Red sebagai pelayan Laura yang setia membawa banyak buku untuk dibaca nonanya di sela terkurung di dalam kamar, Laura tampak sudah jenuh karena ia sudah seharian berdiam diri di kamarnya."Red, aku tidak bisa berdiam diri di sini saja, ini benar-benar membosankan! Bisakah kau membawa aku pedang atau belati? Atau tongkat apa pun itu! Aku akan melenturkan tubuhku untuk melatih diriku kembali," tutur Laura."Melatih apa? Memangnya kau ini bisa bertarung?" ejek Red yang meremehkan Laura."Inilah salah satu rahasiaku! Aku pandai berkelahi, itu sebabnya bekas luka di tubuhku muncul."Red mengingat bekas luka sebelumnya di tubuh Laura, ia menatap nonanya."Benarkah?"Tampaknya Laura harus membuktikan dirinya pada pelayan yang sudah meremehkannya ini, sudah lama ia tidak menggerakkan tangannya untuk berlatih dan bertarung, ia menarik bawahan rok yang menutupi kakinya itu dengan satu kali tarikan merobeknya. Batas betisnya menjadi batas robekan gaun yang dia pakai. Red terkejut melihat nonanya
"Yang Mulia apa kau mencintai Astra?" tanya Laura. Stefen mengernyit heran mendengar Laura yang tiba-tiba mengatakan hal itu padanya."Tidak, tapi kenapa kau menanyakan hal itu?" "Apa aku tidak boleh bertanya seperti itu?" Bukannya selama ini Astra adalah wanita yang paling dekat denganmu? Sekutumu satu-satunya yang telah membuatmu berhasil menduduki kekaisaran? Bagaimana bisa tidak ada perasaan sedikit pun? Apa ia seorang pembohong dan seorang pria hidung belang? Batin Laura.Terdiam dalam pemikiran sejenak itu, ia melihat Stefen bersuara rendah yang sangat jarang terjadi dan dia terlihat sedih."Bisakah kamu menghentikan hukumanku? Aku sudah tidak tahan berdiam sepanjang waktu di kamarku," pinta Laura memecah keheningan, Stefen langsung tersadar dan menegakkan pandangannya kembali."Kau pikir aku tidak punya alasan mengapa aku melakukan hal ini? Itu yang terbaik untukmu. Aku pasti akan menemukan orang yang telah mengirimkan surat itu," tuturnya."Kamu sedang menyelidikinya? Kamu p
Langit malam mendadak penuh dengan suara-suara, binatang serigala, katak dan jangkrik tiba-tiba berisik bersamaan mengisi kesunyian, angin pun tak berhenti berhembus dengan gerakannya yang begitu kencang, malam yang menakutkan membuat pohon tinggi yang berimbun daun pun berjatuhan dalam kondisi yang tak sepatutnya, aura sihir tinggi seorang wanita yang sedang mengeluarkan kekuatannya membuat malam kemarau yang seharusnya sunyi tenang menjadi berisik penuh dengan ancaman, siapa yang tidak tau jika semua yang bisa melakukan hal itu adalah Lady Astra Caroline. Para pengawal merasa tubuhnya begitu kedinginan dan ketakutan dengan suasana malam yang tampak berbeda ini, mereka terus mencoba menggosokkan tangannya dan sesekali mengosok tubuhnya untuk membuat sensasi kehangatan.Masing-masing dari kediaman Laura, Red dan dirinya sudah tertidur pulas. Namun sebuah hembusan angin yang kencang membuka selimut Laura."Ah," pekik Laura.Laura terkejut karena selimutnya terjatuh. Ia memperhatikan sek
Senyuman Astra yang begitu senang bertemu dengan Laura bagaikan seorang pemburu yang berhasil menangkap mangsanya, mangsanya yang begitu langka. Untuk pertama kalinya, Laura melihat tatapan mata bersinar hijau di wajah Astra, kecantikannya seolah memudar dan berganti menjadi seorang wanita menakutkan dengan auranya. Debaran jantung Laura berjalan cepat, ia merasa ajalnya akan datang hari ini karena selama ia bersama Astra, ia tidak pernah melihat sosok Astra yang sebenarnya seperti ini berubah dengan wujud aslinya.Dari mana datangnya mata bersinar itu? Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya, gumam Laura dalam hati.Astra tak pernah berhenti bergerak untuk mendekati Laura dengan wujud aslinya, sementara Laura memikirkan cara untuk bertahan."Kenapa kau menghindariku? Kau takut? Beraninya kau keluar dari penjara bawah tanah, apa kau memberikan tubuhmu untuk membujuk Stefen dan melepaskanmu?!" teriak Astra.Perkataannya bagaikan dejavu bagi Laura, ia menjadi ingat masalah surat dan sema
Mendengar kalimat Stefen yang akan menikahi Astra membuat Laura tak percaya bercampur kecewa, sementara Stefen menunggu untuk melihat ekspresi wanita itu. Namun seketika dia tersadar jika Laura tampak tak senang dengan apa yang ia katakan."Kau sungguh tak tau malu, ya?!" teriak Astra.Laura menatap Stefen dengan pandangan yang menunjukkan kebencian seolah Stefen mengerti isi dari pikiran wanita itu dengan berbicara 'kau sungguh tak bisa dipercaya!' Ia pun menundukkan kepalanya dengan perasaan malu setelah melihat ekspresi Laura yang kecewa, tak berangsur lama Laura memilih pergi kembali ke kamarnya, ia menutup pintu dengan sangat keras membuat Stefen dan Astra terkejut dengan menutup mata mereka.Jika kau sungguh menolakku, kenapa kau marah dengan pernikahan politikku? Apakah kau mulai tertarik padaku? Pikir Stefen dalam hati sembari menatap pintu kamar Laura.Dibalik pintu kamar, badan Laura luruh terjatuh ke lantai, mendengar kesaksian bahwa Stefen akan melanjutkan pertunangannya d
"Kenapa, kenapa aku diperlakukan seperti ini?” tanya seorang wanita dalam hati. Ia merasa aneh kali ini karena diperlakukan sangat berbeda, tidak ada cambukan, tidak ada perintah menjadi pelayan, justru dirinya diurus seperti seorang putri. Bukankah dirinya ini tidak berharga? Karena dia hanya seorang budak. Beberapa Jam kemudian, persiapan wanita itu selesai. Dia telah didandani dengan cantik, memakai gaun berwarna biru yang indah senada dengan rambutnya. Lalu, para pelayan membawanya pergi menuju istana kekaisaran, hingga sampai di depan pintu kaisar. "Yang Mulia, dia sudah datang," ujar pengawal yang berdiri di depan pintu kaisar. "Bawa dia masuk!" teriak kaisar. Pengawal langsung membukakan pintu kamar kaisar mempersilahkan wanita itu untuk segera masuk. Pria tinggi yang disebut kaisar itu sedang menatap luar dari jendela kamarnya, rambut berwarna hitam sedikit panjang, alisnya terlihat sangat lentik dan tebal. Lalu matanya berwarna coklat yang memikat, siapa pun yang melihat
Sehari sebelum pertemuan mereka kembali. Dalam aula pertemuan rapat kerajaan, antara para penasihat dan para tetua serta para bangsawan terkemuka yang selalu diadakan setiap awal bulan.“Yang mulia, Kapan Anda akan menikah?” tanya seorang tetua. Pertanyaan ini sudah yang keempat kalinya.“Menurutku, aku masih terlalu muda, apa hari ini hanya membahas hal ini lagi?!” tanya Stefen kesal. Semuanya menundukkan kepalanya setelah mendapatkan tatapan tajam Stefen, terkecuali duke dari Nest.“Tentu saja, Anda tidak akan perlu memikirkan pernikahan, Anda bisa memiliki para wanita dengan mudah dan aku selalu mencari para wanita elit untuk menghiburmu,” ujar duke tua dengan senyum licik. Bagi Stefen, duke dari Nest selalu berusaha mengambil hatinya dengan mendatangkan wanita untuk melayaninya.“Meskipun kau telah berusaha, aku tidak pernah tertarik dengan wanita yang kau pilih, mereka hanya alat pemuas nafsu sesaat.”Meskipun beberapa kali aku pernah bermalam dengan beberapa wanita yang dikirim
Meskipun wanita dihadapannya ini bisu. Stefen tidak merasa jijik, justru ia memasang wajah senang berharap si wanita itu adalah seseorang yang sangat dia rindukan.'Jangan melihatku seperti itu!' tiba-tiba Laura teringat kembali perkataan dan wajah Stefen di masa lalu. Laura menolehkan kepalanya ke arah lain."Kenapa kau menolehkan kepalamu?" tanya Stefen sembari menarik kembali dagu Laura untuk menatapnya kembali.Bukannya kamu membenci tatapanku seperti ini? Kenapa kamu sekarang seperti ini? gerutu Laura dalam hati."Pasti sulit sekali mendapatkan orang seperti ini," gumam Stefen."Hah?" Laura bingung dengan perkataan Stefen. Sikap Stefen yang seperti ini tidak pernah terlihat di masa lalu. Stefen yang selalu tegas dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Mengapa dia bisa selembut ini sekarang?"Usaha si duke benar-benar patut dipuji," terang Stefen.Stefen merasa bahagia jika wanita yang ada di depannya memang benar-benar Laura. Bahkan ia mencoba mengelus kedua tangan dan kakinya y