Aku mulai mengusap layar HP mas Haris. Rupanya Tersandi, aku tersenyum kecut dan berjalan ke arah dapur. Kuambil kunci di bawah Oven, lalu membuka lemari paling ujung dan mengambil kotak pipih yang terselip di antara Loyang kue dan peralatan dapur lain.
Kubawa benda itu kemeja makan, membuka bungkus plastik dan tas yang menutupinya. Sebuah laptop dan dua ponsel tersimpan di dalamnya. Aku menyalakan laptop dan sebuah kabel USB kusambung pada ponsel mas Haris. "Mari beraksi!" Ucapku pelan mulai membuka sandi ponsel suamiku.Tak akan sulit membobolnya, bahkan dengan ponsel yang tersambung ke laptop, aku bisa dengan mudahnya masuk ke semua akun pribadi suamiku.Satu persatu kubuka akses dari laptopku, semua tak luput dari mata ini. Aku masuk membuka pesan chatnya dengan perempuan yang bernama Mayang.[Sayang, aku tak sabar menunggu besok][Aku juga sayangku, Tak sabar memanjakanmu di atas ranjang.]Aku jijik membaca chat suamiku sendiri, bahkan denganku istrinya saja, tak pernah suamiku seperti ini.[Bagaimana dengan Dina? Apa dia tak curiga ?][ Dina itu perempuan lugu, dari kampung, Tak akan sampai otaknya berpikir aku macam-macam.]Kupicingkan mata, membaca ulang kalimat yang di tuliskan mas Haris, senyumku menyungging remeh." Rupanya luguku ini jadi celahmu bermain api mas!"Aku membaca kembali pesan demi pesan mesra di layar.[Baguslah kalau mas sadar dia jauh di bawahku. Tapi Sampai kapan kita harus sembunyi begini?][Sabar, aku belum menguasai seluruh harta keluarganya. Dina itu anak tunggal, orang tuanya tak hanya kaya, tapi jutawan Sayang][Yaa, kalau tak jutawan, aku sudah mencakarnya habis. Harusnya aku yang ada disampingmu mas, bukan perempuan kampungan itu!][Nanti juga kamu yang punya aku sayang.][Mas Haris Nackulĺ... Bagaimana kalau malam ini mas ketempatku?][Kenapa? Sudah tak sabar ya][Yaa, memang aku selalu tak sabar bertemu denganmu] balasnya dengan mesra.[Baiklah, akan aku pikirkan cara agar bisa keluar dari rumah sayangku.]Aku kembali mengeryitkan dahi, rupanya ada acara malam ini! Aku berusaha menahan gejolak dalam hati, teramat sakit membaca sendiri penghianatan mas Haris.Manusia tak ada akhlak... ! Umpatku pada mereka berdua.Sudah cukup aku membaca pesan itu, selebihnya hanyalah kalimat sampah membahas malam panjang mereka di atas ranjang. Menjijikan!.Aku jadi penasaran seperti apa wajah 'Mayang' itu, hingga lelakiku seolah memujanya begitu tinggi.Tanganku bergeser, mulai membuka galeri yang terbagi jadi beberapa folder. Tapi yang paling menarik mataku, sebuah folder bertuliskan "MILIKKU"ku 'klik' folder itu, kini terpampang begitu banyak di layar foto menjijikan mereka berdua. Bagai duniaku runtuh seketika, sebuah gambar perempuan dengan rambut tergerai bersembunyi di balik selimut dengan lelaki yang masih bersetatus 'Suamiku'."Mala !" Ucapku bergetar, perempuan yang bermain api dengan suamiku adalah Mala, Sepupuku sendiri.Netraku memanas, kala foto suamiku bercumbu dengan perempuan yang bahkan sudah seperti adik kandungku ini, kini tepat di depanku. Gambar mereka berzina begitu nyata, bahkan mereka mandi bersama dalam satu bathup pun masih sempat di abadikan.Ketegaran yang coba kubangun runtuh seketika, tubuhku luluh ke lantai, menangis sekuat tenaga, menumpahkan segala rasa yang tak dapat dibendung lagi. Beberapa saat Jiwaku seperti lepas dari raga, bahkan sempat kurebahkan tubuh di lantai dapur, aku masih memastikan apa yang sedang kuhadapi ini.Mendapati Mas Haris selingkuh, meski nyeri menusuk, namun masih dapat aku kendalikan. Tapi mendapat kenyataan bahwa perempuan itu adalah sepupuku sendiri, tak pernah terbayangkan sedikitpun.Beberapa saat bergelut dengan segala rasa yang kupendam, perlahan kuhapus air mataku, aku berdiri dan kembali fokus melihat layar. Terkadang aku masih sesegukan, aku putuskan menyalin semua data suamiku, tak sangup lagi melihat lebih banyak gambar tak bermoral itu di layar, segera saja kumatikan laptop. Kusembunyikan lagi laptop dan satu ponsel ketempatnya, satu ponsel lain kubawa karena setelah ini permainan baru akan aku mulai.Kuletakkan lagi ponsel Mas Haris di saku celananya dan aku duduk di depannya lalu menyalakan ponsel lain di tanganku. Aku mulai masuk kesebuah situs rahasia."Hay tim.."Begitu Voice not kukirim, tak lama berselang Pesan demi pesan berondongan masuk membuatku tersenyum."Cepat sekali" Ucapku lalu membaca satu demi satu pesan.Rose[Queen ? Waw !!] Sky[Queen? Are you come back??]Rock[Queen! OMG!! mimpi apa gue!!]Black[Hay Queen!]King J[Ada pekerjaan baru?] Rock[Tanyakan kabarnya dulu, kamu main tembak saja]King J[haha... Aku rindu bermain kawan]Aku tersenyum sendiri membaca pesan mereka. Ya, begitulah kami saat sudah saling terhubung.Sebelumnya, perkenalkan dulu, namaku Dina Arleta. Aku lebih dikenal dengan nama Queen dalam dunia Cyber, kami punya satu tim dengan nama DreamNet, team Cyber yang kami bentuk tujuh tahun lalu.Awalnya, aku yang mencintai dunia game, mengumpulkan beberapa orang dengan hoby yang sama untuk mengikuti beberapa turnamen. Seiring waktu, team kami berkembang, kami yang dari berbagai latar belakang berbeda namun mencintai dunia cyber, akhirnya mengembangkan program Cyber security.Hingga saat ini bahkan program kami terus dikembangkan dan masih digunakan beberapa lembaga dunia, tentunya dengan rahasia.Ya, kami bekerja secara rahasia. Tak ada lisensi resmi, atau kontrak jelas. Bahkan tak pernah ada satupun dari penguna jasa kami, tau identitas, atau bertemu dengan kami. Karena itu mereka menyebut kami 'Cyber bayangan'. Kami termasuk kategori 'Grey hat' kala itu.Kami pernah secara rahasia membobol beberapa situs pemerintahan, Mencuri data sebuah perusahaan besar atau meretas dan merusak sebuah sistem keamanan. Bahkan berusaha meretas sistem keamanan perusahaan besar dan melaporkanya juga jadi bagian permainan kami setelahnya timbal balik bayaran dengan nominal di atas enam digit bisa kami miliki.Namun, sejak dua tahun terkahir, kami hanya fokus mengembangkan cyber security. Menjualnya pada perusahaan pengguna jasa kam, dan memastikan data mereka aman dari cyber crime.Tak sulit, Kami bekerja dengan Enam orang dalam team yang kuat, bahkan meski berbeda daerah, latar belakang, pekerjaan, Kami masih bisa bekerja dalam satu team.Namun demi menyandang gelar 'istri', Kutinggalkan semua pekerjaaanku dan menikah dengan mas Haris, suami pilihan keluarga besar Bapak. Dengan berat hati, kulepas semua pencapaianku, dan mengabdikan diri menjadi Nyonya Haris.Aku tak bisa mengatakan bahwa aku bergelut dalam dunia cyber pada Mas haris, Atau mengatakan aku seorang hacker. Selama enam bulan pernikahan, aku belum bisa mengatakannya, aku masih menunggu waktu yang tepat.Namun sepertinya, rahasiaku akan kusimpan sendiri untuk waktu yang belum kutahu. Karena ternyata suami yang ku hormati itu sudah bermain api.Kuketik kembali sebuah pesan.[Besok bisa bertemu? Aku punya tugas untuk kalian. Lebih tepatnya aku meminta bantuan.]Sky[Oke...] Rock[Tercatat Queen]King J[Jangan tanya bisa atau tidak Queen, Kami pasti bisa!]Rose[Aku Siap !]Rose mengirim foto sebuah tiket.Black[Aku juga... Tapi, seperti biasa.]Rose[Apa wajahmu penuh belatung Black? Sampai hari ini tak pernah ada yang tau siapa kamu?]King J[ Mungkin kau Alien Black? Mengingat begitu jenius nya kau memecahkan sandi?]Sky[ Jangan konyol King! Jika Black Alien, Kuharap kita punya pesawat UFO]King J[hahaha... Mungkin kita retas akun Black saja.]Sky[Jangan! Programmu akan terserang banyak virus.]Rose[Hahahahaaaa.... Seperinya kau pernah coba sky? Bodoh !]Black[Maaf Kawan... Begitulah cara kerjaku]Rock[Tak masalah Black, jangan dengarkan gurauan mereka]Rose[Aku bercanda Black, aku sedang bertanya setampan apa dirimu?]Aku hanya tersenyum. Tak menjadi masalah akan sikap Black, karena sepanjang kami kenal satu dan lainya dia jujur, beretika, bertanggung jawab, meski tak pernah mau membuka siapa dirinya. Bagiku kinerjanya sangat memuaskan, itu saja cukup, pribadinya bukan hakku untuk mengatur.Kuketik lagi sebuah pesan. Mengakhiri perdebatan dan canda mereka pada Black.[Thank you guys... Sampai Jumpa besok my team]Kumatikan ponsel ini, lalu membawanya ke dapur, menaruhnya di antara tumpukan mie instan dan bumbu instan. Disini adalah tempat teraman, Mas Haris tak akan pernah memeriksa apapun di dalam dapur rumah kami."Selamat datang di dunia nyataku Mas Haris sayang."Bersambung....Sky yang melihat itu tersenyum, dia tau Banyu akan punya cara membawaanya pergi. Ya, Tali itu di ayun Terus agar ujungnya bisa mendekati Sky. beberapa kali ayunan membuat ujungnya lebih dekat ke arah Sky, dirinya mencoba meraih namun masih belum tergapai."Kamu harus lompat!" Teriak Banyu, dipa merasakan angin terlalu kuat sekarang."Lompat Sky!" Banyu merasakan ombak mulai tinggi menghantam"Kompat? sekarang?""Tahun depan, sekarang lah!" Ucap Banyu kesal, kapal terbakar itu mulai tenggelam dan Sky masih juga ragu untuk meninggalkan nya.Sky melihat air laut semakin dekat, jika dia gagal melopat, artinya takk ada lagi kesempatan, tali kapal tak cukup jika harus menyentuh lautan dan jangkar tak bisa di keluarkan dengan segera, sementara gulungan awan hitam mulai terlihat di atas mereka."Kenapa cuaca tiba-tiba berubah mbak?" Anik panik melihat badai akan segera datang."Tidak tiba-tiba, awan itu sudah bergelantung di atas kita sejak pagi hanya saja tidak sebesar ini.""Sky, lompat!" T
Kanaya begitu marah mendengar kabar pelarian Banyu, dia sudah berbuat banyak sejauh ini, namun justeru kebodohan demi kebodohan dia dengar."Tolol kalian semua!" Teriaknya kesal di ruang sunyi tempatnya bersembunyi.Panggilan dari Philip tak lagi di gubrisnya, Kanaya merasa semua sudah berakhir sekarang. "Aku benci pada Kalian semua!" Teriaknya lagi, bayang wajah Banyu semakin membuat hatinya tercabik dan nyeri.Mencoba perbikir jernih bagaimana dia akan menemui Banyu sekarang, Kanaya berjalan keluar ruangan, berusaha tersenyum pada beberapa orang staf nya di luar, Kanaya berjalan menuju lif."Ada apa lagi Naya?" Khan menarik tangan adiknya itu.Kanaya menatap Khan dengan kesal, berusaha melepaskan tangan kakaknya."Aku ada urusan.""Soal Banyu lagi?" Khan bertanya, setelah pertengkaran dengan adiknya tempo hari, Khan mencoba kembalu memberikan kesempatan."Bukan, aku harus pergi menemui temanku!" Ucapnya dingin lalu meninggalkan Khan di depan Lif.Kanaya turun ke lanti dasar, ingin
Banyu keluar lebih dulu ke dalam kabin, Rock masih terduduk di sana dengan mata hampir tak bisa terbuka lagi."Tidurlah, aku akan gantikan." Ucapnya pada Rock, lelaki itu berdiri dan berpindah posisi ke belakang, menyandarkan tubuhnya pada kursi yang lebih lega."Aku masih ada di jalur yang benar, kemudikan saja begitu, mungkin beberapa jam lagi kita sampai di darat." Ucap Rock dengan suara sedikit meracau.Banyu hanya tersenyum tipis menyadari kantuk menguasai sahabatnya itu. "Tidur saja di dalam, aku akan Pastika semua aman." Ucap Banyu lagi, namun Rock sudah tak mendengar, dengkurannya halus sudah menemani tidurnya yang lelap.Banyu kembali menatap ke laut, semalam benar-benar membuatnya ketakutan, matanya yang bening seolah menelisik arah mana dirinya dan yang lain datang semalam."Cari sesuatu?" Sky masuk degan semangkuk mie dalam sterofom, aromanya membuat perut banyu serasa meronta."Baru buat?" Tanya banyu."Ya, di belakang ada, air panas yang aku buat juga masih, bikin saja s
"Kami ada di tempat semula, bergeser sedikit kearah barat."Suara Rock terdengar pada alat yang Dina pakai dalam baju selamnya.Bus... Bus...Suara peluru menembus air, mereka dapat melihat peluru-peluru itu membelah air membentuk gelembung-gelembung yang menjurus ke bawah.Dina memberi sinyal bahaya pada Rock, sementara Banyu membuat isyarat agar mereka berenang lebih dalam.Matikan lampuBanyu meminta dengan isyarat, Dina dan Anik mematikan lampu di tangan mereka.Ke bawah!Sky meunjuk arah bawah dan mereka bergandengan menjauhi peluru yang masih terus menerjang ke dalam air.Mereka menyelam menjauhi tembakan yang masih terdengar, semakin ke dalam menuju ke arah yang di rasa benar. Banyu menyalakan lampu merah di dalam air, mereka saling melihat untuk membaca isyarat selanjutnya.Kalian di mana?Rock kembali menghubungi dan mencari dimana sahabat-sahabat nya sekarang. Anik menyalakan sinyal yang ada di pinggangnya, lalu mencari di mana letak kapal mereka berhenti.Ke arah barat kali
"Bagaimana kita bisa ke bawah? Lihat semua tempat penuh dengan pengawasan." Sky memperhatikan setiap tempat yang mereka lewati, namun tak satupun tempat sepi."Jika begitu kita harus turun." Banyu berbisik, mereka berhenti sebentar di atas sebuah lorong."Bagaimana bisa kita turun? Lantas dimana kita akan turun?" Sku masih tak mengerti apa yang Nanti rencanakan."Jika kita tak bisa mengelabuhi mereka, maka jadilah bagian dari mereka!" Ucap Banyu lalu berusaha membuka tutup lubang angin di bawahnya."Kamu benar!" Ucap Sky saat sadar bahwa ide Banyu mungkin bisa di gunakan membawa mereka ke ruang bawah.Mereka melompat turun, lalu bersembunyi di antara tepian lorong, Banyu sedikit lega sekarang, sebab semua cctv berada di bawah kendali teamnya.Sky berada di belakang Bantu, menyelinap di antara lorong dan tak lama empat lelaki keluar dari sebuah ruangan."Ada yang datang!" Ucap Sky bersembunyi dinujung lorong bersama Banyu. Empat orang itu berbatus rapi, dan dua di antaranya masuk ke ru
Dina menyelam lautan dingin, dia tau bisa saja nyawanya tak selamat malam ini, tugasnya bersama anik adalah masuk dari bawah kabin kapal. Banyu sudah memberikan koordinasi kapal tempatnya di tawan, Sky dan dirinya sudah bisa mengendalikan ruang kontrol kapal sejak kemarin.Anik dan Dina hanya bisa berkomunikasi dengan sandi cahaya, sandi yang sudah mereka pelajari selama perjalanan kemari. Tiba di dekat pintu bawah, Dina dan Anik berusaha meraih tangga besi di atasnya. Kapal itu berhenti di satu tempat jadi cukup aman berada tepat di ujung belakang kapal untuk bisa meraih tangga ke atas.Hup!Anik naik lebih dulu, dia melepas tabung oksigen di pijakan terakhir dan menalinya dengan erat, lalu menarik tubuh Dina naik lebih dulu. Dina Menik melewati Anik dan ikut melepaskan tabung oksigen nya lalu Anik menerimanya dengan sigap, ia menali lagi tabung itu tepat di sisi bawah tabung miliknya.Tanpa banyak bicara, mereka lalu naik mengikuti tangga yang membawa mereka ke pintu belakang kapal