Share

Bab 1 - I hate Friday!

Giselle benci hari Jumat malam. Terutama Jumat malam seperti ini.

Di saat seluruh rekan kerjanya bersuka cita menyambut akhir pekan dan melepaskan diri dari kepenatan beban dan tumpukan kerja, Giselle kini malah memilih menyibukkan diri dengan membaca ulang kontrak yang baru saja dia amankan dan dapatkan dengan Sudibyo Corporation. 

Sudibyo Corporation adalah salah satu perusahaan yang bisnis utamanya bergerak di bidang real estate. Meskipun tidak sebesar Danudihadjo Enterprise yang memang diakui sebagai perusahaan privat terbesar di Indonesia. Setidaknya Sudibyo Corporation memiliki rekam jejak yang baik dengan kekuatan finansial yang stabil, cenderung meningkat dan yang terpenting cukup sehat.

Meskipun kini terdengar desas desus bahwa akan ada proses merger dan akuisisi antara Sudibyo Coproration dengan raksasa bisnis di Indonesia, Danudihardjo Enterprise. Salah satu mega proyek dan beberapa konsultan besar sudah siap berdiri di belakang untuk mengambil kesempatan bersejarah dalam dunia korporasi di Indonesia. 

Dia menguap, lalu secara refleks melirik jam digital kecil yang terpampang di sudut mejanya sudah menunjukkan pukul 19.30 malam. Ini tentu saja masih pagi dalam kamus pekerja gila

macam Giselle.

Beberapa bulan sebelumnya dia bahkan sanggup bekerja hingga jam 3 dini hari, menunggu hasil kerja anak buahnya yang juga terpaksa lembur untuk mengejar deadline yang ditetapkan oleh salah satu klien mereka. 

Giselle Putri Natapradja – seorang konsultan di sebuah kantor bonafit The Converge seringkali disapa dengan sebutan The Queen Bee. Sebuah panggilan nama yang layak Giselle sandang, menurut pribadinya sendiri. 

Dia adalah salah satu senior konsultan di perusahaan ini dengan umur termuda dibanding rekan kerja lainnya. Sudah 26 tahun Giselle merayakan ulang tahunnya sejak dia pertama kali dilahirkan di tanggal 20 Januari dua puluh enam tahun lalu. 

Kenapa disebut The Queen Bee? Ya karena Giselle adalah satu-satunya perempuan menonjol dan ambisius dalam The Converge. Banyak proyek yang gol di bawah kendali Giselle.

Secara sederhananya, Giselle adalah the IT GIRL dalam kantor ini. Semua orang terpesona kepadanya. Tidak hanya tertarik karena fisik, namun juga karena otaknya yang begitu cerdas dan penampilannya yang menawan. 

Lulusan sekolah bisnis dengan full ride atau beasiswa penuh di salah satu Ivy League Unversity, yaitu The Wharton School of The University of Pennsylvania. Secara pendidikan dia memang menjadi salah satu tumpuan bagi perusahaan tempatnya bernaung dan memulai karirnya di Indonesia. 

Brain, Beauty and Behaviour

Kecerdasan, kecantikan, dan berkelas. Tiga kriteria yang membuat banyak orang iri. 

Semua ada dalam diri Giselle. 

“Coba saja lo ikut ajang pemilihan ratu kecantikan model Putri Indonesia, pasti gue jamin lo bisa menang. Atau minimal, bisa dapat tiga besar,” ujar salah seorang teman Giselle ketika mereka hangout bersama di sebuah restoran yang sedang viral di ibukota. 

Tentu saja Giselle menepis ucapan tersebut dan menanggapinya dengan tawa ringan. 

“Aduh, nggak dulu deh. Usia gue sudah segini. Nggak mungkin masuk juga!"

"Lagipula udah sibuk banget ini sama kerjaan. Mana sempat ikut acara begituan,” tepis Giselle santai pada waktu itu. 

"Bu Giselle, ini anak-anak mau cabut ke Senopati. Mau ikutan nggak? Kayaknya ada yang mau buka table deh. Ada acara ulang tahun di salah satu divisi, Bu." Suara salah satu stafnya membuyarkan ingatannya. 

Rindi, salah satu staf di bawahnya yang baru satu tahun bekerja di sini sepertinya mendapatkan tugas dari rekan-rekannya yang lain untuk datang ke ruangannya dan mengundang Giselle untuk datang. 

Tentu saja mereka berharap Giselle bisa datang. Di mana ada Giselle, pasti banyak orang yang datang ke meja mereka untuk modus dan sksd ingin berkenalan dengannya. 

Tapi sejak dia putus dengan mantan pacarnya tiga bulan lalu, dia sungguh tidak berminat untuk kumpul-kumpul

dan mencari distraksi dari rasa sakit hatinya.

Sudah kapok!

Buktinya, ketika dia menuruti kegilaannya, dia berakhir dengan tidur bersama orang asing. Sungguh memalukan. Sebuah kenangan yang ingin segera Giselle enyahkan dari memorinya. 

Giselle menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis menyiratkan penyesalan. 

"Duh, maaf ya Rindi. Masih banyak kerjaan nih! Nggak bisa ditinggal pula!" tolak Giselle dengan halus. 

Dia mengibaskan lembaran kertas yang saat ini dipegangnya. Belum lagi jika Rindi jeli memperhatikan, ada beberapa tumpukan folder di meja luas milik Giselle yang berbentuk Letter L untuk mengakomodasi satu All in One PC dan satu Macbook keluaran terbaru untuk menunjang aktivitas kerjanya. 

"Have fun ya di sana. Pasti gue juga bakal ngerasain vibes-nya kok kalau kalian update story atau feeds di i*******m kalian," tutur Giselle sekali lagi dengan sopan.

Tapi sungguh, semakin hari dia semakin malas dengan hiruk pikuk dunia malam dan juga cara teman-teman kantornya melepas penat setelah seharian atau semingguan bekerja keras. 

Buka table, minum-minum, dansa gila-gilaan di tengah lantai dansa. 

Giselle sejujurnya sudah muak, dan karena itu dia semakin sering menolak ajakan teman-teman atau rekan kerjanya kalau sudah menjurus pada kegiatan tersebut. Lebih baik dia mengerjakan pekerjaan atau jika sudah penat, kabur ke Food Hall atau Ranch Market

Pergi ke supermarket, window shopping melihat sayuran hijau atau buah-buahan beraneka warna. Rasanya lebih menenangkan

dibanding menghabiskan uang untuk mabuk-mabukan. 

"Sayang banget Bu Giselle." Rindi akhirnya harus berpuas diri karena tidak berhasil membujuk salah satu konsultan senior yang cukup terkenal di seantero gedung tempat kantornya bernaung di daerah Pusat Sentra Bisnis Sudirman ini, atau yang dikenal dengan nama SCBD. 

"Ya udah deh, Bu. Saya kabari anak-anak yang lain." Rindi beranjak dari ruangan Giselle dan meninggalkannya yang kembali mencoba berfokus pada lembaran kertas dalam genggaman tangannya. 

Sebenarnya ada hal lain juga yang membuat dia kini terlihat lebih seperti pekerja gila

yang selalu bekerja ekstra keras tanpa putus. 

Posisi partner

Posisi yang vakum dan kosong dalam dua bulan terakhir ini karena ditinggal resign oleh Mas Dirga. Atasan langsungnya itu memilih untuk menetap di Kanada menemani sang istri yang mendapatkan beasiswa penelitian doktoral di sana. 

Mas Dirga adalah mentor sejak pertama kali Giselle masuk ke The Converge 4 tahun silam selepas dia lulus kuliah S1. 

Di bawah arahan dan bimbingan Mas Dirga, Giselle berhasil naik menjadi posisi konsultan senior dan hanya satu langkah lagi menjadi partner dalam waktu kurang dari lima tahun. 

Pak Hasan, senior partner dan juga Co-Founder The Converge ini sebenarnya tidak mempermasalahkan jika Giselle ingin mengikuti bursa pemilihan untuk posisi partner tersebut. 

Tapi Pak Hasan sudah mewanti-wanti bahwa posisi ini adalah prerogatif pilihan Pak Hasan. Yang artinya tentu saja posisi ini tidak seratus persen aman diberikan kepada Giselle yang terhitung masih 'bau kencur' dalam industri jasa ini. 

Giselle harus bekerja keras untuk membuktikan kepada bosnya bahwa dia layak untuk mendapatkan posisi Partner. 

Dan dia akan melakukannya mulai dengan menyelesaikan proyek Sudibyo yang baru saja berhasil dia dapatkan dan sukses untuk menutup kesepakatan kerja sama konsultasi sekitar dua minggu lalu setelah melalui proses negosiasi yang cukup alot dan juga melelahkan bagi Giselle. 

Si perempuan karir ibu kota yang selalu dianggap sebelah mata oleh para pria yang mendominasi industri ini. Dia berhasil sekali lagi membuktikan bahwa dia mumpuni dan mampu bersaing dengan para pria yang hanya menganggapnya sebagai objek seksual. 

Atau yang lebih parahnya, menyamakan dirinya dengan stereotype seksis seperti ikon Barbie. 

Si cantik tapi tidak ada otak. 

Setelah Rindi menginterupsi ke dalam ruangannya, Giselle menjadi sulit untuk mengumpulkan niat dan konsentrasi untuk kembali mempelajari dokumen tebal proyek terbaru. 

Gadis itu akhirnya menghela nafas panjangnya. 

Kenapa akhir-akhir ini hidupnya begitu membosankan dan hampa? Apa karena dia merasa kesepian?

Apakah dia perlu mencari pacar lagi?

Karena semakin lama semakin sering bayang-bayang samar pria tampan yang dulu pernah menjalani malam bersamanya mengusik batin dan pikirannya. 

Jika dia tidak mengalihkan pikiran tersebut lewat pekerjaan, terkadang sekelebat memori tentang satu malam panas di Hotel The Royal Ruby mampir ke dalam pikirannya tanpa diundang. 

Tapi buru-buru dia tepis pikiran itu. 

“Duh, fokus Giselle! Jangan pikirkan orang itu lagi! Apalagi scarf kesayanganku juga diambil orang itu!” gumam Giselle kesal jika mengingat ada yang hilang dari dirinya setelah kejadian tiga bulan lalu. 

Ya, yang hilang bukan hanya scarf hadiah kesayangan dari neneknya, tapi juga akal sehatnya!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status