Suasana di tim data control cukup heboh setelah mendengar Richard dipindah tugaskan ke bagian prosesing, bagian yang berada satu tingkat dibawah tim data control. Banyak karyawan yang bekerja di bagian prosesing punya mimpi suatu saat bisa pindah ke tim data control, jadi dalam kasus Richard ia mengalami penurunan kelas dengan dipindahkan ke bagian prosesing.
Sebelum Richard ada pak Burhan yang dimutasi menjadi staff pemasaran setelah sebelumnya menjadi kepala produksi. Baik pak Burhan dan Richard sama-sama terkena mutasi setelah berkonflik dengan Maman, setidaknya itulah pemikiran orang luar, terutama karyawan di tim data control sendiri.
Hari-hari berlalu seperti biasa, aktifitas pekerjaan di tim data control tetap dalam kesibukannya. Sudah beberapa hari ini Maman merasakan beberapa keganjilan dalam proses pengambilan data dari beberapa karyawan tim data control, namun ia belum bisa memastikan dengan akurat di bagian mana keganjilan itu terjadi, dan seberapa besar pengaruhnya.
Sesaat setelah bel jam pulang karyawan berbunyi, Maman menghampiri Simon yang sedang bersiap-siap untuk pulang.
"Mon...ke ruanganku yuk!? Ada yang mau aku obrolkan!."
"Oke siip boss..." Kata Simon sambil mengikuti Maman.
Sesampai di ruang kerja, Maman mempersilahkan Simon untuk duduk, ia sendiri kemudian mengambil beberapa buah lembar kertas yang berisi data-data yang diambil beberapa hari terakhir. Sambil membaca dengan teliti, Maman mendekati Simon sambil mengangsurkan lembaran kertas tersebut ke Simon.
"Coba kau perhatikan data-data yang ada di tiga hari terakhir ini!?."
Simon membaca dan memperhatikan kumpulan data-data tersebut, jika dibaca sepintas lalu memang tidak ada yang aneh, namun jika diperhatikan lebih teliti lagi akan nampak sebuah hal yang mencolok bahkan akan sangat fatal jika dibiarkan berlarut-larut.
"Ini?...harusnya hasil terakhirnya tidak seperti ini?...ini rekayasa lagi?."
"Itulah yang membuatku risau beberapa hari ini, banyak karyawan data control yang masih terus melakukan kebiasaan lama, itu malah jadi duri dalam tim."
Simon menganggukkan kepala tanda paham, ia kemudian mengeluarkan buku catatan kecilnya dari saku, Simon memindahkan sejumlah angka dari data yang ada ke catatannya.
"Malam ini akan saya uji data-data ini, besok pagi saya akan laporkan hasilnya."
"Sebaiknya kamu juga mencari siapa pelaku yang sengaja melakukannya, mungkin kalau kita tahu dimana durinya kita bisa segera mencabutnya sebelum semakin mengganggu."
Simon kemudian berdiri pamit, ia segera keluar dari ruang kerja Maman.
Sementara itu di sudut gelap tak terlihat seorang karyawan tim data control melakukan panggilan.
"Halo pak?."
"Bagaimana tugasmu?." Suara dari ujung telepon bertanya.
"Sudah saya laksanakan pak, sesuai dengan instruksi bapak".
"Bagus!, Sekarang kamu tutup telponnya tunggu info selanjutnya dari saya!."
"Baik pak!".
Setelah melakukan panggilan karyawan itu segera meninggalkan lokasi tersebut dan berbaur dengan karyawan lain yang meninggalkan lokasi perusahaan. Karyawan tersebut tak menyangka jika ada sepasang mata yang telah menangkap kegiatan dan percakapannya tadi, Sepasang mata itu milik Simon.
"Baiklah...aku akan ikuti permainanmu!."
Pagi-pagi sekali Simon telah sampai di lokasi kerja tim data control, kali ini dia tidak langsung ke pusat pengumpulan data namun langsung ke area produksi. Sebelum ia memeriksa data yang masuk per hari itu, ia harus mencari fakta sebenarnya tentang sirkulasi produksi mulai tahap pertama sampai tahap akhir. Di bagian pengelolaan bahan baku, dia menemukan banyak sekali bahan baku yang dinyatakan rusak padahal setelah ia periksa masih masuk dalam kategori layak ke proses selanjutnya.
"Ini pekerjaan siapa?...bahan-bahan ini masih bagus semua malah dibuang!?."
"Permisi pak, ini yang membuang bahan-bahan ini siapa?." Tanya Simon ke seorang karyawan bagian produksi yang kebetulan baru saja sampai di lokasi kerjanya.
"Oh itu bahan yang kemarin dinyatakan tidak oleh data control." Kata karyawan tersebut.
"Siapa data controlnya?."
"Yang bertugas kemarin itu si Nahar namanya."
Mendengar nama itu, Simon berusaha mengingat-ingat yang mana yang bernama Nahar di tim data control. Tiba-tiba dia teringat, bukankah si Nahar itu yang kemarin dia dapati melakukan panggilan rahasia dan mencurigakan kemarin sore?. Semuanya serasa kebetulan, sekarang semuanya akan lebih mudah diungkap.
Simon buru-buru menuju ke ruang kerja Maman untuk melaporkan sejumlah fakta yang ia temui. Ia yakin Maman sudah ada di ruang kerjanya saat ini, tepat ketika ia sudah berada di tangga menuju ke ruang kerja Maman, seseorang tiba-tiba memblokir jalannya.
Karyawan tersebut menyeringai dan dengan senyuman yang mengancam ia berkata. "Apa yang membuatmu buru-buru Simon?, Jangan melakukan sesuatu yang tidak menguntungkan buatmu".
Simon mengerutkan kening. "Kamu Nahar, kan?".
"Iya saya Nahar, saya anggota senior tim data control, bahkan lebih senior dari kamu, jadi kamu..."
"Saya tak peduli anda senior atau bukan!." Sebelum karyawan tersebut melanjutkan perkataannya, Simon langsung memotong sambil memberi isyarat ke karyawan tersebut untuk tidak menghalangi jalannya.
Karyawan senior seperti ini tidak perlu mendapatkan penghormatan yang lebih darinya.
Wajah karyawan tersebut terlihat merah padam, awalnya ia mengira dengan keseniorannya ia bisa menekan Simon. Namun ternyata Simon tidak memberikan respek yang ia harapkan sebagai karyawan senior.
"Minggirlah!, Saya mau bertemu pak Maman."
"Jangan melaporkan hal-hal yang tidak perlu ke dia!." Kali ini karyawan tersebut berkata dengan tegas.
"Semua hal perlu saya laporkan, apakah ada laporan saya yang merugikan anda?." Simon menatap tajam kearah karyawan tersebut sambil menekan kalimat yang ia katakan barusan.
Tiba-tiba Maman keluar dari ruang kerjanya, dan saat ia hendak turun tangga ia melihat di bawah Simon dan seorang karyawan sedang bersitegang.
"Hei Simon, ada apa disitu?." Teriak Maman ke Simon.
Saat Simon melihat Maman, ia sedikit lega dan dia lalu berjalan ke arah Maman sambil menabrakkan tubuhnya ke tubuh karyawan tersebut.
Karyawan yang menahan Simon tadi melihat Simon mendekati Maman dengan pandangan jengkel dan kecewa. Ia lalu pergi dengan mengeluarkan celotehan yang tak jelas.
"Itu Nahar kan?." Tanya Maman setelah Simon ada di dekatnya.
"Iya...kamu kenal?."
"Dia dulu salah satu data control kepercayaannya pak Burhan."
"Aku gak terlalu kenal sama dia, cuma tahu nama dan wajah saja."
Maman lalu melihat jam tangannya, ia kemudian memberi kode ke Simon untuk mengikutinya. Suara bel jam masuk kerja berbunyi, biasanya sebelum aktifitas pekerjaaan dimulai Maman akan memberikan pertemuan singkat.
"Aku tahu ada yang salah di bagian bahan baku." Kata Maman ke Simon sebelum masuk ke ruang pertemuan.
Simon terkejut, dari mana koordinatornya ini tau soal tersebut?, padahal dia belum melapor.
"Baru saja aku mau melaporkan hal itu."
"Baiklah...sekarang saatnya kita mencari duri-duri itu".
Maman masuk ke ruang pertemuan dan diikuti Simon di belakangnya, semua anggota tim data control sudah hadir. Simon mengambil tempat duduk di bagian depan tepat segaris lurus dengan tempat duduk Maman yang ada di balik meja panjang.
"Selamat pagi semua!."
"Selamat pagi pak!." Beberapa suara balasan terdengar, namun tidak semua anggota tim data control yang hadir disitu membalas sapaan Maman.
Dengan senyuman sinis, Maman dingin berkata. "Memang masih banyak duri di ruangan ini!."
Kelima sekuriti itu benar-benar berada dalam dilema besar. Hanya August yang sejak awal menentukan sikap untuk berada di sisi Maman.Mendengar hal itu, wanita pemilik kantin menatap Maman dengan tak percaya.Dari tadi ia mengira Maman hanya seorang karyawan yang terlalu ingin tahu. Tapi melihat tatapan dan kepercayaan diri lelaki tersebut, ia sedikit takut jika salah mengambil kesimpulan. "Kamu sebenarnya siapa? Apa hakmu untuk...""Diam kataku!." August kembali membentak sebelum wanita itu bisa menyelesaikan kata-katanya.Bentakan tersebut terdengar lebih menakutkan dari yang pertama. Wanita itu terlihat pucat, begitu juga dengan para pelayan yang ada di sampingnya. Beberapa karyawan yang masih ada di kantin itupun terkejut.Suasana menjadi hening, August menatap tajam ke arah pemilik kantin. Ia kemudian mengalihkan tatapannya ke para karyawan yang masih ada di tempa itu. "Kalian semua segera keluar dari sini!."Para karyawan yang tersisa segera beranjak meninggalkan kantin tersebut.
Setelah merasa keadaan Pak Sumardi baik-baik saja, Maman kemudian pamit. Tujuan berikutnya adalah langsung menuju ke tempat kerja, beberapa hal harus ia selesaikan selain mempersiapkan proses pengalihan jabatan manajer.Saat ini Maman telah berada di ruang kerjanya, di atas meja kerja bertumpuk sejumlah dokumen. Peristiwa penculikan Pak Sumardi membuat Maman belum sempat memeriksa isi dari dokumen-dokumen tersebut.Maman dengan seksama membaca isi beberapa dokumen. Beberapa kali ia mengangguk kagum saat melihat grafik data yang ditampilkan, kenaikannya cukup signifikan. Itu menandakan sistem yang sudah ia terapkan berjalan dengan baik. Selain itu, orang-orang yang ia pilih untuk menjadi garda terdepan untuk melakukan perbaikan telah bekerja dan berusaha untuk memberikan yang terbaik.Melihat hal tersebut, Maman menemukan komposisi yang tepat untuk mengisi sejumlah jabatan penting jika saatnya proses pengalihan jabatan manajer itu terjadi. Ia tahu mana orang yang bisa ia percaya setela
Keesokan harinya, Maman hari ini tidak langsung menuju ke tempat kerja, ia ingin bertemu dengan Pak Sumardi.Maman saat ini telah sampai di halaman rumah Pak Sumardi. Suasana di situ terasa lengang, tak ada orang yang terlihat berada di luar rumah. Maman menyimpulkan Pak Sumardi belum mencari pembantu dan tukang kebun yang baru.Maman mengetuk pintu rumah tersebut tiga kali, ia menunggu seseorang dari dalam membukakan pintu. Setelah merasa tak ada respon, Maman kembali mengetuk pintu. Lagi-lagi belum ada pergerakan dari dalam.Apakah terjadi sesuatu pada pasangan suami istri itu?.Harusnya mereka aman sekarang?.Maman merasa khawatir, ia segera menuju ke arah samping rumah dan menyusurinya. Seingatnya ada pintu penghubung di arah samping menuju ke dapur.Saat ia menemukan pintu itu, ia memutar kenop pintu, ternyata terkunci dari dalam. Dalam hati Maman semakin gelisah, seharusnya Pak Sumardi dan istri ada di rumah saat ini."Maman? Aku kira penjahat!."Mendengar suara itu, dengan refl
Haris mengerang dengan keras, tamparan Maman kali ini rasa sakitnya lebih besar terasa.Wajah Haris terlihat semakin membengkak.Maman berkata dengan dingin. "Aku tidak segan-segan menamparmu lebih keras lagi. Apakah kau masih bisa bertahan menahan sakitnya?."Haris tahu saat ini pertahanannya semakin rapuh, ia sendiri tidak yakin pada kemampuan tubuhnya untuk menahan rasa sakit yang lebih jika Maman menamparnya semakin keras. Mau tak mau ia harus menyerah. "Baiklah aku akan katakan yang sebenarnya."Maman menatap tajam ke wajah Haris sambil menarik paksa rambut pria itu ke arah belakang. "Katakan segera!."August yang sedari tadi hanya berdiri menyaksikan Maman menginterogasi Haris ikut membentak. "Jangan buang-buang waktu, cepatlah!."Haris semakin pucat, kedua pria yang membentaknya itu sama-sama hebat. Ia tak akan bisa melawan mereka meskipun punya kesempatan. "Aku...aku yang memberikan jalan pada para penculik itu masuk ke rumah."Mendengar penjelasan Haris, Maman semakin tajam m
Pak Rudi merasa cemas, bagaimanapun hal seperti ini tak pernah ia prediksi. "Keadaan semakin gawat, kita bisa jatuh dengan cepat." Kata Pak Rudi dengan nada bergetar.Semua petinggi keluarga yang hadir saling berpandangan, mereka jelas memahami situasi saat ini namun tak satupun yang punya ide untuk mengatasi hal tersebut.Sudah sejak lama mereka menikmati semua kemewahan yang didapatkan dari sejumlah proyek. Berbagai trik digunakan untuk mendapatkan keuntungan dari mempermainkan dana proyek.Kemewahan itu sebentar lagi akan lenyap jika mereka tak bisa mengembalikan keadaan. Ketika para investor mundur maka mereka tak punya lagi kekuatan untuk menjalankan proyek yang sedang dikerjakan oleh Pratama Grup. Mereka tidak siap untuk mengalami kejatuhan saat ini.Pak Rudi menatap tegas ke arah para petinggi keluarga. "Kalian semua harus membantuku untuk berpikir, jika ada yang mempunyai ide segera katakan sekarang!."Saat mendengar perintah Pak Rudi, para petinggi keluarga itu kemudian sali
Maman kemudian mengeluarkan ponselnya, ia harus segera menghubungi Pak Suryawan. "Halo Maman, Bagaimana?." Tanya Paman Suryawan di ujung telepon."Aku mau bertanya Paman, apa sudah ada petunjuk tentang siapa yang berada dibalik penculikan Pak Sumardi?.""Menurut informanku, beberapa anak buah Gordo semalam berencana menculik seseorang." Jawab Pak Suryawan. "Kemungkinan besar itu adalah Pak Sumardi."Gordo? Mendengar nama itu Maman langsung teringat dengan apa yang diinfokan Odie tadi siang. "Gordo ini merupakan pemasok bodyguard sekaligus penyedia orang-orang yang bisa melakukan pekerjaan kotor untuk Pratama Grup." Sambung Pak Suryawan."Berarti cocok dengan dugaanku." Balas Maman. "Karena lokasi Pak Sumardi disekap ada di pelabuhan yang dipenuhi barang-barang dengan tulisan Pratama Grup.""Kata Pak Sumardi tadi, Paman Suryawan harus segera bertindak." ***Saat ini, di rumah Pak Rudi terlihat para petinggi keluarga sudah hadir. Mereka sedang m