Alicia siuman dan hal pertama yang dilakukannya setelah membuka mata adalah menyentuh perutnya dan merabanya pelan lalu mengedarkan pandang. Tatapannya langsung tertuju pada Lucius yang berdiri dengan santai di ujung ranjang, menatap Alicia dengan tajam. Hal itu langsung mengingatkan Alicia pada kejadian sebelumnya.
"Nona Alicia?"
Alicia menoleh ke samping, pada Dokter Hank yang tengah berdiri di sampingnya dan kini tengah tersenyum hangat padanya.
"A-apa yang terjadi?" tanya Alicia.
"Anda pingsan selama tiga belas jam lebih."
Alicia membulatkan mata. "Selama itu?" ucapnya tidak percaya.
"Ya. Anda kekurangan sel darah merah. Sepertinya disebabkan oleh stress dan juga kelelahan. Apa Anda juga sulit tidur saat malam? Itu bisa jadi penyebabnya juga. Tapi tenang saja, Anda akan baik-baik saja setelah beberapa hari istirahat dan perawatan."
"Aku... baik-baik sa
Keesokan harinya, Alicia terbangun tanpa Lucius."Pasti mimpi," gumam Alicia sembari menatap sisi ranjangnya yang kosong. Dia telah tidur dengan sangat nyenyak sehingga berpikir bahwa kejadian semalam hanyalah bunga tidur biasa.Lagipula, pikir Alicia, Lucius tidak mungkin datang padanya di saat dia telah memiliki Nona Gabrielle di sampingnya. Lalu, kenapa dirinya bisa bermimpi seperti itu? Apakah dia terlalu memikirkan sang tuan? Atau mungkin... terlalu merindukannya?Namun apapun alasannya, Alicia senang karena tidurnya semalam sangat lelap sehingga pagi ini dia merasa jauh lebih baik dari kemarin. Walau Alicia merasa sedikit kecewa karena ternyata yang dialaminya semalam hanyalah mimpi."Sepertinya aku terlambat sarapan," ucap Alicia sebelum bangkit dari ranjang dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Alicia ke luar dengan perasaan lebih baik dan langsung menuju ruang makan. D
Alicia akhirnya berhasil sampai di pintu keluar mall. Dia mengedarkan pandang ke sekitarnya, lalu melanjutkan langkahnya menuju parkiran. Di depan Alicia, tiga wanita dewasa berjalan sambil bercengkrama, kemudian sesuatu jatuh dari salah satu wanita itu. Alicia segera memungutnya, sebuah gelang silver yang sepertinya terlepas dari lengan si pemakai."Maaf, Nyonya," Alicia memanggil.Ketiga wanita itu sontak berbalik.Alicia terpaku, menatap wanita yang berdiri di tengah.Mama."Ya, ada apa?""Eh? Gelang itu..."Alicia buru-buru menyadarkan dirinya. "Ya, gelang ini jatuh, saya berniat untuk mengembalikannya.""Ya ampun, terima kasih.""Marie, kenapa gelangmu bisa jatuh seperti itu?""Iya, sebelumnya aku ragu-ragu untuk memakai ini karena dia agak sedikit longgar di tanganku.""Syuk
Mereka telah kembali dari kekacauan yang terjadi di gang, meninggalkan Robert sekarat di sana. Keduanya sama-sama membisu di dalam mobil yang dikemudikan Lucius sendiri. Pria itu mengenakan setelan berwarna hitam seperti biasa, tampan dan misterius seperti biasa. Sedang Alicia merasa dirinya begitu kacau dan kotor. Banyak yang telah terjadi dalam satu hari ini, Alicia merasa begitu lelah. Tapi dia tahu semuanya belum selesai, ada beberapa hal yang masih membuatnya bertanya-tanya."Kau meninggalkanku," kata Alicia. Dia mendengar Lucius mendengus. "Kenapa kau melakukannya?" lanjut Alicia pelan. Dia tidak berani menatap Lucius sehingga tatapannya hanya lurus ke depan."Kenapa kau kembali?" Lucius bertanya balik."Ehh?" Alicia sontak menoleh dan menatapnya tidak mengerti.Lucius meliriknya sekilas. "Aku memang meninggalkanmu dengan sengaja."Alicia menahan rasa pedih di dadanya dengan bertanya
Setelah sesi percintaan yang panjang, Alicia tertidur selama berjam-jam dan akhirnya terbangun saat sore hari. Dia melihat Lucius tengah duduk di dekat jendela, laptop di hadapannya bersama secangkir kopi. Biasanya Alicia menggunakan meja dan kursi itu untuk makan, dia tidak pernah menganggapnya penting. Tapi ketika melihat Lucius duduk di sana, Alicia melihat keindahan yang tidak dia sangka. Rambut hitam Lucius tertiup angin, wajahnya diterpa sinar oranye pucat sore hari yang dingin, bayang-bayang dari dedaunan hias bermain di kemeja putih yang dikenakannya, mata yang tajam itu terfokus pada layar laptop. Alicia berpikir, bahwa Lucius pasti sangat menggemari pekerjaannya. Dia benar-benar bekerja keras untuk itu. Dan Alicia tidak bisa mengalihkan pandangnya untuk beberapa saat."Kau sudah bangun," suara Lucius kemudian mengejutkan Alicia.Alicia langsung mengalihkan pandang dan menjawab dengan gugup, "Y-ya."Lucius bangkit
Alicia benar-benar berpikir bahwa semalam dia berbicara dengan Lucius di dalam mimpinya, bukan dengan Lucius yang asli. Dan sekarang Alicia tidak tahu harus berkata apa. Kata-kata semalam datang dari alam bawah sadarnya. Dan orang bilang bahwa kejujuran berasal dari sana.Membuat Alicia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah benar itu yang sebenarnya aku inginkan?Lucius kemudian menegakkan tubuhnya lagi. "Waktumu habis," katanya. Nada suaranya terdengar muram. Dan Alicia menyadari itu, namun dia tidak tahu alasannya. Apa Lucius meragukan ucapannya?Ketika Lucius berbalik dan hendak pergi, Alicia memanggilnya dengan pelan, berkata, "Apakah boleh?"Lucius langsung menghentikan langkahnya. Alicia tahu Lucius menunggunya lanjut berbicara, maka dengan susah payah Alicia pun mengeluarkan kata-kata yang sempat menyangkut di tenggorokannya,"Apakah aku boleh tinggal?"
"Don't blame him." Gabrielle yang muncul di belakang Alicia berkata."Kenapa?" tanya Alicia.Gabrielle melangkah mendekatinya, mengangkat tangannya dan menangkup wajah Alicia, ibu jarinya mengusap air mata yang jatuh ke pipi gadis itu.Alicia langsung menjauh dan mengusap wajahnya sendiri, dia tidak sadar telah menangis."Gadis yang kau lihat tadi, adalah seorang pengkhianat. Ketika Lucius mengurungnya di sana, dia telah menolak untuk makan hingga mati kelaparan, jadi itu salahnya sendiri," ucap Gabrielle.Alicia mengernyit. "Jadi maksudmu dia pantas mendapatkannya?"Ekspresi Gabrielle tidak berubah. Alicia sudah bisa menebak jawabannya."Apa kau pernah dikhianati sebelumnya, Alicia? Aku yakin belum, jadi kau mungkin tidak tahu bagaimana rasanya," suara Gabrielle terdengar meremehkan. "Lucius pernah mempercayai gadis itu. Di antara semua perempuan
Karena kepercayaannya pada Fio, Alicia mencoba untuk menenangkan diri dari kecemasan yang tidak menentu. Dia menatap bangunan tinggi di hadapannya dan menahan napas. Kenapa hotel? batinnya.Tidak lama setelah itu, mobil berhenti. Fio membantunya membuka pintu mobil, kemudian keduanya melangkah menuju lobi hotel."Landon meminta bertemu di sini?" tanya Alicia saat mereka berdiri di hadapan meja resepsionis."Ya, Miss," jawab Fio. Alicia memandang ke sekitarnya, entah kenapa dia merasa gelisah. Tapi Landon pasti sangat mempercayai Fio sehingga dia berlaku sampai sejauh ini. Alicia mencoba menduga-duga apa yang sekiranya lelaki itu hendak katakan nanti. Alicia tidak dengar apa yang dikatakan oleh Fio dan si resepsionis, setelah selesai Fio langsung mengajaknya menuju lift.Keheningan menguasai ruang persegi yang sempit itu. Alicia menatap pantulan wajah Fio di dinding lift. Apakah dia gugup ketah
"Kau sudah menemukannya, Ben?" Lucius menunduk di belakang Benjamin yang tengah melakukan sesuatu di layar komputer di hadapan mereka."Ya, Sir!" Ben menjawab yakin. "Mereka ada di Bandara sekarang.""Bandara? Untuk apa dia pergi ke Bandara sekarang?""Hanya ada dua tiket, Sir. Alarick hanya mengirim istri dan putranya pergi."Lucius lantas tahu yang hendak Alarick lakukan. Pria itu sengaja menjauhkan istri dan anaknya, berharap dengan itu keselamatan mereka menjadi lebih meyakinkan. Lucius tidak tahu apakah Alarick melakukannya karena dia masih meremehkan Lucius atau justru sebaliknya?"Hm..." Lucius menggumam."Apa yang hendak Anda lakukan sekarang, Sir?" tanya Ben penasaran.Mata Lucius tertuju pada foto Adrian Lucero dan Marie Lucero yang tengah bergandengan tangan memasuki bandara, lalu tatapan Lucius hanya tertuju pada Adrian Lucero seorang. Entah ke