Share

MUSNAH DITELAN BUMI

Kobaran api yang membumbung tinggi dan suara petir yang menggelegar, menarik perhatian warga sekitar, termasuk penghuni kompleks indekos. Warga berhamburan ke tempat kejadian, begitu sampai di tempat bekas kebakaran, mereka hanya mampu tertegun. 

Kediaman Dadong Canangsari hanya menyisakan puing-puing berserakan beserta bara api. Warga bergotong royong memadamkannya.

Anehnya, bara api hanya membumi hanguskan bangunan rumah saja, tak sampai merembet ke tempat lain. Ketika api sudah mulai padam, terdengar jeritan seorang wanita.

“Bik Tut, Bik Tut ... apa yang terjadi?” 

Rupanya Ni Wayan Kesumasari yang baru saja datang dari bepergian, terlihat terkejut melihat musibah yang dialami bibiknya. Wanita itu tak menyangka nasib Dadong Canangsari akan setragis itu.

Akhirnya, berdua dengan Wayan Lana-- suaminya-- dibantu oleh warga berusaha mencari keberadaan jasad Dadong. Namun, tak diketemukan jasad sang bibik, tubuh Dadong Canangsari bagai musnah dari muka bumi. 

Warga dibuat semakin keheranan dengan kenyataan itu. Jasad Dadong tak diketemukan, walau hanya sehelai rambut pun. Semua serba misterius, sebab musabab kebakaran maupun musnahnya jasad Dadong Canangsari membuat beberapa warga berbisik-bisik berspekulasi segala kemungkinan yang telah terjadi.

Ni Wayan Kesumasari sebagai pihak keluarga meminta warga untuk memaafkan kesalahan sang bibik selama hidup. Dia keberatan jika kasus ini dilaporkan kepada polisi. Wanita berambut panjang ini tak ingin menjelaskan maupun dipertanyakan lagi sebab musabab kematian sang bibik. Cukup dirinya saja yang tahu apa yang terjadi sesungguhnya, meskipun ada rasa sesal atas kehilangan ini.

Akhirnya, setelah membersihkan areal bekas kebakaran, Ni Wayan Kesumasari beserta warga pulang ke rumah masing-masing. Peristiwa ini meninggalkan tanya pada benak masing-masing orang karena suatu kematian yang aneh, seharusnya diusut oleh pihak berwajib, tapi pihak keluarga tak mempermasalahkan lagi, menerima kepergiaan Dadong Canangsari dengan rasa rela.

°°°°°

Hari ini Ni Wayan Kesumasari melakukan upacara pecaruan. Wayan Suri--anak Dadong Canangsari--ikut menghadiri acara tersebut, nampak jelas wajahnya masih berduka. Anak wanita Dadong itu tak pernah menyangka bahwa memenya akan pergi secepat ini.

Sungguh nyeri, perpisahan yang tak pernah diharapkan oleh Wayan Suri. Bahkan, dia tak bisa melihat jasad orang yang paling dikasihi untuk terakhir kalinya. Saat terakhir bertemu dengan Dadong Canangsari, wanita tua itu hanya berucap dia harus siap lahir batin setiap saat sang meme akan pergi untuk selama-lamanya. Namun pada saat itu, tak dijelaskan bahwa memenya akan pergi dengan cara yang aneh seperti ini.

Wayan Suri hanya mampu berdoa pada Sang Hyang Widi Wasa, semoga arwah meme tercinta bisa sampai ke Nirwana. Selama acara berlangsung, air matanya tak berhenti menetes. Hanya mampu mengenang seraut wajah renta sang meme, yang selama hidup tak pernah sakit, tak pernah mengeluh apa pun padanya.

Andai dia tahu, memenya akan pergi secepat ini, mungkin saja akan menemani di saat-saat terakhir. Tiap membayangkan wajah si meme, air mata wanita hitam ini menetes deras.

°°°°

Malam harinya, Wayan Suri menginap di rumah Ni Wayan Kesumasari. Suami Wayan Suri sudah setahun ini pergi berlayar dan hanya tinggal berdua dengan anak semata wayangnya. Saat mengikuti upacara kali ini, sang anak dia titipkan pada ibu mertua yang tinggal tak jauh dari rumah di Denpasar.

Ni Wayan Kesumasari berbicara berbisik-bisik dengan Wayan Suri, sedang Wayan Lana -suaminya- sedang kerja sif malam. Tinggal mereka berdua membicarakan kelanjutan ilmu yang telah dititipkan oleh Dadong Canangsari. Saat mereka bertemu di Denpasar, sudah dijelaskan oleh Dadong, tata cara untuk menyatu dengan ilmu tersebut, berikut juga cara untuk mencari kurban persembahan.

Ilmu warisan dari Dadong Canangsari keluar sesaat setelah Dadong menemui ajal, sudah merasuk ke dalam tubuh salah satu generasi keturunan yang telah dia sebutkan dalam janjinya dengan sang penguasa ilmu kegelapan.

Tak ada yang tahu, kepada siapa ilmu merasuk selain sang pemberi ilmu dengan sang penerima ilmu. Dua wanita dalam garis keturunan Dadong Canangsari itu kemudian berpelukan erat, saling menguatkan. Ada tangisan dalam kata-kata yang terucap, ada nyeri yang dirasakan di dada.

Ilmu ini akan terus mencari tubuh-tubuh generasi penerus sesuai perjanjian awal dari leluhur mereka. Tak ada yang bisa menghentikannya, selain ilmu tersebut sudah tak menemukan tubuh penerus untuk dirasuki.

Sebuah perjanjian sesat yang sangat disesali oleh generasi penerusnya. Mereka tak punya pilihan lagi selain menerima ilmu tersebut karena ilmu tersebut akan mencari sendiri tubuh yang akan dirasuki, disebut maupun tanpa disebut oleh si pemberi ilmu.

°°°°

Pagi harinya, Wayan Suri berpamitan pada Ni Wayan Kesumasari dan Wayan Lana. Dia akan kembali ke Denpasar mengendarai motor. Ada rasa lega yang dirasakannya setelah pembicaraan semalam dengan sang sepupu tersebut. Kini dia akan menjalankan hidup seperti biasa, tanpa beban karena sudah berusaha merelakan kepergian memenya. 

°°°°

Jejak kaki:

*Upacara pecaruan= Acara keagamaan yang dilaksanakan, terutama setelah kejadian musibah, bertujuan untuk menjaga keharmonisan antara manusia dengan alam, untuk menetralkan/ menghilangkan hal yang negatif dan mendapatkan hal yang positif.

*Meme= Ibu

PENJELASAN PENANGKAL LEAK (HINDU)

Rahajeng Sugihan Jawa dan Pemagpag Kajeng Kliwon

Bunga Kembang Wijaya Kusuma nama latinnya Epiphyllum Anguliger, termasuk jenis tanaman kaktus yang mempunyai kelas dicotiledoneae. Bunga ini dapat hidup di daerah beriklim sedang dan juga iklim tropis. Selain indah, bunga yang mekar setahun sekali ini dipercaya aura yang dipancarkannya bisa menolak gangguan leak (pengaruh jahat ilmu hitam).

Jro Mangku Made Tastra, salah seorang penekun spiritual asal Desa Nongan, Karangasem, menuturkan, ada sebuah sihir jahat dari ilmu leak yang bernama Ajian Kembang Saren, sebuah ilmu hitam yang bisa dikatagorikan bersifat Teluh dan bisa menyerang sasaran yang dituju dari jarak jauh, jadi semacam santet.

“Sebutan Kembang Saren pada dasarnya berarti inti sari, jika digambarkan pada bentuk pohon ia adalah bakal buah dan jika di gambarkan kepada diri manusia adalah sebuah janin atau calon bayi yang masih dalam kandungan,” tutur spiritual yang akrab disapa Jro Mangku Tas itu.

Dia menuturkan, dalam berbagai lontar nama Teluh Kembang Saren sebutannya berbeda beda. Pada dasarnya sasaran dari sihir hitam ini adalah untuk menggugurkan janin dalam kandungan atau kehamilan. Sarana untuk menjalankan ilmu itu tulang ayam berwarna hitam ditaruh dalam buah kelapa gading yang dirajah dengan bentuk manusia terbalik atau nyungsang dan nama korban teluh ini di tulis dibawah rerajahan.

“Jika semua sarana sudah siap lalu dibuatkan sesaji, diberi mantra dan memanggil makhluk halus sebagai kurir dalam mengirim teluh, ilmu leak itu,” ungkapnya.

Kendati begitu ilmu teluh ini bukan berarti tidak ada penangkalnya. Menurut Mangku Tas, di Dunia selalu ada penetralisir dari ilmu hitam. Dalam lontar usada disebutkan, Kembang Wijayakusuma sarana paling ampuh untuk menetrarilisir serangan ilmu hitam Kembang Saren.

“Bagi wanita yang sedang mengandung gunakanlah rendaman kembang Wijayakusuma ini untuk mandi secara rutin selama masa kehamilan. Saya yakini kekuatan magis kembang Wijayakusuma akan memberikan perlindungan gaib dan menjauhkan dari kekuatan jahat ilmu leak,” ucap pria paruh baya itu.

Disadur dari @calonarangtaksu 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status