Pagi ini, setelah sholat subuh. Aku berlari pagi disekitar rumah. Hal yang semenjak menikah tak pernah lagi aku lakukan. Hidupku sibuk dengan urusan perut Haris sebelum berangkat kerja. Kini kebebasan itu kembali aku dapat.Sekarang setelah sarapan dan mandi, aku bersiap pergi."Mbak Din mau kemana?" Anik yang sedang menguras kolam ikan menghentikan kegiatanya. Menatapku dengan wajah penuh tanya."Ada urusan. Jaga Emak ya An. Besok mbak ajak ke toko mebel sekalian belanja. Kemarin, mbk ngak sempat belanja"Aku memberitahunya. Kalau-kalau dia berharap aku ajak jalan- jalan selama disini. Dan lagi memang aku belum berbelanja kemarin. Kepalaku terlalu pusing memikirkan kelakuan Mas Haris.Anik kulihat hanya menganggykkan kepana dan sibuk menyikat kolam kembali.Aku berjalan kehalaman belakang. Melihat Emak kali ini ternyata hanya duduk di kursi dengan teh hangat dan bolu dimeja."Assalamua
Tepat pukul dua siang, mereka sudah kembali kemarkas. Rock berteriak girang seolah baru saja lepas dari malaikat maut. "Ini benar-benar membuatku bersemangat Queen!"Rock terdengar sangat antusias. Dia berjalan masuk bagai gladiator yang barusaja memenangkan pertarungan tunggalnya."Good Game Rock! " Siku kami saling bertemu. Rock menyambut dengan senyuman."Hay Sky, are you okey?""yeaa. Itu lebih seru dari permainan game" Sky tertawa lalu duduk dikursinya."Jangan senang dulu kawan. Ini baru awalnya"Rose memperingatkan."Kalian ingin istirahat dulu? makan siang?" Aku menanyai mereka. Semua menggelengkan kepala kecuali Rock."Ayolah kawan-kawan. Aku baru saja beli dua belas bungkus nasi padang, tanpa menyentuhnya satupun. Sekarang saat jam makan,kalian mengeleng bersamaan. Apa kalian tak lapar?" Rock terlihat sangat serius. Bahkan wajahnya seper
"Keluarlah din., Mala akan segera datang. Dia sedang berbelanja, aku tak ingin dia salah paham"Aku tertawa, sungguh menertawai nasibku sendiri. Bukankan aku yang istri sahnya? Tapi lelaki ini justeru memintaku pergi karena takut selingkuhanya salah paham. Dunia yang lucu!" Tak tau malu! memang kenapa kalau dia salah paham? Kau takut juga diusir dari sini?""Manamungkin Mala melakukan itu!""kau yakin Mala perempuan baik untukmu?""Apa maksudmu Dina? kau cemburu?""Aku, Cemburu?" Aku tertawa lepas. Bahkan yang tersisa hanya rasa jijik. Bagaimana bisa aku cemburu."Aku hanya bertanya apa kau yakin Mala perempuan baik? Bukan karena aku cemburu. Tapi aku tau dia lebib dari dirimu""Mala perempuan baik. Paling tidak dia ada saat aku sulit. Bukan sepertimu yang mengusirku tanpa berfikir!""Aku mengusirmu justru karena aku masih sehat berfikir mas. Rasanya kamu pantas mendapatkan itu" Aku kini berjalan membuka kamar pertama."Jangan masuk!" Mas Haris menutupnya dengan cepat. Aku tepis tang
Pagi ini setelah subuh aku melihat video terakhir di gudang, mereka mengirim paket itu setelah di masukkan bungkusan. Bungkusan yang tak dapat kulihat isinya karena tertutup lapban berwarna coklat.Benda itu masuk di antara kotak jam dan tempat jam. Ternyata ada celah di sana untuk menyimpan sesuatu sebesar ibu jari. Aku jadi teringat sesuatu, Kotak jam itu juga kulihat di gudang rumah Mala, ada diantara tumpukan barang pecah namun masih bisa aku pastikan itu adalah kotak jam yang sama. Aku sudah tak mungkin lagi kesana, tak ada alasan apapun aku datang ke sana. Aku kini melihat juga rekaman di rumah Mala, aku pilih yang kupikir penting dan aku percepat ke Pukul 11 malam.Rumah sudah sepi kulihat, di kamar mereka sedang memadu kasih. Terlihat diantara remang cahaya dari lampu di luar jendela. Aku beralih keluar dari CCTV jalan, dan melihat sebuah mobil jib berhenti cukup lama.Dua jam mereka di sana dan akhirnya masuk lewat dini hari, Mala keluar membuka gerbang dan seorang lelaki y
"Assalamualaikum ibu mertuaku"Sapaku memberinya senyuman tercantik."Dina, Kamu ada di sini?"Ya Allah, kok aku takut jantungnya kambuh karena terkejut. Maafkan Dina ya bu, sudah merusak rencana pamermu!"Lho kan memang Dina yang punya toko ini. Ibu lupa ya?" Aku tersenyum mendekati mertuaku.Tubuhnya mendingin, keringatnya kini terlihat di pelipisnya, padahal tempat ini ber AC, asihan sekali ibu mertuaku ini"Oh ini menantu jeng Lasmi, cantik sekali ya!"Seorang wanita seusia ibu mertuaku mendekat dan menyapaku ramah.Aku juga tersenyum ramah padanya."Iyaa bu, alhamdulillah" Hanya itu jawabku."Bu Lasmi bilang kita bisa dapat diskon kalau belanja di sini. Saya mau beli banyak soalnya mbak, anak saya mau pindah rumah"Aku hanya mengangguk-anggukkan kepala mendengar. Sebenarnya mereka ini siapa sih, Kok tiba-tiba datang minta diskon!"Kalau boleh tau, ibu-ibu cantik ini siapa ya? Kok saya baru lihat." Aku bertanya saking penasarannya."Walah, Jeng ngak bilang to kita mau ke sini?""S
Subuh dini hari kami panik, seseorang dengan sengaja melempar bola api di jendela ruang depan. Untungnya lemparan itu hanya memecah kaca dan jatuh tercepit di antara tralis dan daun jendela. Namun api menyambar tirai dan membuat kain itu kini berlubang besar.Mereka sudah main kasar rupanya, aku sebenarnya tak terkejut mendapati ini, hanya saja di sini ada Emak yang jelas akan membuat beliau berpikir berat setelahnya. Mala menerorku dengan sesuatu yang dia pikir akan membuat nyaliku menciut. Jangan bermimpi, aku bukan perempuan lemah seperti dugaannya.Karena insiden itu, Emak tak mengizinkan aku pergi dari rumah. Aku menghubungi King J dan memita bantuan, dengan cepat ia datang ke rumah untuk melihat keadaan kami.Sebuah mobil Lexus LS di iringi dua mobil Lard Rover Putih berhenti di depan rumah. King membawa dua mobil pasukanya untuk berjaga. Aku hanya mengharapkan bantuan kecil, bukan macam pengamanan paspampres begini!Yang membuatku lebih terkejut ketika King datang sendiri kem
Saat kami sedang bicara, di luar ada keributan lain. Seseorang yang kukenal mencoba memaksa masuk ke dalam rumah kami."Ada keributan apa ini!" Ucapan King membuat semua pengawalnya terdiam, lalu seorang pengawal mendekat memberi laporan."Maaf tuan, ada orang yang ingin bertemu Nyonya"Mataku membelalak. Nyonya dia bilang? Seperti aku ini istri King saja! Dia Tuan dan aku Nyonya nya, begitu?"Sudah suruh saja masuk!" Ucapku saat kupastikan lelaki itu mas Haris dan Ibunya yang melipat tangan di dada.Mereka berjalan dengan ponggahnya masuk ke halaman rumahku."Wah ada acara apa istriku? Ramai sekali rumah kita." Ucapnya tertawa."Tunggu! Apa mereka ini rentenir? Apa sekarang kau jatuh miskin, hingga segrombolan rentenir ini menyerbu rumah kita?"Mas Haris nampak tersenyum menatapku dan kini memandang King."Apa anda tuan rentenirnya? Berapa banyak hutang perempuan ini sampai anda membawa pasukan?"Kulihat King memutar matanya sinis, dia berjalan dan berhadapan dengan Haris. matanya ny
DeamNet menemukan banyak bukti, meski sadah sangat kuat untuk menyeret Mala dan sindikatnya ke kantor polisi, namun King belum mengizinkan aku melihatnya. Mereka bilang aku harus fokus pada perceraianku dulu. Seperti ada rasa khawatir juga dari mereka padaku, mengingat kejadian teror bola api menimpa rumah tempatku tinggal.Sebenarnya aku tak takut, aku bisa melawan, bahkan jika dikeroyok enam lelaki sekalipun. Tapi dengan adanya Emak di sini, rasa khawatirku lebih besar.Bapak dan mas Pandu datang pagi tadi, sekarang Bapak sedang memberi makan ikan di kolam rumah. Ikan itu kini gemuk dan lincah, selama di sini Anik merawatnya dengan sangat baik. Bahkan dinding kolam yang dulu berlumut, kini bersih di tanami juga tumbuhan air. Sayang dia harus pulang dulu, sidang sekripsi katanya.Mas Pandu di kamar sejak datang, sekarang sedang menelpon seseorang. Kupikir mungkin calon istri yang dibicarakan tempo dulu padaku."Masih sibuk mas?" Aku membuka kamarnya tanpa mengetuk. Membuatnya menatap