Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku

Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-31
Oleh:  Queen TereBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
41Bab
399Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sebagai putri kedua keluarga Mordie, Evora selalu merasa tersisihkan. Semua orang bilang bahwa Evora selalu berada di bawah bayangan kakaknya. Hidup Evora jauh dari kata sempurna jika dibanding dengan kakaknya. Evora selalu bertahan hingga tiba-tiba pacarnya berkhianat dengan kakak Evora. Perlahan, Evora bangkit dan mencari tujuan hidupnya sendiri.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

"Kenapa pesanku nggak dibalas? Dia sibuk atau sengaja mengabaikanku?”

Evora menatap ponselnya dengan kesal. Ia gelisah menunggu kabar dari Vernon, kekasihnya.

Sepulang lembur dan mampir sebentar ke minimarket, ia duduk di bangku depan, menyesap soda dingin yang sudah tak berasa.

“Besok ulang tahunku... apa dia sengaja bikin kejutan? Atau malah lupa?” gumamnya. Namun, ia masih berpikir positif.

“Tapi, tidak biasanya dia sibuk sekali sampai tidak mengingatku.”

Ia menghela napas lalu beralih menatap jalan raya di depannya. Di antara lampu-lampu di pinggir jalan tampak seorang pria dan wanita sedang berjalan bergandengan dengan mesra.

Awalnya Evora tak menghiraukannya, sampai ia mengenali kemeja yang dikenakan pria itu.

“Vernon…?”

Evora lantas terpaku saat menyadari siapa wanita yang sedang dirangkul pria itu di pinggang. Itu adalah Kakak Evora.

"Kenapa Vernon bersama … Kak Lizi?”

Apakah ini sebuah kebetulan?

Evora pun bangkit dan melangkah pelan ke arah mereka.

Tanpa ia sangka, Vernon mengusap rambut Lizi. Wanita itu berbisik, membuatnya tersenyum sebelum mengecup keningnya. Dada Evora mencengkeram sakit, tangannya mengepal erat ponselnya.

Lalu, tanpa ragu, Vernon menunduk dan mencium bibir Lizi.

Dunia Evora runtuh. Kaleng soda yang terlepas dari tangannya berguling di trotoar, tumpah seperti isi hatinya yang tak bersisa. Kukunya menancap di telapak tangan, tapi nyerinya tak sebanding dengan perih di dadanya.

Cukup!

Evora tak tahan lagi. Dengan langkah berat, ia mendekati Vernon dan Lizi, lalu berhenti tepat di belakang mereka.

“Vernon….” Suara lirih itu membuat keduanya menoleh. Wajah Vernon langsung berubah kaku. Lizi tampak kaget, tapi itu tidak bertahan lama.

Tubuh Evora gemetar. Air mata sudah mengalir tanpa ia sadari.

“Apa yang kalian lakukan?” tanyanya pelan.

Vernon tak langsung menjawab. Ia memasukkan tangan ke saku celana. "Ngapain kamu di sini?”

Evora menatapnya tajam. "Seharusnya aku yang bertanya. Kenapa kamu berduaan dengan Kak Lizi? Kau mengabaikanku seharian hanya untuk ini?"

"Aku sibuk," Vernon menjawab tanpa ekspresi. "Lalu kebetulan bertemu dengannya."

Evora tertawa pendek. "Kebetulan? Aku melihat kalian berciuman, Vernon."

Ekspresi Vernon menegang, tetapi ia segera menatap Evora dengan dingin. "Jangan berlebihan. Pulanglah, ini sudah malam."

Lizi melipat tangan di dada. "Evora, kamu tidak perlu bersikap dramatis."

"Dramatis?" Evora mengepalkan tangannya. "Apa aku harus diam melihat pacarku berselingkuh dengan kakakku sendiri?”

Vernon mendesah, lalu menatap Evora dengan sorot dingin. "Sudah cukup, Evora. Kamu mempermalukan dirimu sendiri."

"Malu?" Evora tertawa miris. "Kamu yang ketahuan berselingkuh, aku yang harus malu?"

"Vernon… kenapa kamu tega menyembunyikan semua ini? Mana semua janji manis yang dulu kamu ucapkan?" Suara Evora terdengar pilu. "Kalian tak tahu betapa hancurnya aku melihat ini?”

Lizi pun segera menyahut, “Evora, dengarkan aku! Kami tidak pernah bermaksud menyembunyikan hal ini. Kami sudah cukup lama saling menyayangi. Maaf kalau kenyataannya terlalu pahit untukmu.”

Evora terdiam. Matanya bergantian menatap Vernon dan Lizi yang bahkan tidak terlihat menyesal sedikitpun.

“Jika seandainya sekarang aku tidak memergoki kalian, apakah kalian akan tetap menyembunyikannya?” Evora berujar dengan tangan terkepal.

“Kebetulan, kami memang sudah bosan menyembunyikan ini semua,” sahut Lizi. Sedangkan Vernon justru membuang muka, seolah tidak ingin melihat wajah Evora.

“Kalian benar-benar pantas bersama,” kata Evora dingin.

Vernon kini menatap Evora, seolah terkejut.

“Kalian benar-benar ingin bersama, kan? Aku akan mundur dan aku tidak akan memaksa. Selamat atas hubungan kalian yang baru.”

Evora segera berbalik badan dan melangkah pergi. Namun Vernon hanya menatap kepergiannya tanpa berniat menyusul Evora.

Ia terus melangkah di trotoar yang dingin. Tapi rasa di hatinya jauh lebih beku dari udara malam itu.

Wajah Vernon dan Lizi silih berganti menghantui pikirannya. Senyum mereka, sentuhan mereka, semua terasa seperti belati yang menari-nari di dalam dadanya.

“Apa aku nggak cukup baik buat dia…?” gumamnya lirih.

Langkahnya mulai limbung. Ia tidak sadar telah berjalan ke tengah jalan.

TIIIN!!

Cahaya terang dari arah kanan menyilaukan matanya. Suara klakson menggelegar.

Brak!

Mobil berhenti mendadak, bannya menggesek aspal. Evora terjatuh ke pinggir trotoar, lututnya luka.

Pintu mobil itu lalu terbuka. Seorang pria keluar dengan berjalan sempoyongan. Darah menetes dari pelipisnya.

"Ma-maaf..." Evora tergagap.

Pria itu tidak menjawab. Tatapannya dingin. Napasnya berat.

“Aku tidak sengaja, ternyata aku berjalan di tengah jalan raya,” ujar Evora gemetar.

Pria itu tidak menjawab melainkan mencoba menghubungi seseorang melalui ponselnya.

Evora bangkit dan mendekat. “Aku bantu cari obat, ya?”

Ia masuk ke dalam mobil lewat pintu pengemudi yang masih terbuka lalu mencari kotak P3K. Ketika ia menemukannya dan hendak keluar, pria itu justru duduk kembali di kursi kemudi. Tatapannya kosong, seperti orang yang kehilangan arah.

Evora terpaku. Kini hanya mereka berdua di dalam mobil.

“Bi-biar aku obati,” ujar Evora dengan gugup.

“Tidak perlu!” desis pria itu.

“Tapi kau terluka.” Ucapan Evora membuat pria itu menoleh. Terlihat rahangnya yang mengeras dan mata yang memerah.

‘Apa pria ini mabuk?’

Tanpa berkata apa-apa, pria itu menghidupkan mesin dan mulai mengemudi cepat.

"Tunggu! Kamu mau bawa aku ke mana?!" suara Evora naik satu oktaf.

“Jangan banyak tanya, atau aku lempar kamu keluar!” ucap pria itu penuh intimidasi.

Evora tidak mengenal pria itu, maka ia berusaha untuk berhati-hati. 

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Queen Tere
Hai, readers. Seberapa puas kamu dengan cerita ini? Jangan lupa tinggalkan jejak, ya!...
2025-05-27 23:16:18
0
41 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status