Khaidir mengendurkan pelukannya dan menatap lekat wajah Fatih yang sudah dibanjiri air mata. “Tidak Sayang, kamu tidak boleh menangis. Papa hanya bertanya dan sangat khawatir saat tahu kalau kamu sudah dijemput dengan mobil orang lain. Maafkan Papa, sudah telat menjemput kamu di sekolah, maafkan ....” ucapannya dipotong langsung oleh Kaysha dengan wajah memerah “Kamu bohong Mas, kamu bilang Fatih baik-baik saja denganmu, tapi apa ini dia pulang bersama Syeira!” bentak Kaysha yang tiba-tiba saja datang dan menghampiri mereka.Khaidir terkejut dengan kedatangan Kaysha di tambah lagi wanita cantik itu mendorong kursi roda yang ternyata dengan santai pria itu duduk dan tersenyum sinis.“Ba—Bagas? Kamu ada di sini juga dan kenapa kamu?” Khaidir semakin tidak mengerti karena merasa sudah dipermainkan oleh mereka. “Apa Khaidir, kamu pikir aku hilang dari rumah sakit? Nggak Dir, justru aku ingin menyelamatkan kalian tapi tidak ada yang mau percaya denganku!” sungutnya dengan penuh percaya
“Aku mau ke kamar dulu, istirahatlah besok aku akan mencarikan tempat tinggal untukmu. Benar dengan apa yang dikatakan oleh Ibu, seharusnya aku memandang suamiku!” ucapnya sambil beranjak pergi dari meja makan.“Tunggu Kay! Kamu tidak ingin bicara denganku lagi bahkan untuk terakhir kalinya?” ucapan Bagas mampir menghentikan langkah Kaysha seketika.“Aku sudah berbuat baik untuk keluargamu untuk terakhir kalinya. Dan sekarang kita berada di jalan yang berbeda. Aku sudah mempunyai keluarga yang baru nggak mungkin aku menyambut tangan yang lain apalagi kamu ada mantan suamiku. Benar kata Ibu dan kau harus bicara dengan Mas Khaidir, permisi!” ucap Kaysha tegas dan berlalu meninggalkan Bagas sendirian.“Ya kamu benar Kay, tapi tenang saja setelah hati ini aku akan pergi jauh untuk selama-lamanya,” ucapnya dalam hati sembari menatap punggung wanita cantik itu sampai hilang dari penglihatannya. ***Sampai di pintu kamar Fatih Kaysha memberanikan diri untuk masuk meskipun ada sedikit ketak
Seorang wanita duduk dengan berlinang air mata. Entah sudah berapa lama wanita itu duduk di pinggir ranjang yang terbuat dari bambu itu.Bahkan darah segar yang keluar dari bibirnya pun sudah mengering. Tidak ada yang memedulikannya, tidak ada yang menolongnya hanya seorang bocah laki-laki yang berumur empat tahun yang selalu menemaninya."Bunda, kenapa kok nangis?" tanya bocah itu."Eh anak Bunda baru pulang, gimana mengajinya sudah lancar atau belum? tanya Kaysha balik."Kok pertanyaan Fatih, nggak di jawab?" anak kecil itu menunggu jawaban ibunya."Nggak apa-apa sayang, sana cepat ganti pakaian terus makan ya, jangan lupa cuci tangan yang bersih, terus berdoa,” perintah Kaysha sembari membelai rambutnya"Iya Bunda,” jawabnya tersenyum kecil lalu berlari kecil menuju kamar kecilnya."Fatih tunggu sebentar!" Langkahnya terhenti saat Kasyha memanggilnya."Ada apa Bunda?" Dia menoleh ke belakang."Kok Fatih tadi nggak ngucapin salam masuk ke rumah?" tanya Kaysha bingung."Emm ... Bunda
Setelah kejadian itu sikap Bagas suaminya masih sama saja acuh, tidak peduli bahkan kepada anak kandungnya sendiri.Hari-hari Kaysha hanya di penuhi air mata dan siksaan, entah apa yang ada di pikiran Kasyha yang mau bertahan dengan suami seperti Bagas.Seperti biasa Kaysha bangun sebelum subuh, setelah Shalat dia pun bergegas ke dapur memulai rutinitasnya mulai mencuci, membersihkan rumah sampai memasak.Ditatapnya malaikat kecilnya yang masih tertidur pulas lalu diciumnya anak itu sehingga dia menggeliat seperti cacing.Saat masuk ke kamar mandi Kaysha melihat banyak sekali cucian yang menumpuk, bagaimana tidak kakak ipar bersama suami dan anak-anaknya selalu ikut menumpuk cucian mereka di rumah mertuanya."Kenapa sih Mbak Bella numpang di sini melulu, keenakan dong di cuci in terus, lebih aku sisihkan saja, toh sama saja salah nggak salah tetap dimarahi," gerutunya dalam hati.Hampir satu jam Kaysha berkutat di kamar mandi walaupun akhirnya mencuci pun sudah selesai tinggal menjemu
Kedua tangannya mengepal, tatapannya tajam ke depan dengan mulut sedikit mengerucut.Ibu Siska yang melihat duluan langsung menegur dan menghampiri Fatih yang berdiri dalam diam.Kaysha dan Ibu-ibu yang lain juga langsung menoleh ke arah Fatih, dan tentunya sebagai ibunya dia langsung memeluk dan mencium anaknya berkali-kali."Fatih kok diam kenapa Nak?""Apa Bunda sayang Fatih?""Tentu sayang lah Nak, buat apa hidup kalau nggak ada Fatih di samping Bunda.""Kalau begitu tinggalkan mereka Bunda!""Kaysha terperanjat dan kaget atas ucapan Fatih barusan begitu juga dengan ibu-ibu yang lain.Anak sekecil itu sudah mengerti urusan orang dewasa. Fatih selalu melihat ibunya selalu disakiti walaupun dia mengurung diri di kamar namun ikatan batin mereka sangatlah kuat."Fatih kok ngomongnya begitu siapa yang mengajari Nak?" tanya Kaysha dengan kelembutan."Wajah ini Bunda," Fatih memegang wajah Kaysha dengan kedua tangan kecilnya."Maaf in Fatih, Bunda.""Fatih belum bisa membahagiakan Bunda
"Siapa dia Mas, kenapa kamu bawa ke rumah ini?" tanya Kaysha degan penasaran."Apa urusanmu?" jawab Bagas dengan emosi."Memang nggak ada, tetapi setidaknya jika kamu berbuat yang aneh jangan di sini, apa kata tetangga?""Nggak ada urusan sama tetangga ya, suka- sukakulah mau bawa siapa?""Perkenalkan nama saya Clara Fransisca.""Maaf, Mbak tadi suaminya Mbak tidak sengaja motornya menabrak mobil saya.""Oh maaf Mbak saya pikir temannya suami saya, terus kenapa nggak ke rumah sakit Mbak kalau ada yang luka," tanya Kaysha dengan heran."Saya yang nggak mau ke rumah sakit, trauma Mbak apalagi baunya jadi pingin muntah, tapi sakitnya nggak terlalu parah kok, cuma lecet sedikit," kata wanita itu."Kenapa nggak di antar ke rumahnya sih Mas, kasihan jadikan bisa langsung istirahat dengan tenang di rumahnya," tanya Kaysha dengan penuh selidik. "Saya yang mau di antar ke sini sekalian silaturahmi dengan Mbaknya.""Kalau boleh saya menginap sehari saja di sini, saya takut pulang sendiri lagi
Kaysha tertunduk dan lemas, pandangannya menatap sinis kepada mereka yang terlihat sangat bahagia."Sejak kapan kalian sudah menikah?" tanya Kaysha dengan suara gemetar menahan tangisnya."Maaf Mbak, aku sudah menikah dengan Mas Bagas empat bulan yang lalu, dan sekarang aku mengandung anaknya," jawabnya sambil memegang perutnya yang memang sedikit membuncit."Terus kenapa tadi malam kamu berbohong sama saya toh akhirnya Mas Bagas juga yang kasih tahu," jawab Kaysha yang masih duduk mengatur napasnya."Memang sengaja, kenapa memang, aku cuma mau lihat bagaimana reaksimu kalau aku menikah lagi, kamu pasti sakit hati dan cemburu bukan, karena aku ini tampan dam berkarisma," jawab Bagas yang memuji dirinya sendiri.Kaysha berdiri dan melanjutkan mencuci pakaian yang tadi sempat tertunda."Loh Kay, kok gitu aja reaksimu, nggak seru ah!" "Jadi aku harus gimana Mas, sedih, nangis udah basi Mas, terserah kalian mau ngapain yang jelas kamu ceraikan aku, kalau tidak aku bongkar semua kebusukan
"Berani kamu menyentuh anakku akan kupatahkan tanganmu!" teriak Kaysha.Kaysha memukul kepala Bagas dengan sebuah balok kayu yang di dapatnya di seberang jalan tadi.Entah apa yang merasuki Kaysha sehingga dia berani melawan Bagas."Urusan kita belum selesai, kalau sampai terjadi sesuatu dengan anakku, kamu akan kubuat menderita," ucapnya dengan api membara."Terserah kamu Kay, aku nggak takut sama kamu, dasar istri edan menyusahi saja," sahut Bagas dengan memegang kepalnya yang mengeluarkan darah segar dan merintih kesakitan."Augh sakit, dasar istri nggak waras ... Augh!"Namun tidak dengan para tetangga mereka hampir mengeroyok Bagas karena sikapnya yang tidak mencerminkan sikap orang tua yang baik, mereka geram, marah bahkan ada yang sempat memukul kembali kepala Bagas agar kembali waras."Kamu tuh yang edan anak kok dibiarkan gitu malah disumpahi, rasanya sendal jepitku ini mau tak sumpali di mulutmu itu," ucap Bu Lastri yang geram melihat tingkah laku Bagas."Huh ... dasar sua