Bab 3

Dengan penuh kebanggaan, Isabel memperkenalkan suaminya kepada kami, pangeran Kerajaan Duraya, Andre Miller.

"Suamiku sudah memutuskan, anakku akan jadi penerus begitu lahir. Jadi kalau mau cari perhatian dariku, sekarang kesempatan kalian!"

"Kalau nggak, aku tinggal gerak sedikit, perusahaan kalian akan bangkrut. Aurora, pekerjaanmu juga bakal lenyap!"

Semua orang langsung merasa ada yang tidak beres, tapi Isabel malah tenggelam dalam mimpinya jadi permaisuri.

Saat dia pamer di depan rekan-rekan, Kak Citra menarikku ke samping dan berbisik, "Pangeran mana yang mau donorkan sperma? Di sana sistem kasta sangat ketat. Mana mungkin dia menikahi wanita asing sebagai permaisuri sekaligus mewariskan takhta!"

Tapi soal kemurahan hati Andre terhadap Isabel memang nyata tak terbantahkan.

Tadi dia baru saja ribut karena merasa perhiasannya terlalu ringan. Hanya butuh setengah jam, desainer mewah itu hadir langsung untuk mendesain dan membuatkan pakaian khusus untuknya.

Melihat tatapan iri dan kagum semua orang, Isabel makin merasa bangga dan angkuh.

Di kehidupan sebelumnya, Andre juga bersikap seperti itu padaku.

Aku cuma sedikit mual, tapi dia sampai panik luar biasa, dan langsung menghubungi para dokter terbaik dunia.

Sama seperti Kak Citra, aku merasa ada yang ganjil. Selama ini aku dan Andre belum pernah bertemu, bagaimana mungkin hanya karena aku hamil anaknya, dia bisa bersikap begitu baik padaku?

Bahkan seluruh keluarga kerajaan memperlakukanku seperti harta yang sangat berharga.

Aku hanyalah orang biasa. Selain mengandung darah daging Andre, tak ada hal istimewa dariku yang membuat mereka perlu menaruh perhatian lebih.

Jadi aku tetap waspada, dan akhirnya menemukan sebuah rahasia. Sayangnya, Isabel sekarang sudah tenggelam dalam manisnya jebakan kekayaan yang melimpah.

Beberapa rekan kerja yang baik mencoba menasihatinya, tapi dia justru meluapkan kemarahannya pada mereka. "Kalian cuma iri! Aku cantik, mandiri, pintar, apa salahnya suamiku jatuh cinta pada pandangan pertama?"

Andre juga dengan bahasa seadanya, mengungkapkan perasaan cintanya kepada Isabel di depan kami semua.

Ia membelai perut Isabel dengan penuh kelembutan, tapi sorot matanya menyimpan keganjilan yang hanya aku yang sadari.

Saat aku menatap Andre, Isabel langsung meledak. Ia maju cepat, mendorongku hingga terjatuh, lalu melemparkan sepatu ke wajahku hingga mengenai dahiku.

"Aurora, kamu ini tak tahu malu! Kenapa kamu terus menatap suamiku?"

Ketika dia hendak terus menyerang, Andre berubah muram dan menahannya. "Kamu sedang hamil, jangan berbuat seenaknya! Kalau anaknya sampai keguguran, aku akan membunuhmu!"

Semua orang jelas melihat bahwa bagi Andre, anak itu lebih penting daripada apapun.

Tapi Isabel memang sudah sinting. "Lihatlah, suamiku mencintaiku begitu dalam sampai bilang akan membunuh kalau anak ini hilang! Betapa berharganya buah cinta kita!"

Namun ketika dia menyebut buah cinta, tatapan Andre jelas menunjukkan rasa jijik yang jelas.

Rekan-rekan segera menolongku berdiri saat Isabel ditahan. Mereka ingin membalas, tapi penampilan Isabel membuatnya terlihat seperti calon permaisuri Kerajaan Duraya.

Aku melambaikan tangan berkata, "Jangan dipedulikan."

Di hatiku, aku menambahkan, karena sembilan bulan lagi, dia akan merasakan kesengsaraan yang luar biasa.