Morin sedang menemani kedua adiknya bermain puzzle sambil meratap. Sudah satu minggu lebih sejak omnya pergi ke London dan omnya tidak mengabarinya sama sekali. Apa masalahnya sangat besar ya hingga omnya terlalu sibuk? Dia sengaja tidak mencari omnya karena penasaran apakah omnya akan mencarinya terlebih dahulu? dan ternyata tidak. Hal itu membuat moodnya jelek hampir seminggu ini.“Kak Morin. Pasangannya bukan disana” kata Donika, adik perempuannya yang berusia lima tahun. Anak itu mirip sekali dengan papa, yang mirip mama hanya hidung dan rambutnya saja.Morin memperhatikan adiknya itu sambil memikirkan kalau dia dan om Darius memiliki anak apakah akan mirip seperti Donika? Secara papa dan Om Darius sebenarnya mirip. Mereka terlihat berbeda karena ekspresi mereka, yang satu ramah dan suka tertawa, satunya lagi kurang ekspresi seperti kanebo kering.“Kak Morin bengong terus ih” komplain Donika saat melihat kakaknya diam lagi. “Ka Molin benong teyus ih” Erika mengulang perkataan kak
Hari hari terus berlalu dan tanpa terasa sudah satu minggu lagi terlewat. Morin masih dalam pengawasan ketat walaupun hanya untuk ke sekolah. Dia juga jarang berkomunikasi dengan omnya karena sepertinya omnya sedang sibuk, terkadang dalam satu hari omnya bisa berpindah tiga negara. Jadi mereka hanya sesekali berbalas chat yang sudah pasti sangat tidak memuaskan untuk Morin dan membuat moodnya jelek lagi. Sepertinya dia mempunyai kebiasaan baru, yaitu ngedumelin omnya sebelum tidur. Yang paling malang ada bantalnya yang suka dianggap sebagai pengganti omnya, jadilah si bantal dipukuli dan diomel omelin.Saat pulang sekolah, dia menemukan Diego dan Rose di ruang tamunya. Ternyata pria itu datang untuk pamit karena mau memulihkan diri di salah satu pulau pribadinya. Pria itu membawakan sebuah boneka kelinci berwarna abu untuknya, katanya Darius menitipkan boneka untuknya. Morin sedikit bingung tapi dia tetap menerimanya. Tapi yang membuatnya lebih bingung adalah Rose yang masih mengikut
“Hei muka datar. Kemana pemilikmu? Tidak pernah menelepon. Bahkan dia memberikan boneka dengan wajah sama kakunya dengan dirinya”“Tahu tidak, aku kan kangen. Bahkan mendengar suaranya sebentar saja sudah cukup”“Awas saja jika nanti bertemu lagi. Akan kubuat dia tidak bisa jauh jauh dariku. Kalau perlu aku cari dukun pelet paling ampuh! Ki Gandang kek, Ki Jojo kek, atau si Eang Bubur yang udah aki aja bininya puluhan. Kalau satu resep takut kurang karena si om terlalu kaku, sekalian kupakai tiga resep sekaligus. Pasti manjur!” Dasar bego! lu pikir ke dokter apa dapetnya resep? Lagian lu mau melet atau bunuh orang? Bisa mati si om dikasih tiga dosis pelet, beda empunya pula! Begitulah kira kira kalau si kelinci bisa jawab.Morin masih sibuk mengumpati omnya sambil terus menyentil boneka kelinci abu malang itu tanpa dia ketahui kalau di mata kelinci itu ada kamera yang merekam kegiatannya sejak tadi dengan kualitas gambar HD terbaik, bagian dalamnya ada lapisan waterproof sehingga tah
Adrian Lewis mengantar Morin kembali ke rumah jam lima sore, dimana jam enam sore Morin sudah akan berangkat untuk makan malam dengan dengan keluarganya. Adrian menyempatkan diri untuk bertegur sapa lagi dengan Donny dan Monika sebelum pamit.Morin langsung masuk ke kamarnya setelah pria itu pulang. Dia mandi dan berganti pakaian untuk pergi makan bersama keluarganya. Saat dia duduk di meja rias untuk berdandan, dia menyadari ada sebuah kotak perhiasan cantik berwarna hitam. Dengan penasaran dia membuka kotak itu, berpikir kalau ayah atau ibunya memberikannya hadiah lagi. Dia terdiam saat melihat cincin di dalam kotak itu. Di dalam kotak itu ada sebuah cincin berlian solitaire, di cincin itu ada ukiran namanya dan tanggal ulang tahunnya, dengan sebuah kartu bertuliskan selamat ulang tahun.Otaknya langsung memutar memori saat dia meminta cincin sebagai hadiah ulang tahunnya. Ternyata omnya ingat permintaannya.“Iya. Cincin sebagai hadiah ulang tahunku dari om, yang harus om pilih send
“Mungkin kak Darius mengutak atik cctv agar pelakunya tidak terlihat” kata Eloisa. Dia teringat kemampuan Darius yang luar biasa saat dulu saat berhasil menunjukkan rekaman cctv yang sudah dihapus, yang menunjukkan kalau Darren tidak pernah menyentuh mantan pacarnya itu.Dan sepertinya jawaban ELoisa memuaskan rasa penasaran semua orang yang memang berpikir kalau Darius bisa melakukan hal itu.“Tapi untuk apa om melakukan hal itu?” tanya Morin yang masih bingung.“Mungkin dia mau memberikan kejutan untukmu” kata Darren yang membuat wajah Morin cerah seketika.“Begitukah?” tanya Morin dengan mata penuh harapan yang membuat Darren mati kutu. Ini dijawab iya dan tidak sepertinya tidak ada yang benar.
Jeritan Morin membuat Donny dan Monika yang baru saja mau memulai aktivitas malam mereka langsung membatalkan niatnya dan kembali menggunakan pakaian. Donny membuka pintu tepat saat Morin sedang berlari ke kamarnya dan langsung menghambur padanya.“Papa, bonekanya Om Darius ada hantunya!” pekik Morin ketakutan.Donny dan Monika mengerutkan alis mendengar penjabaran tidak masuk akal Morin.“Morin, tenang dulu ya. Cerita pelan pelan ada apa?” tanya Donny.“Bonekanya Om Darius bisa jalan sendiri” jawab Morin sambil gemetar di pelukan ayahnya. Donny semakin mengerutkan alisnya.“Ayo sini dulu, cerita pelan pelan” Donny menarik pelan Morin menuju sofa yang ada di kamar itu. Monika keluar untuk meminta teh hangat diantarkan ke kamarnya.“Tadi aku kan mau tidur dan memeluk si muka datar. Terus aku merasa ada yang berbeda dari dia” Morin mulai bercerita.“Si muka datar?” Donny semakin bingung.“Itu nama boneka kelinci yang diberikan Om Darius” jawab Morin. Donny menganggukkan kepala. Dia baru
Darius langsung membuka laptopnya dan mengecek cctv di rumah Donny dari pagi. Dia menggertakkan giginya saat melihat Adrian Lewis memegang dan mencium tangan Morin saat pria itu melamar Morin. Rasanya dia ingin meninju layar laptopnya saat melihat wajah Morin yang merona karena Adrian Lewis. Dia bahkan bisa mendengar percakapan ketiga orang di layar laptopnya saat Donny datang. Dia bisa melihat kalau memang Morin yang menyetujui pendekatan Adrian Lewis. Dia lalu mengecek kemana Morin dan Adrian Lewis pergi dengan pelacak yang digunakan Morin, bahkan dia meretas cctv di taman hiburan. Emosinya semakin naik melihat tawa cantik gadis itu diberikan pada Adrian Lewis.Dia mulai berpikir apakah pada akhirnya Morin juga seperti Fiona yang berpaling darinya karena merasa tidak diperhatikan? Apakah semua wanita seperti itu?Darius diam dan terus melihat layar monitor itu dengan perasaan berkecamuk. Sampai saat Morin masuk kembali ke kamar setelah pulang dari makan malam, dia mengganti rekaman
Sekarang Morin dan Darius sedang saling memelototi, tepatnya Morin yang memelototi omnya, karena Darius masih menatapnya dingin.“Aku akan menikahimu” kata Darius tiba tiba.“Karena?” Morin melirik sinis omnya. Melihat wajah datar omnya, rasanya dia yang gila kalau berpikir omnya akan berkata mencintainya.“Sekarang” kata Darius lagi mengabaikan pertanyaan Morin yang membuat mata Morin terbelalak.“Hah?!” “Aku akan bicara pada mama” kata Darius lagi sambil berbalik. Berniat melaksanakan perkataannya. Morin langsung berlari dan menghalangi jalan omnya.“O-om mau a-apa?” tanya Morin panik. “Mengatakan pada mama untuk menyiapkan pernikahan kita” jawab Darius.“Ihhhh… tidak mau! Aku kan belum bilang aku mau menikah dengan om!” bantah Morin.“Kamu sudah mengatakan itu padaku selama hampir tujuh tahun” kata Darius.“Aku sudah bilang kalau aku mau menikah jika om mencintaiku. Titik! Ga pake tawar dan koma!” komplain Morin. Dia semakin cemberut, omnya kenapa bebal sekali sih, ngebet