Short
Pilihan Terakhir: Cerai

Pilihan Terakhir: Cerai

Oleh:  Sasri TasmirahTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Belum ada penilaian
11Bab
3.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Adik iparku, Gina, bersikeras ingin berlibur ke Pantai Nirwana saat Natal, jadi aku memutuskan untuk mengajak seluruh keluarga pergi berlibur bersama. Namun, saat teman wanita suamiku mengetahui tentang rencana tersebut, dia memaksa untuk ikut dan membawa anaknya juga. Tanpa basa-basi, suamiku langsung membeli tiket pesawat. Namun, dia malah menyuruhku membawa barang-barang dan mengemudi sendiri ke sana. Semula, aku mengira seluruh keluarga akan mendukungku, tetapi ternyata mereka semua mendukung keputusan suamiku. Baiklah. Kalau begitu, kita urus urusan masing-masing saja. Namun, mereka semua menjadi ketakutan.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

"Saat mendengar kita akan pergi berlibur ke pantai, Fanny juga ingin membawa anaknya ikut bersama kita!"

"Aku sudah membeli tiket pesawat untuk kita semua. Wilda, kamu hanya perlu membawa barang dan menyetir ke sana. Kami akan menunggumu di sana."

Tanganku terhenti saat sedang mengemas barang. Aku merasa tidak percaya.

"Apa maksudmu? Fanny akan pergi bersama kita, kenapa aku yang harus menyetir sendiri?"

"Anak Fanny belum pernah ke pantai. Jadi, kurasa kita semua bisa pergi bersama. Tapi, saat aku mau membeli tiket untukmu, ternyata tiketnya sudah habis terjual."

Adik iparku terus-menerus merajuk ingin pergi ke pantai untuk berselancar di musim liburan Natal ini, dan kebetulan suamiku Kevin juga jarang sekali mendapatkan cuti tahunan.

Sebagai bentuk hadiah untuk adik iparku sekaligus untuk membuat seluruh keluarga senang.

Aku memutuskan untuk membawa mertuaku sekeluarga pergi ke pantai bersama-sama. Kebetulan, aku juga baru saja membeli mobil.

Selama periode ini, aku telah berusaha keras untuk menyiapkan semua kebutuhan perjalanan keluarga, mencari akomodasi, membuat rencana perjalanan, serta mengeluarkan uang dan tenaga.

Sekarang, hanya karena Fanny mengatakan dia ingin ikut, suamiku langsung mengubah semua rencanaku.

"Waktu itu, saat aku bilang ingin naik pesawat, kamu menganggapnya mahal dan bersikeras untuk menyetir sendiri. Sekarang, hanya karena Fanny ingin ikut, kamu malah rela membeli tiket pesawat?" tanyaku.

"Fanny membawa anaknya. Anak kecil nggak mungkin bisa duduk dalam mobil begitu lama. Lagi pula, Fanny sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Sudah seharusnya aku berbuat baik kepada anak-anaknya!"

Aku sangat marah sehingga langsung melemparkan pakaian ke lantai.

"Orang yang tahu mungkin berpikir itu keponakanmu, tapi orang yang nggak tahu bisa saja mengira itu anak kandungmu!"

Kevin mulai kehilangan kesabaran. "Apa yang kamu bicarakan? Bukankah kamu selalu bilang nggak bisa mengemudi? Anggap saja perjalanan dengan mobil ini sebagai latihan mengemudi."

"Kamu tahu berapa lama perjalanan dari rumah ke Pantai Nirwanq dengan mengemudi sendiri? Bagaimana kalau aku kenapa-kenapa di jalan?"

Saat itu, ibu mertuaku datang sambil membawa buah-buahan.

"Kalian berdua kenapa bertengkar lagi? Kevin, kamu kan laki-laki, sebaiknya mengalah sedikit kepada Wilda."

Ibu mertuaku biasanya bersikap cukup baik padaku, jadi aku mengadu padanya dengan wajah penuh kesedihan.

Namun tak kusangka, ibu mertuaku justru berbalik menasihatiku.

"Kevin dan Fanny tumbuh bersama sejak kecil, dan Revan juga dibesarkan di depan mata kita. Kasihan anak itu, belum pernah melihat dunia luar, jadi biarkan dia ikut untuk melihat-lihat. Kamu maklumi saja ya. Aku dengar bagasi pesawat juga biayanya cukup mahal, jadi pas sekali kalau kamu bawa mobil, bisa sekalian angkut barang-barang.”

"Saat kita tiba di tempat tujuan, memiliki mobil sendiri juga akan membuat perjalanan lebih nyaman!"

Dengan nada sinis, ayah mertuaku berkata dengan wajah dingin, "Sejak kapan di Keluarga Hermawan wanita yang memegang kendali? Kamu harus mendengarkan apa yang dikatakan suamimu."

"Kamu sendiri nggak bisa punya anak, jadi kenapa sekarang kamu nggak mengizinkan kami menikmati kebahagiaan dengan anak orang lain?"

Hari ini aku baru sadar, keluarga ini benar-benar memiliki pandangan hidup yang sangat bermasalah.

"Bukan begitu maksudku. Apa kalian semua sudah terhipnotis oleh Fanny? Siapa sebenarnya menantu kalian?"

"Atau apakah anak Fanny sebenarnya adalah anak haram Kevin?"

Mendengar perkataanku, Kevin marah hingga wajahnya memerah dan matanya melotot.

"Wilda, saat kamu bilang ingin pergi jalan-jalan bersamaku, aku langsung mengambil cuti tahunan. Apa hal kecil seperti ini pantas diributkan terus menerus?"

"Di masa lalu, ipar perempuan tertua bertanggung jawab seperti seorang ibu. Tanggung jawab dan kewajibanmu jauh lebih besar dari sekarang!"

Aku baru menyadari bahwa keluarga ini masih sangat terpengaruh oleh sisa-sisa pemikiran feodal yang sempit.

Pada saat itu, ponsel Kevin berdering.
Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
11 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status