Langit
Hanya seks katanya?!
Sudah jelas aku mengatakan kalau aku menginginkannya, bukan hanya sekedar seks! Aku memang bodoh langsung bertindak impulsif mendatanginya seperti seorang viking yang siap bertempur. Dengan bodohnya aku termakan kata-kata Stephen yang jelas selalu melebih-lebihkan, dan aku langsung marah dan cemburu.
Kenapa aku harus cemburu?! Sedangkan si gadis nakal itu mungkin tidak pernah peduli atau pun memikirkanku. Saat ini dia pasti menertawakan kebodohanku yang memintanya untuk mengakui kalau dia juga menginginkanku. Astaga, yang benar saja!
Aku sudah belajar dan melatih diriku sendiri, bahwa tindakan impulsif selalu merugikan dan berakhir berantakan, dan hari ini aku membuktikan bahwa aku belum lulus mengendalikan diriku sendiri. Stephen benar-benar sialan!
"Lang, tadi malam anak buah kita ada yang di bunuh, satu orang." Jack yang tiba-tiba masuk dan terlihat sangat marah.
Langit"Bos ..." "Tidak usah banyak bergerak dulu, Stephen.""Gimana mau gerak bos, ini aja aku udah ngantuk berat."Stephen menjawabku dengan mata hampir tertutup karena baru saja diberi obat tidur karena dia tidak bisa diam sejak tadi. "Istirahatlah." "Bagaimana keadaan mbak Rizka dan Uchiha?" tanya Stephen setengah sadar. "Uchiha?" "Sekretarisnya, mbak Rizka?" "Mereka baik-baik saja, walaupun masih terguncang. " "Si Uchiha itu ninja yang hebat bos, tolong sampaikan padanya." Stephen pun tertidur. Aku memandangnya yang sedang tidur pulas. Bagaimana kalau mereka tadi tidak selamat? Aku menyentuh kepala Stephen, walau pun dia sering menyebalkan karena mulutnya, tapi aku sangat menyayanginya seperti adikku sendiri. "Bagaimana keadaan Stephen?" tanya Jack saat aku keluar dari ruang pengobatan. &nbs
Topan Sinyo, membawa seorang pria yang didampingi seorang wanita, tinggi, ramping dan sangat cantik masuk ke dalam salah satu rumah paling mewah di negara ini dan langsung menuju ruang kerja sang pemilik rumah. Mereka memasuki ruang kerja yang luas dengan design klasik dan mewah. Foto orang-orang hebat di negara ini, sejak dari presiden pertama negara ini berjejer rapi di dinding dan di atas beberapa meja. Lemari kaca penuh medali penghargaan dari dalam dan luar negeri tersusun rapi. Si pria yang dibawa Topan, berpakaian rapi dengan jas potongan eropa yang elegan dan rambut panjangnya di ikat sanggul, bentuk wajahnya yang tegas dan selalu kelihatan murung membuat siapa pun enggan berbicara padanya, aura intimidasi darinya terlalu kuat. "Selamat datang, Cameron Syalendra di rumahku yang tidak seberapa ini, silahkan duduk." Cameron hanya menatap pria yang menyambutnya itu dengan ekspresi dingin, lalu duduk dengan tenang bersama wanita yang ikut bersamanya.
Langit "Stephen sudah kembali bertugas?" tanya Jack yang baru tiba di markas langsung masuk ke ruanganku sambil membawa segelas kopi di tangannya. "Sudah, katanya sudah cukup seminggu untuk istirahat." Aku menarik nafas dalam-dalam dan memijat pangkal hidungku. "Semuanya baik-baik saja?" Aku menggeleng, aku memang merasa tidak ada yang baik-baik saja dengan keadaan sekarang. "Karena penyerangan kemarin, ayahku dan opa bertengkar. Dan semua ini adalah salahku." "Langit, ini resiko pekerjaan kita, yang harus kita lakukan sekarang bagaimana kita menyelesaikan semua ini," ucap Jack. Aku tercenung mengingat pertemuan keluarga tadi malam."Langit, ini yang opa maksud kenapa opa meminta kau yang menjaga adikmu!"Opa langsung marah begitu mendengar informasi yang ku sampaikan. Ayahku juga ikut terkej
"Bos ... perempuan pesanan, Bos sudah menunggu di kamar." Salah satu anak buah Topan melapor padanya begitu pria itu tiba di club sekaligus tempat perjudian miliknya. Topan tersenyum puas. "Bagus dan jangan ada yang menggangguku." Pria itu memberi perintah pada anak buahnya, lalu naik ke lantai tiga clubnya, dan memasuki kamar khusus miliknya. Begitu masuk ke dalam kamar, terdengar suara gemericik air dari kamar mandi. Pakaian si wanita yang sudah di sediakan untuk melayaninya berserakan di lantai begitu pun pakaian dalamnya. Topan tersenyum sambil mengambil celana dalam wanita itu lalu membawanya ke hidung dan menghirupnya dalam-dalam. Nafsu liar langsung bergejolak dalam diri Topan, dia menghampiri pintu kamar mandi dan membukanya. Di bawah guyuran air pancur di kamar mandi itu, berdiri seorang wanita cantik dengan tubuh menggoda sedang berdiri telanjang.Nafas Topan seperti banteng begitu melihat mangsanya. Mata mereka
RizkaSepertinya tadi malam aku tidak bermimpi kalau Langit tidur bersamaku, tapi pagi ini, saat aku bangun, dia sudah tidak ada. Aku melihat bekas tanda dia tidur di sisiku tadi malam. Aku melihat jam di meja samping tempat tidurku. Dan ternyata sudah jam sembilan pagi !Astaga ... aku sudah terlambat ke kantor !Aku melihat ada kertas memo di dekat jam di atas meja."Kalau kau sudah bangun, turun ke bawah untuk sarapan, kau libur hari ini."Ini memo dari Langit.Aku bangkit dari tempat tidurku, langsung masuk ke kamar mandi sikat gigi dan mencuci wajahku, lalu turun ke bawah dengan celana pendek dan kaos yang kupakai tidur tadi malam. Saat aku memasuki ruang makan di sana sudah ada Langit yang sedang membuat sarapan. Dia tidak memakai baju, hanya memakai celana panjang Cotton, dan aku tidak tahu dari mana dia mendapatkan itu."Hai, kau suda
Langit Saat kami tiba di rumah Opa, kami bertemu dengan ayahku yang juga baru sampai. "Kalian juga dipanggil si tua itu?" Aku dan Rizka mengangguk."Aku harap pertemuan ini penting," ucap ayahku mendengus jengkel. "Opa mau membicarakan apa Pi?" tanya Rizka."Papi tidak tahu, tapi Opa kalian tidak berhenti seharian ini mengganggu Papi." Ayahku mendengus jengkel. Kami masuk ke dalam rumah, dan Opa sudah menunggu kami di ruang keluarga dan hanya ada kami berempat di sini, Opa, ayahku, aku dan Rizka.Kami semua duduk di kursi. "Apa Ringgo dan Roe juga harus di tunggu?" tanya ayahku. "Tidak, aku perlu bicara pada Rizka sebenarnya dan kau sebagai ayahnya perlu ada di sini." "Rizka kenapa?" Ayahku bertanya mengerutkan keningnya. Opa manatap Rizka."Rizka, apa benar kalau kau dan Cameron tidak lagi melakukan pe
Langit "Lang, apa kau sudah tahu kalau Topan mati di Clubnya dua malam yang lalu? Rumornya sih dibunuh," kata Clara begitu dia masuk ke ruangan kerjaku bersama Jack.Aku meminta Jack datang pagi ini, begitu juga dengan Boots.Clara, sudah pasti memaksa ikut bergabung pagi ini, tapi aku rasa tidak masalah, bagaimana pun dia banyak tahu tentang keluarga Adhiyaksa."Aku yang membunuhnya." Aku menjawab.Mereka berdua terbelak."Kenapa kau langsung membunuh dia?, kau kan bisa menahan dia sebagai informan kita?" Jack menatapku tak percaya."Dia sudah tidak terlalu penting, karena informasi penting itu sudah aku dapatkan dari bajingan itu.""Info apa?" Clara langsung semangat mendengar kata informasi."Aku−""Pagi semua" tiba-tiba pintu terbuka dan Boots masuk
Setelah kepergian Boots dari markas, Clara menceritakan padaku dan Jack, kalau informan yang dia maksud yang telah membawanya pada Panji Adhiyaksa dan memberi dia data-data kelompok New World Warrior adalah Cameron Syalendra.Aku jadi bertanya-tanya, mengapa Cameron Syalendra tahu tentang semua ini dan apa hubungannya dengan dia?Alasanku untuk bertemu dengan Cameron semakin kuat, bukan hanya sekedar mencari tahu apakah Boots benar-benar anak keluarga Syalendra. Sedangkan tentang diriku, yah lihat bagaimana nanti.Tiba-tiba ponselku berdering ternyata panggilan dari Ringgo."Halo""...........""Dia di mana sekarang?""......""Beritahu aku jika Ronan sudah sampai di Jakarta."Aku mengetatkan rahangku mendengar berita dari Ringgo."Ada masalah apa lagi Lang?" Jack