Kembali ke dataran kuno, Lanting Beruga kembali berlatih seperti biasanya. Berjibaku dengan banyak siluman di hutan rimba rupanya telah mengasah gerakan Lanting Beruga menjadi lebih baik lagi. Jurus bisikan dewa kematian tampaknya mendekati kata sempurna. Atau mungkin sudah sempurna.
Bahkan tanpa di sadari oleh Lanting Beruga, jurus itu mulai berubah, dari sifat dasarnya.
Beberapa hari telah berlalu, Lanting Beruga benar-benar memahami jurus itu dengan sangat baik. Dia bahkan mulai menggabungkan jurus itu dengan 3 dasar keinginan pedang.
"Pedang adalah pelindung," ucap Lanting Beruga ketika menebas selembar kertas, kertas itu tidak terpotong bahkan meski Lanting Beruga telah mengasah pedangnya dengan sangat tajam.
Ini membuat dia semakin bersemangat, dengan pemahamannya saat ini, dia bisa memilih siapa yang harus atau tidak harus dia potong.
Pemahaman ini sebenarnya jauh melampaui pemahaman pendekar level emas sekalipun. Bahkan, mungkin hanya
Bulan-bulan berlalu, ketika para murid Sekte Awan Berarak sibuk mempersiapkan diri untuk melakukan pertandingan, Lanting Beruga malah meminta izin kepada gurunya untuk ikut ke pusat Kota Majangkara."Lanting, kenapa kau bersikukuh ingin ikut?" tanya Nyai Anjani.Sambil tersenyum kecil, Lanting Beruga berkata, "Guru, aku mulai bosan berada di tempat ini, paling tidak aku bisa melihat dunia luar untuk sesekali."Nyai Anjani berpikir sejenak, barangkali membawa Lanting Beruga pergi bersama dirinya bukan tindakan buruk. Lagipula ini hanya pertemuan biasa.Padahal Nyai Anjani tidak tahu, bahwa setiap kali dia pergi meninggalkan Lanting Beruga, besok paginya pemuda itu sudah berada di dalam hutan rimba dan berburu banyak mustika siluman.Tiga bulan terakhir, Toko yang dikelola Paman Suru sudah menjadi toko paling besar di Sekte Awan Berarak, berkat bantuan Lanting Beruga. Dia juga menyewa beberapa pendekar hebat untuk menjadi penjaga Toko dan pengawal di
Nyai Anjani tidak berpikir membiarkan Subansari menyerang Lanting Beruga, itu tindakan ceroboh. Dari level kependekaran, Subansari mungkin jauh lebih tinggi dari Lanting Beruga, tapi daris segi kekuatan, Potensi kekuatan Lanting Beruga sama sekali tidak terukur.Nyai Anjani hanya memberinya satu jurus dari 25 jurus awan berarak, tapi Lanting Beruga bahkan bisa memahami jurus itu hingga mencapai tahap sempurna.Lanting Beruga tidak butuh 23 jurus yang lainnya, dia hanya butuh jurus terkuat milik Sekte Awan Berarak yaitu Tarian Dewa Angin, dan dia bisa mengungguli para tetua muda di Sekte tersebut.Namun Subansari tetap dengan niat pertamanya, menguji kemampuan Lanting Beruga. Dia sudah terlanjur kesal."Nenek bilang, kau adalah muridnya," ucap Subansari, dengan nada suara yang sedikit keras, gadis itu berjalan mendekati Lanting Beruga, dengan pedang yang telah keluar dari sarungnya. "Apa spesialnya dirimu, sampai Nenek mengangkatmu menjadi murid?"
Dua hari kemudian, Nyai Anjani membawa Lanting Beruga pergi menemui Jendral Dewangga. Sebuah ruangan khusus untuk para bangsawan.Nyai Anjani adalah orang pertama, sebelum kemudian muncul beberapa bangsawan yang lain.Dia duduk di kursi jati dengan ukiran menarik, yang beberapa sisi diselimuti dengan emas.Sementara itu, Lanting Beruga berdiri di belakang Nyai Anjani seperti seorang pengawal.Tidak beberapa lama kemudian, Jendral Dewangga masuk ke dalam ruangan perkumpulan tersebut.Ini adalah kali pertama bagi Lanting Beruga melihat salah satu jendral. Benar-benar terlihat sangat gagah.Rambut Dewangga masih hitam, hanya tepat di bagian janggutnya saja yang sudah memutih.Dia melirik ke arah Lanting Beruga sesaat, menyipitkan mata kemudian membuang muka."Kenapa semua orang melihat diriku seperti melihat kotoran?' gumam Lanting Beruga."Lanting, jangan berisik!" ucap Nyai Anjani.Lanting Beruga tersenyum dingin,
Sementara di sisi lain, Jendral Dewangga telah membentuk tim kecil untuk mencari informasi mengenai sekte jahat itu. Tentu saja akan memusnahkannya.Terdiri dari 5 orang, termasuk juga putranya sendiri. Tim macan hitam.Ketika tim macan hitam hendak pergi meninggalkan tempat itu, Nyai Anjani menghadang Dewangga."Aku akan ikut," ucap Nyai Anjani."Saudariku, ini adalah urusan Kota Majangkara, tidak ada sangkut pautnya dengan petinggi Sekte Awan Berarak."Nyai Anjani tersenyum kecil, "aku rasa tidak sesederhana itu, Kakak. Apapun hal yang terjadi dengan Majangkara, Sekte Awan Berarak akan tetap terlibat, itulah pesan dari Guru kita."Dewangga terdiam sejenak, mulai teringat kembali ucapan bijak guru mereka, Ki Alam Sakti. Majangkara dan Sekte Awan Berarak, saling terikat, seperti tangan kanan dan tangan kiri yang saling berhubungan dalam satu tubuh.Pada akhirnya, Nyai Anjani diperbolehkan untuk mengikuti Jendral Dewangga.Pada
Muara sungai arum? tentu saja Lanting Beruga tidak tahu menahu lokasi tersebut. Namun dia tetap dengan niatnya, pergi menuju ke tempat itu. Di belakang Lanting Beruga, Subansari mengikuti dirinya seperti ekor. Lanting Beruga mengatakan jika telah mengetahui letak sekte hitam, Sungai Arum, dan berniat untuk pergi ke sana. "Kau tidak bercanda akan pergi ke sungai Arum?" tanya Subansari. "Sekte jahat terkenal kejam dan suka membunuh pemuda lemah, kau tidak takut?" Mata Lanting Beruga berputar beberapa kali, sial kenapa gadis ini selalu mengikuti dirinya. Dan banyak tanya. "Hei... aku sedang bertanya kepada dirimu!" ujar Subansari dengan nada kesal. "Ya, aku akan pergi ke Sungai Arum," jawab Lanting Beruga datar. "Kalau begitu aku akan ikut," ucap Subansari. Lanting Beruga menyarankan agar gadis itu tetap di sini, memberi tahu Jendral Dewangga jika rombongan itu telah kembali. Namun Subansari bukan gadis lembut, dia ngotot akan iku
Garuda Kencana berjenis kelamin betina, tampaknya tidak suka jika Lanting Beruga berteman dengan Subansari. Mungkin pula karena hal itu, burung kecil itu selalu menatap Subansari dengan mata yang dingin. Burung yang pencemburu.Jadi mana mungkin dia merelakan Subansari menyentuh bulu-bulunya yang putih seperti perak."Apa ini hulu sungai arum?" tanya Lanting Beruga.Subansari belum menjawab, dia masih menatap Garuda kecil dengan sinis, seakan ingin menangkap mahluk kecil itu, dan merebusnya di dalam kuali.Mengetahui jika Subansari enggan menjawab, Lanting Beruga menggelengkan kepala, dia bergerak sendiri ke hilir sungai, melewati bebatuan besar yang sedikit licin.Barulah Subansari terjaga, dan memanggil pemuda itu. "Tunggu aku!""Bukannya kau punya ilmu meringankan tubuh?" timpal Lanting Beruga.Subansari malah semakin kesal, dia sudah menguras tenaga dalam untuk menggunakan ilmu tersebut."Melompatlah seperti katak!" ucap La
Panah yang hebat, nyaris saja kepala Lanting Beruga berlubang karena serangan tersebut. Imbasnya pohon besar di belakang Lanting Beruga berlubang sebesar jari telunjuk, dan nyaris tembus."Klik Klik Klik ..." Garuda Kencana segera terbangun, dia bisa membaca pergerakan angin yang tidak biasa datang lagi dari sisi lain, itu adalah anak panah.Lanting Beruga memeluk Subansari, kemudian melompat tiga kali ke samping, saat yang sama tiga anak panah mengenai tempat mereka.Merasa lawannya bisa menghindar, seorang pria melepaskan lebih banyak anak panah ke atas awang-awang, kemudian anak panah itu bercahaya terang dan terpecah menjadi belasan anak panah lagi.Semua anak panah bergerak menukik ke arah Lanting Beruga."Sial ..." ucap Lanting Beruga, segera menarik pedangnya, dan menangkis semua serangan yang datang.Subansari belum bisa mengendalikan dirinya dengan baik, setelah Lanting Beruga meletakan dirinya di atas dataran rumput pendek.
Tekanan tenaga dalam yang benar-benar besar, ini bukan pendekar level biasa, pastilah orang yang memiliki ilmu kanuragan yang cukup kuat."1000 titik cakra," ucap Subansari. "Pendekar yang berada di level emas."Pendekar level emas, itu artinya kekuatan orang ini setara dengan Angga Nurmeda dari sekte Macan Giok.Setelah melewati batas maksimum 800 titik cakra, seseorang akan naik level kependekarannya menjadi level emas.Hanya para sesepuh muda yang telah mencapai level pendekar emas, atau para jendral muda.Tidak beberapa lama kemudian, muncul lagi tekanan tenaga dalam yang tidak kalah lebih dahsyat dari tekanan tenaga dalam yang tadi.Subansari mulai ketakutan, "1200 titik cakra, tenaga dalam ini bukan lawannku."Pendekar level emas memiliki tenaga dalam kisaran 810 titik cakra sampai dengan 1600 titik cakra. Jika lawan mereka telah mencapai 1200 titik cakra, itu artinya dia telah mencapai pertengahan level emas. Entah orang