Share

Bab 8

Penulis: Ram Tadangjapi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-30 14:02:53

Maman baru saja mengetahui jika Richard hendak memprovokasi dirinya dengan pak Sumardi, bagaimana ia tidak bisa menganggap ini semua serius?.

Maman berusaha tenang. Dia menatap pak Sumardi dengan pandangan penuh percaya diri. "Saya menjalankan tugas saya sesuai dengan fungsi saya sebagai koordinator. Pak Sumardi tentu saja bisa memperhatikan kinerja saya selama ini."

Maman mendapatkan jabatan sebagai koordinator data control, dan atasannya memberikannya sebagai sebuah kepercayaan. Itu terlihat biasa, tapi itu adalah sebuah tanggung jawab besar.

Pak Sumardi tersenyum puas dan mengalihkan pandangan ke Richard. Setelah melihatnya sekilas, dia berkata sedikit dingin. "Sekarang jelaskan padaku kenapa kamu menganggap keputusan saya menjadikan Maman sebagai koordinator salah? Juga kenapa kamu menganggap dia tidak layak? Apa kau benar-benar berani meragukan keputusan saya?."

Richard langsung kehilangan kata-kata, hanya untuk mengeluarkan alasan saja ia sudah tak mampu merangkai kalimat.

Jelas ia sangat tahu sekarang pak Sumardi semakin memberikan jarak terhadap dirinya. Semakin lama berada disini ia akan semakin tersudutkan dan bahkan tak tahu lagi keadaan macam apa yang akan menimpanya.

Richard lalu memutuskan untuk segera pergi saja dari ruangan tersebut. Dia berkata dengan sedikit sungkan dan segan, "saya mungkin salah, sebaiknya saya pergi saja pak."

Hati Maman sedikit kesal, dan dia menatap Richard dengan tajam. Dia kemudian berkata sedikit keras ke Richard, "Kamu jangan langsung pergi begitu saja!, Kenapa kamu tidak sampaikan saja ke pak Sumardi ucapanmu tadi di kantin?."

Wajah Richard langsung memucat, ia dengan hati yang semakin risau dan tertekan mengangkat kepalanya dan membalas perkataan Maman. "Maksud kamu apa?."

"Apa kamu tiba-tiba mengalami amnesia?." Maman terus menatap tajam ke arah Richard dengan aura yang sangat mendominasi. Dia lalu bersandar ke bagian belakang kursi sambil melipat tangannya, "Richard, kamu tadi terlihat begitu arogan dan sombong, jadi sekarang kamu lupa?. Baiklah saya beritahu kamu, tadi kamu bilang kamu tidak mau dipimpin oleh koordinator seperti saya."

Pak Sumardi tiba-tiba menghentakkan kakinya untuk menunjukkan ekspresi terkejutnya dan mengubah posisi duduknya langsung tegas ke arah Richard.

"Apa yang kamu katakan?! Apakah kamu yang bisa membuat keputusan?." Pak Sumardi segera membentak dengan suara bernada tinggi saat dia memolototi Richard.

Richard tertunduk sambil menggigit-gigit bibirnya, keringat dingin mengucur begitu deras di tubuhnya, tangannya saling mencengkeram begitu keras. Ia dibunuh Maman dengan menggunakan perkataan yang ia ucapkan ke Maman tadi di kantin, saat ini rasa penyesalan sudah mulai merasuk ke bathin Richard.

Ekspresi Richard begitu menyedihkan.

Bentakan keras pak Sumardi itu adalah satu hal, tetapi fakta yang diutarakan Maman merupakan penghinaan besar baginya!.

Dengan ekspresi kasar dan marah dalam dirinya, dia bertanya ke Maman, "Apa tujuanmu mengadukan hal itu?."

"Aku hanya mengulangi perkataan dan pernyataanmu tadi di kantin. Pak Sumardi saya rasa perlu tahu." Kata Maman acuh tak acuh.

"Kamu!" Richard bangkit dan membentak mengeluarkan amarahnya. "Kamu pikir kamu siapa? Hanya seorang koordinator yang tak tahu malu!." Richard memandang Maman penuh penghinaan.

"Aku mungkin bukan siapa-siapa bagi kamu, tapi di tim data control bagaimanapun aku adalah pimpinan kamu." Kata Maman dengan ekspresi wajah dingin dan tegas.

Ketika Richard mendengar kata 'pimpinan' dalam perkataan Maman, wajahnya menunjukkan sikap yang semakin bermusuhan. Namun bagaimana dia bisa mengakui semua hal tersebut sedangkan ia selalu berkoar-koar tidak mau mengakui Maman sebagai pimpinannya.

Pak Sumardi kini tahu fakta sebenarnya, melihat keadaan semakin memanas ia lalu membuat keputusan untuk mengakhiri semua hal ini. "Sepertinya Richard sudah harus keluar dari tim data control, saya akan menghubungi HRD untuk memindahkan kamu ke bagian prosesing, mungkin kamu akan lebih nyaman disana."

Wajah Richard menjadi pucat, dan tiba-tiba tidak bisa berkata-kata.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • LIKA-LIKU HIDUP MAMAN   Bab 77

    Kelima sekuriti itu benar-benar berada dalam dilema besar. Hanya August yang sejak awal menentukan sikap untuk berada di sisi Maman.Mendengar hal itu, wanita pemilik kantin menatap Maman dengan tak percaya.Dari tadi ia mengira Maman hanya seorang karyawan yang terlalu ingin tahu. Tapi melihat tatapan dan kepercayaan diri lelaki tersebut, ia sedikit takut jika salah mengambil kesimpulan. "Kamu sebenarnya siapa? Apa hakmu untuk...""Diam kataku!." August kembali membentak sebelum wanita itu bisa menyelesaikan kata-katanya.Bentakan tersebut terdengar lebih menakutkan dari yang pertama. Wanita itu terlihat pucat, begitu juga dengan para pelayan yang ada di sampingnya. Beberapa karyawan yang masih ada di kantin itupun terkejut.Suasana menjadi hening, August menatap tajam ke arah pemilik kantin. Ia kemudian mengalihkan tatapannya ke para karyawan yang masih ada di tempa itu. "Kalian semua segera keluar dari sini!."Para karyawan yang tersisa segera beranjak meninggalkan kantin tersebut.

  • LIKA-LIKU HIDUP MAMAN   Bab 76

    Setelah merasa keadaan Pak Sumardi baik-baik saja, Maman kemudian pamit. Tujuan berikutnya adalah langsung menuju ke tempat kerja, beberapa hal harus ia selesaikan selain mempersiapkan proses pengalihan jabatan manajer.Saat ini Maman telah berada di ruang kerjanya, di atas meja kerja bertumpuk sejumlah dokumen. Peristiwa penculikan Pak Sumardi membuat Maman belum sempat memeriksa isi dari dokumen-dokumen tersebut.Maman dengan seksama membaca isi beberapa dokumen. Beberapa kali ia mengangguk kagum saat melihat grafik data yang ditampilkan, kenaikannya cukup signifikan. Itu menandakan sistem yang sudah ia terapkan berjalan dengan baik. Selain itu, orang-orang yang ia pilih untuk menjadi garda terdepan untuk melakukan perbaikan telah bekerja dan berusaha untuk memberikan yang terbaik.Melihat hal tersebut, Maman menemukan komposisi yang tepat untuk mengisi sejumlah jabatan penting jika saatnya proses pengalihan jabatan manajer itu terjadi. Ia tahu mana orang yang bisa ia percaya setela

  • LIKA-LIKU HIDUP MAMAN   Bab 75

    Keesokan harinya, Maman hari ini tidak langsung menuju ke tempat kerja, ia ingin bertemu dengan Pak Sumardi.Maman saat ini telah sampai di halaman rumah Pak Sumardi. Suasana di situ terasa lengang, tak ada orang yang terlihat berada di luar rumah. Maman menyimpulkan Pak Sumardi belum mencari pembantu dan tukang kebun yang baru.Maman mengetuk pintu rumah tersebut tiga kali, ia menunggu seseorang dari dalam membukakan pintu. Setelah merasa tak ada respon, Maman kembali mengetuk pintu. Lagi-lagi belum ada pergerakan dari dalam.Apakah terjadi sesuatu pada pasangan suami istri itu?.Harusnya mereka aman sekarang?.Maman merasa khawatir, ia segera menuju ke arah samping rumah dan menyusurinya. Seingatnya ada pintu penghubung di arah samping menuju ke dapur.Saat ia menemukan pintu itu, ia memutar kenop pintu, ternyata terkunci dari dalam. Dalam hati Maman semakin gelisah, seharusnya Pak Sumardi dan istri ada di rumah saat ini."Maman? Aku kira penjahat!."Mendengar suara itu, dengan refl

  • LIKA-LIKU HIDUP MAMAN   Bab 74

    Haris mengerang dengan keras, tamparan Maman kali ini rasa sakitnya lebih besar terasa.Wajah Haris terlihat semakin membengkak.Maman berkata dengan dingin. "Aku tidak segan-segan menamparmu lebih keras lagi. Apakah kau masih bisa bertahan menahan sakitnya?."Haris tahu saat ini pertahanannya semakin rapuh, ia sendiri tidak yakin pada kemampuan tubuhnya untuk menahan rasa sakit yang lebih jika Maman menamparnya semakin keras. Mau tak mau ia harus menyerah. "Baiklah aku akan katakan yang sebenarnya."Maman menatap tajam ke wajah Haris sambil menarik paksa rambut pria itu ke arah belakang. "Katakan segera!."August yang sedari tadi hanya berdiri menyaksikan Maman menginterogasi Haris ikut membentak. "Jangan buang-buang waktu, cepatlah!."Haris semakin pucat, kedua pria yang membentaknya itu sama-sama hebat. Ia tak akan bisa melawan mereka meskipun punya kesempatan. "Aku...aku yang memberikan jalan pada para penculik itu masuk ke rumah."Mendengar penjelasan Haris, Maman semakin tajam m

  • LIKA-LIKU HIDUP MAMAN   Bab 73

    Pak Rudi merasa cemas, bagaimanapun hal seperti ini tak pernah ia prediksi. "Keadaan semakin gawat, kita bisa jatuh dengan cepat." Kata Pak Rudi dengan nada bergetar.Semua petinggi keluarga yang hadir saling berpandangan, mereka jelas memahami situasi saat ini namun tak satupun yang punya ide untuk mengatasi hal tersebut.Sudah sejak lama mereka menikmati semua kemewahan yang didapatkan dari sejumlah proyek. Berbagai trik digunakan untuk mendapatkan keuntungan dari mempermainkan dana proyek.Kemewahan itu sebentar lagi akan lenyap jika mereka tak bisa mengembalikan keadaan. Ketika para investor mundur maka mereka tak punya lagi kekuatan untuk menjalankan proyek yang sedang dikerjakan oleh Pratama Grup. Mereka tidak siap untuk mengalami kejatuhan saat ini.Pak Rudi menatap tegas ke arah para petinggi keluarga. "Kalian semua harus membantuku untuk berpikir, jika ada yang mempunyai ide segera katakan sekarang!."Saat mendengar perintah Pak Rudi, para petinggi keluarga itu kemudian sali

  • LIKA-LIKU HIDUP MAMAN   Bab 72

    Maman kemudian mengeluarkan ponselnya, ia harus segera menghubungi Pak Suryawan. "Halo Maman, Bagaimana?." Tanya Paman Suryawan di ujung telepon."Aku mau bertanya Paman, apa sudah ada petunjuk tentang siapa yang berada dibalik penculikan Pak Sumardi?.""Menurut informanku, beberapa anak buah Gordo semalam berencana menculik seseorang." Jawab Pak Suryawan. "Kemungkinan besar itu adalah Pak Sumardi."Gordo? Mendengar nama itu Maman langsung teringat dengan apa yang diinfokan Odie tadi siang. "Gordo ini merupakan pemasok bodyguard sekaligus penyedia orang-orang yang bisa melakukan pekerjaan kotor untuk Pratama Grup." Sambung Pak Suryawan."Berarti cocok dengan dugaanku." Balas Maman. "Karena lokasi Pak Sumardi disekap ada di pelabuhan yang dipenuhi barang-barang dengan tulisan Pratama Grup.""Kata Pak Sumardi tadi, Paman Suryawan harus segera bertindak." ***Saat ini, di rumah Pak Rudi terlihat para petinggi keluarga sudah hadir. Mereka sedang m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status