Dendam Wanita Teraniaya

Dendam Wanita Teraniaya

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-09-22
Oleh:  HapyhapyBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
7Bab
6Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Karena sebuah tamparan kehidupan Kirana berubah jadi penuh derita. Kirana menampar Mahesa di depan umum karena Mahesa telah mempermainkan perasaan sahabatnya, tentu saja Mahesa seorang yang sombong dan arogan tidak terima diperlakukan seperti itu. Mahesa yang kesal dan merasa malu, menyusun rencana untuk membalas Kirana dengan menjebaknya di gudang kampus lalu, dia dan dua temannya melecehkan Kirana tanpa belas kasihan. Perbuatan Mahesa telah membuat Kirana hancur,  apalagi dia tidak mendapat keadilan karena Kirana hanyalah wanita miskin yang tidak memiliki uang ataupun kekuasaan. Sedangkan mereka memiliki segalanya, uang dan kekuasaan, sehingga Mahesa dan dua temannya bisa bebas tanpa mendapat hukuman apa pun.   Awalnya Kirana terpuruk dan putus asa, namun akhirnya dia memilih untuk bangkit dan bersumpah akan membalas dendam pada Mahesa dan orang-orang yang telah membuatnya menderita. Setelah dua belas tahun, Kirana yang baru telah kembali, kini dia bukan wanita miskin, dia telah memiliki kekuasaan dan uang  yang melimpah, pembalasan akan segera dimulai.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 Sebuah tamparan

__

“Mahesa Affandra!!”

Karena panggilan itu, Mahesa yang sedang berjalan menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah asal suara.

Di depannya ada seorang gadis berlari ke arahnya,  Mahesa tidak tahu mau apa gadis itu. Saat mereka sudah berdekatan, tiba-tiba …

'Plak!’

Tamparan itu cukup keras sehingga membuat wajah Mahesa berpaling.

Beberapa orang yang kebetulan lewat di halaman kampus sudah pasti dapat melihat adegan itu.

Mereka bengong dan syok, tak menyangka ada orang yang berani menampar seorang Mahesa Affandra, si arogan yang memiliki kuasa di kampus ini.

Putra dari orang terkaya nomor lima di negeri ini,    sekaligus cucu dari pemilik kampus ini. Waw! Sungguh berani sekali gadis itu.

Apa-apaan ini!

Mahesa lebih terkejut lagi, karena ada gadis yang berani menamparnya di depan umum.

Sepasang matanya menatap nyalang sang penampar, giginya bergemelutuk, “Beraninya kamu!”

Kirana, nama sang gadis, balas menatap Mahesa. Mata bulatnya melotot, tak ada gentar sama sekali di sepasang mata bening itu.

“Kamu memang pantas mendapatkan itu! Kamu sudah membuat Hani sakit hati sampai dia menangis!”

Suaranya begitu keras sehingga orang-orang yang ada di sekitarnya dapat mendengar ucapannya.

“Dasar plyboy cap buaya!” Setelah puas mencaci, Kirana berlalu pergi begitu saja.

Meninggalkan Mahesa yang masih termangu. 

Dasar wanita si*lan berani-berani nya dia mempermalukanku di depan umum.

Dada Mahesa bergemuruh, seumur hidupnya baru kali ini ada orang yang berani memberikan tamparan padanya, apa lagi hal itu dilakukan di depan banyak orang.

Mahesa seorang yang sombong, merasa harga dirinya diinjak-injak, dia bersumpah dalam hati akan membalas perbuatan gadis itu berkali lipat.

“Apa yang kalian lihat!” Mahesa melotot ke arah orang-orang yang asyik menonton.

Orang-orang itu buru-buru bubar dan kembali melangkah.

Mahesa membuang napas kasar.

__

  

“Kamu berani menampar Mahesa! Di depan umum lagi.” Arumi, teman Kirana berseru heboh, ekspresinya penuh takjub pada Kirana.

“Dia memang pantas mendapatkannya,” cibir Kirana, sambil menyeruput jus pesanannya.

Saat ini dia dan teman-temannya sedang berada di kantin kampus.

Hani, yang juga teman Kirana menatapnya penuh kekhawatiran, dia menyentuh lengan Kirana dan berujar lembut, “Seharusnya kamu jangan melakukan itu, kamu tahu ‘kan, siapa Mahesa itu. Aku takut dia melakukan hal buruk sama kamu.”

“Tidak akan terjadi apa-apa, Hani, tenanglah.” Kirana tersenyum,  “Lagi Pula  aku melakukannya demi kamu, seharusnya kamu sendiri yang turun tangan dan menghajar pria bre**sek itu karena sudah menyakitimu.”

Hani menunduk, “Aku tidak berani,” cicitnya. 

“Ya mangkanya, aku yang melakukannya.” Kirana menimpali, “Sudah, kamu jangan terus-terusan menangisi pria tak tahu diri itu.”

“Apa yang dibilang Kiran itu benar, Han,” ucap Arumi, “Mulai sekarang kamu harus melupakan si Mahesa!”

Dipta, teman Kirana yang lain yang dari tadi diam ikut berbicara, “Mahesa itu orang yang arogan.” Dia mengalihkan tatapannya pada Kirana, “Dia pasti tidak terima begitu saja perlakuanmu terhadapnya, kamu harus hati-hati.” Ekspresi wajahnya penuh kekhawatiran.

Kirana tersenyum pada laki-laki satu-satunya di circle mereka.

“Jangan khawatir kan aku, Dipta, kalau si Mahesa itu berani macam-macam, sekalian kuhajar dia!”

Kirana berujar penuh percaya diri. Ya, Dia memang selalu seperti itu, berani dan tak takut apapun.

Tapi satu hal yang Kirana tak tahu, setelah ini semuanya akan berubah.

__

“Pipi kamu sampai merah begitu, Sa.” Arga berdecak, geleng-geleng kepala sambil menelisik wajah Mahesa.

Nicholas malah tertawa, bukannya simpati dengan keadaan temannya.

Mahesa mendengkus kesal, lalu melotot ke arah Nicholas karena menertawakannya.

“Baru kali ini ada orang yang berani nampar kamu, perempuan lagi,” ucap Nicholas sambil terus terkekeh.

“Diam kamu!” Mahesa semakin kesal.

Arga malah ikut menertawakan, membuat kekesalan Mahesa semakin bertambah.

“Kalian teman la*nat,” hardiknya.

Mahesa bersumpah sekali lagi dalam hati, akan membuat perempuan itu sengsara!

   __

“Ada apa, sih, kamu sampai nge-chat aku, bukankah hubungan kita ini sudah selesai.” Mahesa berkata dengan judes pada perempuan yang ada di depannya.

Hani memandang Mahesa dengan mata berkaca-kaca.

“Sebenarnya aku tidak mau putus sama kamu, Mahesa, aku sangat mencintaimu.”

Mahesa berdecih, ekspresinya tak acuh, “Tapi aku sudah tidak cinta sama kamu,” ucapnya cuek.

Melihat sikap Mahesa membuat Hani semakin sedih, “Aku sudah menyerahkan segalanya padamu, hatiku, dan juga tubuhku.” Hani menunduk, "Tapi kamu malah mencampakkanku setelah mendapatkan keperawananku.”

Air mata jatuh membasahi pipi putih mulus itu. Hani tidak menyangka Mahesa benar-benar membuangnya seperti barang yang sudah tidak terpakai lagi.

Hani tidak terima di perlakukan seperti itu, apalagi saat ini dia …

 

Mahesa memutar bola mata lalu membuang nafas kasar,  “Sudah, sudah, jangan banyak omong lagi, aku pergi.” Mahesa berbalik dan melangkah santai.

“Aku hamil!”

Kata-kata itu sukses membuat Mahesa menghentikan langkahnya, dia berbalik menghadap kembali pada Hani.

“Apa? Kok bisa?” Mahesa kembali membuang nafas kasar, matanya menyipit menatap Hani, “Apa dia beneran anakku? Mungkin saja dia bukan anakku.”

Hani mendongkak, matanya membola memandang Mahesa, “Aku hanya melakukannya sama kamu!”

“Tck!” Mahesa berdecak, dia mengacak-acak rambutnya, kenapa bisa kebobolan.

“Kamu harus bertanggung jawab.” Hani berkata lirih.

 Enak saja dia harus bertanggung jawab!  Mahesa mengumpat dalam hati, setelah merenung sejenak, tiba-tiba pikirannya menjadi terang, dia memiliki ide jahat di kepalanya.

“Baiklah, jika kamu mau menuruti apa yang aku perintahkan, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk bertanggung jawab.” Ada seringai di bibir Mahesa.

Hani kembali memiliki harapan mendengar perkataan Mahesa, ekspresinya berubah cerah.

“Memang kamu mau aku melakukan apa?”

Mahesa tersenyum miring.

__

“Ia, ia, aku akan kesana sekarang juga, kamu tunggu dan tenangkan diri kamu,ya.” Sambil berbicara di telpon, Kirana berjalan terburu-buru meninggalkan kamar kostnya.

“Tolong cepat, ya, Kiran aku takut.” Suara Hani di sebrang sana bergetar.

“Ia, ia.” Kirana mengambil sepedanya lalu meluncur menuju kampus.

Dari kost-an ke kampus, Kirana membutuhkan waktu dua puluh menit, makanya setiap hari pulang pergi dia memakai sepeda.

Kirana yang baru saja mengerjakan tugas tiba-tiba mendapat telpon dari Hani, dia bilang ada seseorang yang menguncinya di gudang kampus dari sore hari sampai sekarang.

Hani menunggu seseorang datang untuk membuka pintu gudang, tapi sampai malam tiba tak ada orang yang datang, makanya Hani meminta tolong pada Kirana.

  

Kirana dengan tenaga penuh mengayuh sepedanya agar cepat sampai ke kampus, dia sangat khawatir pada teman baiknya.

Dia tidak tahu bahwa ada bahaya yang tengah menunggunya.

__

 “Aku sudah melakukan apa yang kamu minta, sebentar lagi Kiran akan datang ke sini,” ucap Hani sambil  memandang pada Mahesa.

Mahesa tersenyum, “Bagus.”

“Memangnya apa yang akan kamu lakukan pada Kiran?” Hani bertanya cemas, “Dia itu temanku, aku tidak mau hal buruk terjadi padanya.”

“Kamu tenang saja, aku tidak akan keterlaluan, aku hanya mengerjai dia saja.” Tentu saja Mahesa berbohong.

 “Kamu janji, ya, jangan keterlaluan.”

Mahesa memutar bola mata, “Ia, ia,” ucapnya bosan, “Sudah, sebaiknya kamu pulang.”

“Tapi …” Entah kenapa Hani merasa tak enak hati.

“Sudah kamu pulang sana!” titah Mahesa sekali lagi.

Dengan enggan Hani pun meninggalkan Mahesa.

    

  

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
7 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status