Share

Bab 3

Author: Azalea
last update Last Updated: 2025-03-26 17:28:58

Tak sabar meraup bibir merah itu. Aku bahkan masih ingat lembutnya benda kenyal itu saat dulu pertama kali menyentuhnya.

“To-”

Kubungkam bibirnya tanpa berpikir lagi.

Hangat napasnya membuatku semakin menggila, mencecap habis bibirnya. Aku tidak yakin hanya sekedar ciuman apalagi Senja seperti pasrah.

Dering ponsel menyentak. Kesadaran Senja kembali, wanita itu buru-buru mendorongku menjauh dan langsung berdiri.

“Sialan!” Aku mengumpat namun tetap menerima panggilan itu.

Mama menelepon dan menyuruhku pulang, pasti ini ulah Mona. Dia sepertinya tidak bisa membuatku tenang sehari saja.

“Sen-”

Plak. Sebuah tamparan mendarat di pipi membuatku membeku beberapa saat.

Kulihat mata Senja basah, rahangnya mengeras.

“Anda mungkin bisa menyewa saya untuk menemani. Tapi saya tidak terima perlakuan Anda yang lancang ini, Pak Sena.” Matanya berkilat.

“Senja, aku tidak bermaksud untuk ... aku hanya terbawa suasana.”

Kedua tangannya mengepal. “Tolong hargai prinsip saya, Pak. Saya tidak mau ada sentuhan seperti tadi.”

“Oke, aku minta maaf.”

Senja diam. Dia malah memalingkan wajahnya seolah ingin menyembunyikan tangisnya.

Sepertinya apa yang baru kulakukan membuatnya terluka. Padahal kalau diingat dia masih istriku, aku bahkan tidak pernah menjatuhkan talak padanya.

Kukeluarkan semua uang dari dompet.

“Cuman ini yang ada dalam dompetku. Aku harus pergi.”

Sebenarnya aku berat meninggalkannya tapi tidak mau Mona malah semakin membuat masalah melebar. Bisa-bisa aku kena ceramah papa.

Sepertinya aku juga harus membicarakan ulang soal hubungan kami yang tak sehat ini.

“Ada urusan mendadak. Makanlah, setelah itu pulang.”

Senja masih berdiri kaku. Bibirnya terkatup rapat.

Di dalam mobil aku menyempatkan menghubungi manager Senja. Meminta Senja untuk berhenti bekerja di sana. Akan kubayar berapapun, aku tidak rela banyak lelaki mata keranjang yang menikmati tubuh indah Senja.

*

“Drama queen,” gumamku saat melihat Mona menangis di pelukan mama.

Entah apa lagi yang dia ceritakan pada mama. Pasti melebih-lebihkan.

Aku hanya mencari kesenangan agar tidak stres karena pekerjaan yang menguras otak. Perusahaan, aku yang mengurus sedangkan adikku kerjanya hanya menghamburkan uang saja. Padahal seharusnya aku dan dia bisa berbagi tugas.

Mama menoleh. “Al, kamu sudah pulang?”

“Ya, Ma. Mama istirahat saja, aku mau bicara pada Mona.”

Mama mengangguk lalu meninggalkan kami berdua.

Mona cemberut, dia mengusap pipinya yang basah.

“Sayang, kamu jahat banget sih. Chat aku nggak kamu balas, aku telepon nggak diangkat. Kamu selingkuh ‘kan? Padahal sebentar lagi kita nikah.”

Kutarik napas dalam-dalam. Dia wanita cerdas tapi kekurangannya begini, dari awal berpacaran memang sudah begini. Aku pernah cinta buta padanya, sekarang mataku sudah terbuka lebar.

“Terserah kamu mau pikir apa deh, Mon. Aku capek.”

“Kamu kok begitu sih? Kamu sudah nggak cinta lagi sama aku ya?” tudingnya.

“Kamu jangan terus kekanakan gini. Aku jadi ragu buat lanjutin hubungan kita.”

Matanya melebar. “Ka-kamu ngomong apa sih?”

Kuhempaskan bokong di sofa. Meliriknya sekilas.

“Sedikit-dikit ngadu, padahal apa yang kamu tuduhkan juga belum tentu bener. Mau kamu apa sih? Aku di rumah seharian begitu?”

Mona mengangguk. “Kamu nggak usah kerja. Keluarga kita ‘kan kaya. Kalau kamu pergi dari rumah pasti banyak godaannya. Kalau sampai ada cewek yang berani deketin kamu, dia bakalan habis di tangan aku.”

“Nggak sekalian kurung aku di kamar?”

“Sayang-”

Tanpa menunggu dia selesai bicara, aku beranjak dan masuk ke dalam kamar. Malas sekali rasanya menghadapi dia.

Bagiku cantik saja tidak cukup. Aku butuh wanita yang seperti Senja bukan Mona.

Tapi bagaimana mungkin aku membawa Senja kesini saat pernikahanku dan Mona ada di depan mata.

Senja pasti mau kembali padaku, dia bilang suka uang. Akan kuberikan apapun yang dia mau.

Tapi satu hal yang paling kutakutkan adalah reaksi papa.

*

Baru selesai mandi, kulihat ada panggilan masuk dari Rini. Kebetulan sekali, aku ingin menanyakan soal rekening Senja.

“Ya, Rin?”

“Mas. Aduh, gimana ya bilangnya.”

“Kenapa? Bilang saja, nggak usah sungkan. Sekalian aku juga mau tanya sesuatu.”

“Senja ... dia sakit parah. Sebenarnya aku ragu buat bilang.”

“Benarkah? Sakit apa dia? Biar aku jenguk.”

“Eh, nggak usah. Dia sebenarnya nggak mau orang-orang tahu.”

Padahal tadi Senja terlihat baik-baik saja, baru beberapa jam lalu kami bertemu.

“Mas Aska mau tanya apa?”

“Apa uang yang selalu kukirim itu diterima Senja langsung?”

“Eh ... itu ... iya, Mas. Senja langsung yang menerimanya, emangnya kenapa?”

“Nggak kok. Terima kasih ya.”

“Mas Aska bertemu Senja?”

“Nggak. Bukannya kamu bilang Senja di kampung dan dia sakit ‘kan?”

“I-iya, Mas. Sudah dulu ya, mau lanjut kerja.”

Sialan. Dia menipuku.

Aku curiga soal uang yang tidak pernah diterima Senja ada hubungannya dengan Rini. Selama ini aku tidak pernah menaruh curiga karena Rini itu teman dekat Senja.

“Apa sebenarnya maksud Rini ngelakuin itu. Padahal aku juga kasih uang jajan ke dia sebagai tanda terima kasih.”

Kalau memang benar Senja tidak menerima, kasihan sekali dia. Pantas saja tiba-tiba jadi LC begini. Padahal masih banyak pekerjaan lain yang tidak membuatnya harus bertemu lelaki mata keranjang.

Pesan masuk dari Senja tiba-tiba muncul membuatku tersenyum lebar.

[Maaf, Pak. Besok belum bisa, lusa bagaimana? Saya mau bertemu calon mertua soalnya.]

“Apa, calon mertua?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • LC yang Kusewa Ternyata Istriku Sendiri   Bab 5 (S2)

    Bodo amat, mau pacar atau selingkuhannya itu bukan urusanku.Selesai makan, aku beranjak untuk mencuci piring bekasku. Tidak mungkin aku membiarkannya begitu saja kalau tuan rumahnya saja membersihkan piring bekasnya padahal ada art di sini.“Mau ngapain ya?”Bingung mau melakukan apa, keliling rumah aku sungkan apalagi tidak ada pemiliknya. Tadi malam memang tidak ada acara memperkenalkan semua sudut rumah karena terlalu larut untuk melakukannya.Akhirnya kuputuskan untuk duduk di teras sambil menunggu ibu mertuaku kembali. Ibu mertua, rasanya aneh aku yang selama ini sendiri tiba-tiba punya ibu mertua.Setelah bosan menggulir isi sosial media. Aku beralih membuka grup yang sudah lama tidak aku intip, semenjak bekerja aku jarang masuk dan mengobrol dengan teman-temanku yang saat ini masih kuliah. Mereka sudah membujuk agar aku tidak keluar tapi aku tidak mau membuat kepalaku pecah karena harus memikirkan mata kuliah yang sama sekali tidak aku sukai.Tidak membaca semua pesan dari ata

  • LC yang Kusewa Ternyata Istriku Sendiri   Bab 4 (S2)

    “Argh!”Refleks aku menendang kakinya lalu mendorong tubuhnya sampai terjungkal. Mendengarnya bicara begitu membuat bayangan Reynand kembali muncul."Gia ada apa?" Suara Oma terdengar dari luar, sepertinya mereka masih ada di depan kamar.Aku mencoba mengendalikan diri, jangan sampai hilang kendali. Kutarik napas dalam-dalam mencoba untuk meredakan debar jantung yang menggila."Ada kecoa, Oma," sahutku sekenanya.“Tenanga kamu kuat juga ya,” katanya sambil berdiri, kuliat dia meringis sambil memegang bokongnya."Ck, nggak usah berisik deh!""Pokoknya kalau kamu nggak nurut, uang jajan akan saya dipotong."“Idih, siapa juga yang minta. Aku kerja ya, punya uang sendiri.”“Saya nggak mau kamu kerja.”Mataku melebar. “Jangan-”"Sekarang sudah jadi kewajiban saya buat nafkahin kamu. Saya juga nggak mau kamu kerja."Dari tampangnya dia terlihat kalem tapi aslinya benar-benar menyebalkan. Dia pikir bisa seenaknya“Nggak usah sok ngantur ya, pernikahan ini pun karena terpaksa. Aku yakin kamu

  • LC yang Kusewa Ternyata Istriku Sendiri   Bab 3 (S2)

    “Giana!” Mama menyusul dan menarik kasar tanganku, “kamu nggak usah turun, tunggu di kamar sampai akad selesai.”Sebelah alisku terangkat, “kenapa? Takut aku bikin malu ya?”Mama tidak menjawab dan menyeretku kembali masuk ke dalam kamar. Aku tidak dibiarkan sendiri, ada Mia yang Mama minta untuk menemaniku.“Aduh, Mbak beruntung lho dapat suami ganteng banget,” kata Mia, dia anaknya Bik Atih asisten rumah yang sudah bekerja 25 tahun di rumah ini.Mia dan aku hanya beda dua tahun saja. Kami memang akrab, tidak seperti majikan dan anak art pada umumnya.“Kamu liat, Mi?”Mia mengangguk dengan senyum lebar, “menurut Mia malah lebih ganteng dari Mas Reynand, Mbak.”Mendengar nama itu membuat jantungku seperti dihujam. Andai aku tidak berpikir logis, mungkin setelah keluar dari rumah Reynand, aku hanya tinggal nama.Beruntung otakku masih bekerja meski rasa sakit yang kurasa begitu menyiksa. Aku akan membuat mereka yang menghancurkan hidupku menderita. Sudah cukup selama ini aku hidup tanp

  • LC yang Kusewa Ternyata Istriku Sendiri   Bab 2 (S2)

    Tidak terlalu kupedulikan foto itu. Kulempar ponsel sembarang. Karena dibangunkan hingga tersentak dan kepalaku berdenyut begini. Tidak hanya kepala seluruh tubuh ini pun sakit terutama hatiku yang sudah terkoyak.Kalau saja aku tidak ada kegiatan bekerja di luar, mungkin aku sudah gila lama-lama di rumah ini.Semenjak bekerja, aku tidak pernah memakai uang dari Papa. Setiap bulan memang selalu diisi tanpa aku minta. Meski mereka seperti tidak menganggapku anak, tapi kalau soal nafkah selalu lancar. Tapi kasih sayang tidak kurasakan sama sekali.Saat malamnya, aku tidak keluar meski Kak Giska memaksaku untuk makan malam bersama. “Gia, kamu kenapa? Kalau ada masalah cerita, nggak usah ngurung diri. Nggak baik lho,” bujuk Kak Giska dengan suara lembut.Bukan dibuat-buat, dia memang sebaik dan selembut itu. makanya aku tidak mau kalau sampai dia menikah dengan Reynand. Bisa ditebak kalau pria itu sudah biasa meniduri wanita.Tapi apalah dayaku. Aku yang jadi korban saja malah disalahkan

  • LC yang Kusewa Ternyata Istriku Sendiri   Bab 1 (Season 2)

    “Pernikahan Kak Giska dan Reynand harus dibatalkan, Pa!” Dengan dada bergemuruh aku berucap lantang di tengah ruang tamu.Papa yang sedang fokus dengan laptopnya langsung mengangkat kepala dengan kening mengernyit heran. “Kamu kenapa sih? Ngigo atau iri sama kakakmu karena bisa dapat calon suami seperti Reynand, berpendidikan, karir cemerlang dan yang jelas dari keluarga terhormat,” katanya dengan nada ketus.“Reynand memperkosa aku, Pa!” Suaraku pecah dan tubuh berguncang hebat. Hatiku seperti tersayat sembilu saat mengungkap semua karena terbayang saat pria laknat itu merenggut paksa kehormatanku.Papa berdiri dengan mata melebar, Mama yang ada di ambang pintu dapur sampai menjatuhkan nampan di tangannya.Aku menggigit bibir kuat-kuat, menahan tangis yang hampir pecah. Kejadian mengerikan itu terus berputar di kepala.Awalnya Reynand minta tolong untuk menyiapkan kejutan untuk Kak Giska, tanpa curiga aku datang tapi sialnya dia malah menjebakku. Kejadian itu terjadi di rumahnya send

  • LC yang Kusewa Ternyata Istriku Sendiri   Bab 47 (Ending)

    “Ifa nggak munafik, Ifa butuh waktu, Mas.”Danes mengerti. Istri lugunya yang memiliki hati lembut itu pasti tidak akan mungkin langsung memaafkan dengan mudah. Tapi setidaknya Latifa memberikan kesempatan pada Danes, wanita itu tidak menuntut pisah seperti yang kemarin dikatakannya.“Aku akan buktikan kalau memang aku serius dengan pernikahan ini, bukan cuman dengan ucapan.” Danes mengecup kembali punggung tangan sang istri. “Terima kasih karena kamu kasih aku kesempatan.”Latifa hanya mengulas senyum tipis, tenaganya belum pulih.“Istirahat ya, kalau butuh apa-apa bilang.”Wanita cantik itu mengangguk pelan.Semalaman Danes terjaga, ia begitu bahagia dengan kelahiran putrinya sampai sulit untuk memejamkan mata.Pagi harinya, orang tua Latifa datang tapi mereka bersama dengan orang tua Danes.“Lho, Mama sama Papa kok di sini?” tanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status