberapa kali ayunan membuat ujungnya lebih dekat ke arah Sky, dirinya mencoba meraih namun masih belum tergapai."Kamu harus lompat!" Teriak Banyu, dipa merasakan angin terlalu kuat sekarang."Lompat Sky!" Banyu merasakan ombak mulai tinggi menghantam"Kompat? sekarang?""Tahun depan, sekarang lah!" Ucap Banyu kesal, kapal terbakar itu mulai tenggelam dan Sky masih juga ragu untuk meninggalkan nya.Sky melihat air laut semakin dekat, jika dia gagal melopat, artinya takk ada lagi kesempatan, tali kapal tak cukup jika harus menyentuh lautan dan jangkar tak bisa di keluarkan dengan segera, sementara gulungan awan hitam mulai terlihat di atas mereka."Kenapa cuaca tiba-tiba berubah mbak?" Anik panik melihat badai akan segera datang."Tidak tiba-tiba, awan itu sudah bergelantung di atas kita sejak pagi hanya saja tidak sebesar ini.""Sky, lompat!" T
"Din, Siapkan baju-bajuku, besok ada tugas luar kota"Aku mengambil tas kerja ditangan Mas Haris. Meletakkan sepatunya dirak dekat pintu dan mengikutinya kekamar."Berapa hari mas?""dua hari, minggu malam mungkin aku sudah pulang.""Kenapa setiap libur selalu ada tugas luar kota sih mas?""Mau bagaimana, aku kan bawahan! Memangnya kamu nggak tau, aku kerja juga buat menghidupi kamu!" Ucapnya penuh penekanan lalu berjalan mengambil handuk kering di rak ujung kamar, Mas Haris masuk ke dalam kamar mandi.Aku mendengus kesal dan mengambil koper kecil di sudut kamar kami. Aku mulai menata beberapa kemeja dan celana kain, pakaian dalam dan baju santa lalu mengambil tas perlengkapan mandi di atas lemari dan memasukkannya pada koper bagian depan. "Kenapa susah sekali sih?" Aku bergumam sendiri.Kembali ku coba memasukkannya, tas kecil yang kubawa tak juga mau masuk, seperti ada
Aku mulai mengusap layar HP mas Haris. Rupanya Tersandi, aku tersenyum kecut dan berjalan ke arah dapur. Kuambil kunci di bawah Oven, lalu membuka lemari paling ujung dan mengambil kotak pipih yang terselip di antara Loyang kue dan peralatan dapur lain.Kubawa benda itu kemeja makan, membuka bungkus plastik dan tas yang menutupinya. Sebuah laptop dan dua ponsel tersimpan di dalamnya. Aku menyalakan laptop dan sebuah kabel USB kusambung pada ponsel mas Haris. "Mari beraksi!" Ucapku pelan mulai membuka sandi ponsel suamiku.Tak akan sulit membobolnya, bahkan dengan ponsel yang tersambung ke laptop, aku bisa dengan mudahnya masuk ke semua akun pribadi suamiku.Satu persatu kubuka akses dari laptopku, semua tak luput dari mata ini. Aku masuk membuka pesan chatnya dengan perempuan yang bernama Mayang.[Sayang, aku tak sabar menunggu besok][Aku juga sayangku, Tak sabar memanjakanmu di atas ranjang.]
Aku menunggu suami tercintaku bangun. Memasak semua makanan kesukaannya, memakai gaun terindah malam ini dan menyalakan lilin beraroma di setiap sudut ruangan.Saat kulihat tubuh itu mengeliat bangun, Kupasang senyum termanis mendekatinya."Capek sekali mas? Sampai tertidur begitu lama?""Iyaa, jam berapa ini?" Mas Haris memijat pelipisnya sendiri."Sepuluh malam.""Sepuluh? kau tak membangunkan aku Dina? lima jam lebih aku tertidur dan kau diam saja?""Lantas aku harus apa mas? Aku sudah coba membuatmu bangun, tapi kamu bilang 'Jangan ganggu aku' heem ?" Aku mencoba membela diri, meski aku ragu ini tak akan meredam rasa kesalnya padaku, tapi aku tetap berjalan dengan anggun kearahnya."Jangan konyol din, Kamu sedang apa ? Kenapa rumah begitu gelap?" Matanya menyisir ruang tengah rumah kami." Aku hanya ingin memberimu waktu spesial mas, sebelum kamu berangkat keluar kota.
Selamat pagi duniaku. Menikmati tarian mas sepanjang malam, Sunguh membuatku tertidur lelap. Siraman airnya di kamar mandi saja, bahkan jadi musik alami tersendiri. Masuk dan keluar kamar mandi, sambil memegangi perutnya yang entah serasa seperti apa, melihatnya lemas, bahkan untuk sekedar memegang ponsel pun dia tak sempat. Kasihan suamiku!Tapi hidup memang selucu ini ya, lelaki yang semenjak menikah kujaga kualitas hidupnya, makannya, bahkan vitamin dan kesehatannya. kini kubuat tak sangup lagi bercinta online, dengan g**diknya itu.Hari ini kusiapkann sarapan untuk mas Haris, membuatkanya bubur hangat dan juga beberapa lauk untuk menyambut tamu-tamu istimewaku nanti.Aku harus berperan menjadi istri terbaik untuk suamiku bukan? Semangat Dina!Setelah semua siap, Mas Haris terlihat lemas berjalan menuruni tangga lalu melempar tubuhnya ke sofa."Din, lihat ponsel mas?"Dikamar sepertinya, kenapa?"
Hay Queen..." Seseorang dengan tampilan glamour nya berjalan mendekat. Dialah Rose, Cantik, kaya, selebgram ternama, dan semua barangnya tak dapat disebut 'Murah'. Dia mudah bergaul, tapi tak semua diterimanya dengan baik. Aku mengenalnya dalam pertemuan singkat kami disebuah toko komik sembilan tahun lalu, dia masih sama, sahabat kecilku.Dibelakangnya seorang laki-laki dengan tubuh gempal ikut berdiri mendekatiku. Kukatupkan kedua tangan, mengingat kami bukan mukhrim. Dengan cepat dia melemparkan botol kosong kearahku."Sialan kau Queen!"Aku tertawa, tapi dia tau, aku memang tak mau disentuh lelaki lain. Dialah Rock.Sayangnya dia bukan pemain band. Rock seorang koki disalah satu Hotel berbintang dulu. Tapi sudah Tiga tahun ini berhenti. dan mebuka Cafe usahanya sendiri. Jelas saja dia memilih membuka usaha sendiri. pendapatanya didunia Cyber bahkan bisa sepuluh kali lipat dari gaji dan bonusnya seb
Aku hampir saja berlari kebawah, saat mobil mas Haris memutarkan arahnya, namun tiba-tiba mobil itu kembali berputar ke arah Bandung dan aku kembali duduk mengatur nafasku sendiri."Jangan ulang lagi!" Titahku pada King."Oke... Oke... !" Jawabnya sembari tertawa. Hampir saja aku klimpungan, jika Mas Haris benar-benar pulang, aku bisa dibilang "Bukan istri sholeha' karena keluar tanpa izinnya.Melihat dua manusia koral itu masih dalam perjalanan, dan tak akan terjadi apapun, aku memilih berjalan keluar ruangan dan mencari udara segar.Aku menuju ke mobil dan mengambil makanan yang kubawa tadi. "Pak, makan!" Kuserahkan dua kotak makanan pada pak Salim dan mang Harjo. Biar mereka ikut juga merasakan masakanku"Terimakasih bu." Pak Salim menerima makananku lalu berjalan menghampiri mang Harjo di taman."Itu pedas ya pak, Jadi sediakan minum.dilantai" Ucapku lalu kembali mas
Prov HarisKulaju mobilku ke Kontrakan mala, sebenarnya aku hanya ingin merebahkan diri di kasur, namun empat puluh lebih panggilan tak terjawab dan ratusan pesan membuatku tak bisa tenang sebelum menjelaskannya.Mala, sepupu Dina istriku, usianya baru 23 tahun. Mala memang tak terlalu cantik, dibandingkan Dina yang punya tinggi hampir 170 meter, Mala hanya terlihat sejengkalnya. Namun entah mengapa wanita itu bisa membuat adrenalinku terpacu setiap kali bercinta dengannya.Mala begitu lihai memanjakanku di atas ranjang, dengan Dina aku hanya merasakan kenyamanan, namun tak ada yang membuatku bergejolak liar. Dina istri yang patuh, cantik, lugu dan penurut, lelaki manapun akan mudah jatuh hati padanya.Aku dan Mala bertemu saat aku melamar Dina, setelahnya entah dari mana, Mala mendapat nomorku. Kami sering menjalin komunikasi dan setelahnya bertemu hingga berlanjut ke atas ranjang. Mala membuatku nyaman bercerita padanya, saa