Share

Gidi, Naga Emas

Penulis: Khomairoh
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-24 15:55:42

Kegelapan malam semakin menggelayuti langit, namun cahaya samar dari bulan purnama memberikan sedikit penerangan pada perkampungan kecil di ujung hutan. Udara malam itu terasa hangat, penuh dengan ketegangan yang belum juga mereda setelah pertarungan besar melawan Ryukiro.

Akihiro terbaring lemah di atas tempat tidur, tubuhnya diliputi luka-luka yang belum sepenuhnya sembuh. Hana duduk di sampingnya, memegangi tangan suaminya dengan erat, matanya terus mengawasi setiap gerakan Akihiro yang tak stabil. Meski mereka telah menang, rasa takut dan kecemasan terus mengganggu hati Hana—terutama mengenai masa depan yang tidak pasti.

Namun, pada malam yang hening itu, suara gemuruh yang datang dari dalam hutan mengubah segalanya. Tak lama setelahnya, sebuah cahaya terang muncul di langit, menyebar seperti ledakan besar yang mengubah segala yang ada di bawahnya menjadi bayangan.

Hana terkejut, melompat berdiri dan memandang ke luar jendela. “Apa itu?”

Suara gemuruh semakin keras, dan di kejauhan, sebuah sosok besar mulai terlihat jelas. Itu bukan lagi Ryukiro, yang telah mereka kalahkan. Bukan juga makhluk jahat lainnya. Sosok yang muncul adalah naga dengan tubuh berkilau, bersinar seperti emas yang tergerus cahaya matahari.

“Gidi…” Akihiro yang lemah itu berusaha berkata, meski dengan napas yang berat. “Dia datang…”

Hana menatap Akihiro, bingung. “Gidi? Naga emas itu?”

Akihiro mengangguk pelan. "Dia adalah sahabatku... dan sahabat umat manusia."

Di atas langit, Gidi, naga emas yang mengerikan dan megah, melayang dengan anggun. Sayapnya yang besar bergerak perlahan, menciptakan angin yang sejuk dan membawa hawa kedamaian. Tubuhnya yang bersinar seperti logam mulia menyebar ke seluruh desa, memberi harapan baru kepada semua yang melihatnya. Namun, bukan itu tujuan kemunculannya.

Gidi terbang lebih rendah, berhenti di atas bukit yang terletak dekat dengan desa. Dari sana, naga emas itu menatap langit yang gelap, seperti menunggu sesuatu. Dalam sekejap, tubuh Gidi menyusut menjadi lebih kecil, akhirnya berubah menjadi sosok manusia—seorang pria dengan rambut panjang keemasan dan pakaian berwarna emas yang bercahaya. Dia adalah Gidi dalam wujud manusia.

“Aku datang untuk menyelamatkan Kuro,” suara Gidi bergema di udara, dalam dan penuh kekuatan. "Ada ancaman yang jauh lebih besar dari Ryukiro. Kita harus pergi, sebelum semuanya terlambat."

Hana terkejut, matanya terbelalak mendengar nama Kuro disebut. "Kuro?"

Akihiro yang masih berbaring, sedikit berusaha untuk duduk, meski tubuhnya terasa sangat lemah. "Kuro adalah teman lama kami. Dia… dia terperangkap di dalam dunia yang jauh lebih gelap. Hanya Gidi yang bisa membawanya keluar."

Gidi menatap Akihiro dengan mata penuh pengetahuan. "Kuro telah kehilangan kendali atas kekuatannya. Aku harus pergi ke sana, untuk mengembalikan keseimbangan yang hilang. Tanpa aku, dia akan semakin terperosok dalam kegelapan."

Tanpa berkata lebih banyak, Gidi melangkah ke arah hutan, tubuhnya bersinar semakin terang, seakan siap untuk menghadapi segala bahaya yang menunggu. Hana menggenggam tangan Akihiro dengan kuat, berbisik, "Akihiro, apakah dia akan kembali?"

Akihiro menatap ke arah Gidi yang semakin menjauh, merasakan ada sesuatu yang aneh di dalam dirinya. “Dia akan kembali, Hana. Gidi bukan hanya naga… Dia adalah penjaga keseimbangan dunia. Jika ada harapan untuk menyelamatkan Kuro, Gidi-lah satu-satunya yang bisa melakukannya.”

Namun, saat Gidi melangkah lebih jauh ke dalam kegelapan, perasaan cemas yang lebih dalam muncul dalam diri Akihiro. Meski dia tahu Gidi adalah makhluk yang sangat kuat, ia juga tahu bahwa perjalanan ke dunia gelap untuk menyelamatkan Kuro bukanlah sesuatu yang mudah. Mereka sudah menyaksikan cukup banyak kekuatan jahat untuk memahami bahwa dunia itu tidak akan membiarkan siapa pun pergi begitu saja.

Di tengah kegelapan yang semakin pekat, Gidi melangkah dengan penuh tekad. Langkahnya terasa berat, namun tidak ada keraguan yang menghalangi jalannya. Kuro adalah teman lamanya, seseorang yang dulu pernah bersama dalam pertempuran besar melawan ancaman dunia yang tak terhingga. Namun, kekuatan yang dimiliki Kuro kini telah menjadikannya lebih sebagai ancaman daripada sekutu.

Gidi mengulurkan tangan, mengucapkan mantra kuno yang telah lama terlupakan oleh banyak orang. Dalam sekejap, sebuah gerbang besar terbuka di depannya, mengungkapkan dunia gelap yang terperangkap dalam kesedihan dan kehancuran. Dunia yang hanya dapat dijangkau oleh mereka yang memiliki kekuatan untuk melawan kegelapan yang mendalam.

“Kuro…” Gidi berseru dengan suara penuh harapan. “Kuro, waktunya untuk kembali!”

Namun, dari dalam kegelapan, hanya ada keheningan yang mengerikan. Sepertinya dunia itu menahan napasnya, menunggu siapa yang berani menginjakkan kaki di dalamnya.

Gidi tahu, ini adalah perjalanan yang sangat berbahaya. Namun, demi menyelamatkan Kuro dan menjaga keseimbangan dunia, tidak ada jalan lain selain terus melangkah ke dalam kegelapan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kuro Dan Naga Warisan   Akhir Dari Perjalanan: Sebuah Legenda, Sebuah Pilihan

    Debu mulai mengendap. Angin berhembus lembut, membawa aroma tanah basah dan kehidupan baru. Dunia telah selamat. Pertempuran dahsyat melawan Sang Penenun dan ancaman yang lebih besar telah berakhir. Namun, jejaknya tetap terukir dalam setiap sudut dunia. Bekas luka menganga di permukaan bumi, mengingatkan akan kekuatan dahsyat yang hampir menghancurkan segalanya. Kota-kota hancur, desa-desa porak-poranda, dan jutaan jiwa telah hilang. Namun, di tengah kehancuran itu, tumbuh tunas-tunas kehidupan baru. Tanaman-tanaman mulai tumbuh kembali, menunjukkan kekuatan regenerasi alam yang luar biasa. Manusia, yang telah kehilangan begitu banyak, mulai membangun kembali kehidupan mereka, mencari harapan di tengah keputusasaan. Kuro, pahlawan yang telah menyelamatkan dunia, tidak ada di sana untuk menyaksikannya. Pengorbanannya telah menyelamatkan alam semesta, tetapi dengan harga yang sangat mahal—kehidupannya sendiri. Ia telah lenyap, menjadi bagian dari alam semesta. Namun, kisahnya tetap hid

  • Kuro Dan Naga Warisan   Harmoni Terakhir – Keseimbangan yang Sempurna

    Kuro terhuyung, tubuhnya hancur lebur, luka menganga di sekujur tubuhnya seperti peta bintang yang mengerikan. Darah segar membasahi tanah yang sudah retak dan terbakar, mencampur dengan debu dan abu yang beterbangan. Namun, di tengah kehancuran itu, cahaya emas Kekuatan Naga Emas masih menyala, suatu suar harapan yang gigih melawan kegelapan yang hampir membenamkan segalanya. Ia telah menggunakan hampir semua kekuatannya, mengeluarkan seluruh kemampuannya hingga ke titik kering. Namun, Sang Penenun, entitas kekacauan itu, masih berdiri teguh, pusaran energi gelapnya semakin besar, semakin ganas, menelan segalanya dalam cengkeramannya yang tak kenal ampun. Harmoni yang Kuro coba ciptakan, harmoninya yang merupakan benteng terakhir melawan kekacauan, terasa rapuh, seperti kaca yang siap hancur berkeping-keping. Ia merasakan kelelahan yang luar biasa, tubuhnya terasa seperti akan runtuh, namun tekadnya tetap membara. Ia tidak boleh menyerah. Ia harus menang.Pandan

  • Kuro Dan Naga Warisan   Harmoni Yang Hilang

    Bab 149: Harmoni yang Hilang – Pertempuran SengitAlam semesta bergetar. Bukan getaran lembut, namun guncangan dahsyat yang mengguncang realitas itu sendiri. Kekuatan tiga naga – Muzunoryu, Tsuchiryu, dan Arashiryu – berbenturan dengan kekuatan Sang Penenun, menciptakan gelombang energi yang tak terbayangkan. Air, tanah, dan angin beradu dengan kegelapan, menciptakan pusaran yang mengerikan, pusaran yang mengancam untuk menghancurkan segalanya. Kuro, di tengah badai itu, merasakan kekuatan dahsyat yang mengguncang jiwanya.Tubuhnya, yang sudah penuh luka, terasa seperti akan hancur. Setiap inci kulitnya terasa perih, setiap tulang terasa remuk. Ia telah menggunakan hampir semua kekuatannya, namun Sang Penenun masih berdiri teguh, pusaran energi gelapnya semakin besar dan semakin ganas. Harmoni yang ia coba ciptakan, harmoninya yang merupakan benteng terakhir melawan kekacauan, terasa rapuh, hampir hancur.Kuro tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu, dan cepat.

  • Kuro Dan Naga Warisan   Kekalahan dan Kebangkitan – Harapan yang Memudar

    Kelelahan mencengkeram Kuro. Tubuhnya, yang biasanya dipenuhi dengan energi kosmik yang tak terbatas, kini terasa lemah dan remuk. Luka-luka yang ia derita dalam pertempuran sebelumnya masih terasa perih, ditambah dengan luka-luka baru yang ia dapatkan dari serangan Sang Penenun. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya, menodai jubahnya yang sudah compang-camping. Ia merasakan kekuatannya terkuras, semakin menipis, seperti lilin yang hampir padam.Sang Penenun, entitas kosmik yang mengerikan itu, mengeluarkan kekuatannya yang sebenarnya. Ia melepaskan serangan yang mampu memanipulasi realitas itu sendiri. Waktu dan ruang menjadi terdistorsi, berputar-putar seperti pusaran air yang tak berujung. Ilusi-ilusi yang membingungkan muncul di mana-mana, menciptakan pemandangan yang surealis dan mengerikan. Kuro merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tak berujung, di mana realitas dan ilusi bercampur aduk, di mana ia tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana y

  • Kuro Dan Naga Warisan   Kebangkitan Naga

    Kekalahan di awal pertempuran telah meninggalkan jejak yang dalam pada Kuro. Tubuhnya terasa remuk, namun tekadnya tetap membara. Darah masih mengalir dari sudut bibirnya, menodai jubahnya yang sudah compang-camping. Ia menatap Sang Penenun, pusaran energi gelap yang tak berujung itu, dengan mata yang dipenuhi dengan campuran rasa sakit, kemarahan, dan tekad yang tak tergoyahkan. Ia tahu bahwa ia harus menggunakan semua kekuatannya, semua kemampuannya, untuk melawan entitas kosmik yang mengerikan ini. Ia harus menciptakan harmoni yang sempurna, keseimbangan yang mutlak, untuk melawan kekacauan yang mengancam untuk menelan segalanya.Dengan napas yang tersengal-sengal, Kuro memanggil Kuchiyose Kinpika Ryu (Naga Emas). Api emas berkilauan menerangi kegelapan yang mencekam, menciptakan kontras yang dramatis antara cahaya dan bayangan. Kinpika Ryu, naga emas yang megah dan perkasa, muncul dari dimensi lain, sisiknya berkilauan seperti emas murni yang dilebur oleh mat

  • Kuro Dan Naga Warisan   Serangan Awal

    Langit bukan lagi langit. Ia adalah kanvas gelap yang tercabik-cabik, dirobek oleh tentakel-tentakel energi hitam yang tak terhitung jumlahnya. Tentakel-tentakel itu, tebal seperti gunung dan hitam pekat seperti jurang maut, menari-nari dengan kejam di antara bintang-bintang yang meredup. Mereka bukan sekadar energi; mereka adalah manifestasi dari kekacauan itu sendiri, perpanjangan dari kehendak Sang Penenun, entitas kosmik yang haus akan jiwa. Jiwa-jiwa manusia, terhisap oleh tentakel-tentakel itu, menghasilkan jeritan yang menyayat hati, simfoni kematian yang mengerikan yang bergema di seluruh dunia. Di tengah badai ini, Kuro berdiri tegak, sebuah patung marmer yang tak tergoyahkan di tengah badai yang mengerikan.Rambut putihnya yang panjang berkibar ditiup angin yang berputar-putar, menyerupai api yang siap menyala. Wajahnya, yang biasanya dipenuhi dengan ketenangan, kini dikerutkan oleh tekad yang tak tergoyahkan. Ia bukanlah manusia biasa lagi; ia adalah m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status