LC yang Kusewa Ternyata Istriku Sendiri

LC yang Kusewa Ternyata Istriku Sendiri

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-18
Oleh:  AzaleaBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Belum ada penilaian
25Bab
914Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

LC yang aku sewa ternyata istriku sendiri. Padahal setiap bulan aku kasih nafkah, kenapa dia kerja begini, kemana perginya uang yang selalu kukirim?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

“Pak Sena.”

Deg. Suara itu. Aku seperti mengenalnya.

Aku langsung berbalik dan saat itu juga merasakan dunia seolah berhenti berputar. Tubuh ini membeku dan lidah mendadak kelu.

Dia juga tampak kaget dengan mata membulat sempurna. “Mas ... Aska.” Suaranya begitu lirih namun masih bisa kudengar.

“Senja.”

Dadaku bergemuruh saat menatapnya. Setelah lima tahun berlalu, baru kali ini aku bertemu dengannya. Dulu aku meninggalkannya setelah satu bulan menikah. Niatku memang hanya mencari kepuasan namun Senja bukan wanita yang mau disentuh tanpa ikatan. Tidak seperti wanita yang sebelumnya pernah kudekati.

Maka dari itu aku menikahinya di bawah tangan, hanya sebagai syarat saja. Aku tidak akan tenang sebelum mendapatkannya. Setelah urusanku di tempat itu selesai, aku pulang tanpa beban, tidak peduli seperti apa kehidupan Senja berlanjut.

Tidak menyangka sekarang dipertemukan lagi dan di tempat seperti ini.

Tapi kenapa dia bekerja seperti ini? Aku tahu Senja bukan wanita yang suka berada di tempat begini.

“Kenapa kamu-”

“Maaf membuat Anda menunggu lama, Pak.” Dia memotong ucapanku, bisa kuliat matanya berembun dan suaranya bergetar.

Apa dia sedih saat aku tinggalkan? Seharusnya tidak ‘kan, aku saja berpikir dia mau dinikahi saat itu karena permintaan ibunya yang sudah memberikan restu saat aku datang melamar.

Ibunya Senja memang sosok yang baik dan lembut, persis seperti Senja.

“Senja, ini benar kamu?” Aku mencengkram kedua sisi pundak wanita yang dulu kutinggalkan.

Kedua sudut bibir Senja tertarik ke atas. “Bisa kita mulai sekarang, Pak? Setelah ini saya masih ada tamu.” Bukannya menjawab, Senja mengalihkan pembicaraan.

Kenapa dia bicara begitu formal seolah-olah aku ini orang asing. Tidak mungkin dia lupa ingatan ‘kan?

Andai saja aku tidak ke tempat ini, mungkin tidak akan bertemu Senja. Aku hanya iseng saja karena pusing dengan pekerjaan. Bahkan bukan aku yang memilih Senja tapi managernya langsung yang memilihkan untukku.

“Kenapa kamu jadi begini?”

Senja menghela napas namun bibirnya masih melukis senyuman. Senyuman itu yang dulu membuatku terpikat.

“Kalau tidak jadi, bisa minta refund uangnya. Saya harus ke ruang sebelah.”

Lagi, Senja mengalihkan pembicaraan. Dia seperti tidak mau membicarakan mengenai hal pribadi kami.

Sebelum Senja berbalik menuju pintu, Aku lebih dulu mencekal pergelangan tangan wanita itu.

“Jawab dulu pertanyaanku, Senja.”

“Saya tidak mau membicarakan soal hal pribadi di jam kerja, Pak,” jawabnya dingin.

“Oke. Kalau gitu temani aku makan di sini. Mau berapa?”

“Boleh. Aku suka kalau dibayar lebih,” katanya dengan tatapan mata yang sulit kuartikan. Senyumnya pun begitu tipis hampir tak terlihat.

Banyak sekali yang ingin kutanyakan, tapi daripada dia kabur lebih baik mengulur waktu saja.

Dia masih secantik dulu, sekarang bahkan terlihat lebih dewasa. Aku menikahinya saat dia baru saja lulus SMA. Masih ranum dan sangat memikat.

“Kamu masih ingat ‘kan makanan kesukaanku?” Sengaja aku menyinggung sambil mengulum bibir.

“Bapak mau pesan apa?” Senja meraih buku menu yang ada di meja tanpa menjawab pertanyaanku.

“Seperti biasa.”

Senja memutar bola mata, dia sepertinya sudah sangat tidak nyaman, tapi aku tidak mau membiarkannya pergi begitu saja.

“Saya tidak tahu, jadi sebutkan, Pak.”

“Ya udah, terserah kamu saja.”

Senja memesan chicken wings dengan level paling pedas dan hot lemon tea.

Dia seperti sengaja mau mengerjaiku. Sudah tahu aku tidak suka pedas malah dia pesan makanan paling pedas. Tidak apalah, demi bisa lebih lama bersamanya.

Bohong kalau aku tak merindukannya. Bahkan wajah Senja selalu berkelebat di pelupuk mata. Bayangannya seolah selalu menghantuiku, namun kutahan diri untuk tidak menemuinya lagi karena sebentar lagi aku akan menikah.

“Duduk.” Kutarik tangannya sampai terhempas di sofa.

Beruntung dia tidak berontak.

“Bapak mau bayar saya lebih ‘kan?”

Keningku berkerut. “Kenapa kamu jadi mata duitan begini, Senja?”

“Loh, wajar ‘kan? Saya kerja di sini dan saya suka uang.”

Dia seperti bukan Senja yang kukenal lugu dan pemalu. Dulu dia paling anti memakai baju minim ke luar rumah, hanya memakainya di depanku saja itu pun harus kupaksa dulu.

Tapi sekarang tubuhnya dibalut dress ketat berwarna merah yang membuat tubuhnya tercetak dengan jelas. Mata keranjang para bajingan pasti sudah menelanjanginya jika sedang menyewa jasa Senja.

Apa dia juga menerima layanan kamar?

Aku ingin tahu kenapa Senja bisa bekerja di sini.

Banyak sekali pertanyaan tapi tidak mungkin kucecar.

“Menemani makan di luar bisa juga ‘kan?”

“Bisa. 5 juta untuk sejam.”

Dia seperti sengaja. Sewa LC saja tidak semahal itu. Tapi kuterima saja.

“Makan siang dan malam berarti 10 juta. Selama sebulan full jadi 300 juta ya.”

Mata Senja melebar mendengarku bicara. Dia pasti tidak percaya aku memiliki uang sebanyak itu.

Senja tahunya aku hanya pekerja kantoran biasa yang gajinya hanya 3.5 juta. Tapi dari dulu dia tidak pernah banyak meminta, bahkan lebih sering aku yang memberikannya.

Entah kenapa aku tidak bisa mengabaikan begitu saja keberadaan Senja.

“Kenapa melamun?”

Senja tersentak saat kutepuk pundaknya.

“Ya?”

“Tawaranku diterima ‘kan, Senja? Aku kirim sekarang ya, ke rekeningmu ‘kan?”

Senja masih tertegun namun hanya untuk beberapa detik sebelum akhirnya buka suara.

“Oke. Hanya menemani makan, tidak lebih dari itu?”

“Deal.” Aku meraih tangan Senja untuk berjabatan.

“Ini nomor rekening saya.” Dia mengarahkan layar ponselnya padaku.

Kenapa banknya beda dari yang biasanya? Apa mungkin ini untuk uang hasil kerja ya.

Tidak berpikir macam-macam. Saat itu juga aku langsung mengirimkan uang 300 juta.

Bicara soal uang, aku selalu mengirimkannya setiap bulan. Apa tidak cukup semua itu? Sengaja aku kirimkan karena merasa kasihan apalagi dia dan keluarganya orang biasa. Setidaknya aku tidak merasa bersalah setelah meninggalkannya. Meski sebenarnya tidak berguna, rasa bersalah tetap ada.

“Setiap bulan aku selalu kirim uang untukmu. Kenapa kamu kerja begini? Apa uang dariku nggak cukup?” Aku tidak tahan untuk tidak bertanya padanya. Rasanya terlalu lama kalau menunggu lagi.

Aku selalu kirimkan dua puluh juta setiap bulan untuknya. Tanpa absen sekalipun.

Bola mata Senja melebar, dia membeku beberapa saat.

“Uang apa yang bapak maksud?” Senja menatapku dengan kening berkerut.

“Uang yang setiap bulan aku kirimkan untukmu, Senja. Kemana perginya uang itu sampai kamu kerja begini?”

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
25 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status