Sekarang Morin dan Darius sedang saling memelototi, tepatnya Morin yang memelototi omnya, karena Darius masih menatapnya dingin.“Aku akan menikahimu” kata Darius tiba tiba.“Karena?” Morin melirik sinis omnya. Melihat wajah datar omnya, rasanya dia yang gila kalau berpikir omnya akan berkata mencintainya.“Sekarang” kata Darius lagi mengabaikan pertanyaan Morin yang membuat mata Morin terbelalak.“Hah?!” “Aku akan bicara pada mama” kata Darius lagi sambil berbalik. Berniat melaksanakan perkataannya. Morin langsung berlari dan menghalangi jalan omnya.“O-om mau a-apa?” tanya Morin panik. “Mengatakan pada mama untuk menyiapkan pernikahan kita” jawab Darius.“Ihhhh… tidak mau! Aku kan belum bilang aku mau menikah dengan om!” bantah Morin.“Kamu sudah mengatakan itu padaku selama hampir tujuh tahun” kata Darius.“Aku sudah bilang kalau aku mau menikah jika om mencintaiku. Titik! Ga pake tawar dan koma!” komplain Morin. Dia semakin cemberut, omnya kenapa bebal sekali sih, ngebet
Darius tiba di rumahnya satu jam kemudian dan langsung melempar dirinya ke kolam renang, berusaha berenang agar menurunkan efek obat perangsang yang sudah mulai menyerangnya lagi. Di tempat parkir tadi dia langsung mendorong Fiona dengan kasar dan menyalakan mesin mobilnya, dia lebih memilih kecelakaan daripada masuk jebakan mantan tunangannya itu. Setengah mati dia menyetir dengan kondisi mata yang terasa berkabut, memaksakan otaknya untuk konsentrasi disaat bayangan Morin dengan baju minim berseliweran di matanya, beberapa kali dia hampir kecelakaan hingga sekitar lima belas menit kemudian efek dari obat pereda nyeri yang dia minum mulai bereaksi untuk menurunkan efek obat perangsang itu. Dia tahu waktunya mungkin hanya setengah hingga satu jam sebelum efek obat perangsang itu mulai menggila lagi.Setengah jam kemudian Darius keluar dari kolam renang dan bergegas menuju kamarnya untuk mengunci diri di dalam kamarnya itu, karena otaknya mulai menyuruhnya untuk ke rumah Donny dan men
Di pagi hari kepanikan terjadi karena semua orang menyadari kalau Morin berada di dalam kamar bersama Darius dan pintu kamar Darius terkunci, bahkan ponsel pria itu ada diluar kamar. Keributan dimulai saat Morin tidak kunjung pulang, padahal jika menginap di rumah Rosaline di hari sekolah, gadis itu akan pulang jam enam pagi untuk bersiap ke sekolah. Namun sekarang sudah jam setengah tujuh dan mereka semua berada di depan kamar Darius, sedang menggedor pintu kamar Darius. Dari rekaman cctv, mereka tahu kalau Morin tidur di kamar Darius, masalahnya adalah beberapa jam kemudian Darius pulang dan tidak ada yang keluar dari kamar itu sampai sekarang. Dan mereka semua tahu kalau Darius sudah terkontaminasi virus Morin dalam skala akut dan sangat berbahaya jika mereka menghabiskan malam bersama di satu kamar.Darius terbangun karena suara berisik di depan kamarnya dan hal pertama yang dia lihat adalah kepala yang tertidur di lengannya. Tubuhnya menegang saat ingatan semalam muncul, dia ber
Morin terus mengurung diri di kamar, dia bahkan tidak mau sekolah. Dan Darius dilarang oleh semua orang untuk menerobos masuk ke kamar gadis itu. Pelayan hanya boleh meletakkan makanan di depan pintu kamar gadis itu, yang sesekali akan dimakan oleh Morin.Sedangkan Darius mulai kembali bekerja dari Indonesia. Dia tidak bisa meninggalkan Morin dalam kondisi seperti ini. Setiap hari dia akan mampir ke rumah Donny untuk mencoba bicara dengan gadis itu, namun Morin tidak pernah mau bicara dengannya.Dia pergi sekali ke London untuk menghadiri meeting tahunan yang memang sudah diatur sejak dua bulan lalu dan langsung kembali ke Indonesia begitu urusannya disana selesai.Morin akhirnya keluar dari kamar hampir dua minggu kemudian. Tubuhnya kurus dan wajahnya muram. Dia duduk di meja sarapan dan berkata ingin pergi ke sekolah. Donny dan Monika tidak melarangnya. Hanya menyuruhnya memberitahu jika tubuhnya kelelahan karena hanya makan sedikit selama dua minggu ini.“Aku baik baik saja, mama p
Darius baru saja melempar laporan ke atas meja. Suasana di ruangan meeting itu semakin mencekam saat Darius menatap pria yang membuat laporan itu. Selama sebulan ini hidup karyawan disana sudah seperti di neraka. Darius mempercepat deadline mereka dalam semua hal yang membuat mereka bekerja semakin keras, karena selama ini kerjanya juga sudah berat.“Ini kedua kalinya bulan ini anda membuat laporan yang tidak lengkap. Sekali lagi saya terima laporan semacam ini, angkat kaki anda dari sini” kata Darius.“Maafkan saya Pak. akan segera saya bereskan” jawab pria itu panik. Darius melirik semua peserta meeting.“Saya tidak terima kesalahan dalam bentuk apapun” katanya final sebelum dia berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan meeting. Setelah pintu ditutup, barulah mereka bisa bernafa
Morin membuka matanya dan menyadari kalau dirinya berada di ruang perawatan. Dia menoleh dan melihat ayah dan ibunya yang sedang mengobrol dengan omah dan opah di sofa. Ternyata dia ada di rumah sakit, awalnya dia pikir dia berada di UKS sekolahnya.Tidak lama dia mendengar suara pintu diketuk dan dokter masuk bersama perawat. Dokter langsung menghampiri ranjangnya.“Anda sudah sadar nona Morin. Bagaimana perasaan anda? Apakah ada yang sakit?” tanya dokter. Pertanyaan dokter membuat semua yang di sofa segera menghampiri ranjang, mereka baru menyadari kalau Morin sudah sadar.Morin menggeleng, karena memang rasanya tubuhnya masih lemas, jadi bicara juga malas.“Morin bagaimana keadaan kamu, sayang? Kamu terlalu memaksakan diri belajar hingga pingsan begi
“Kau harus membantuku membuat ide brilian, Sissy” kata Morin dengan nada berkomplot sambil menarik tangan Sissy untuk segera duduk di sisinya.“Memang kau mau apa, Morin?” tanya Sissy penasaran.“Kita harus membuat Om Darius menyadari perasaannya padaku dan mengatakan kalau dia mencintaiku” kata Morin serius.“Hah?! Apa kepalamu terantuk saat kau pingsan tadi siang?” tanya Sissy sambil memegang kening Morin.“Aish. Serius ini. Tadi omah, opah, papa dan mama bilang kalau Om Darius sebenarnya mencintaiku, hanya saja dia lola, jadi ngak ngeh ngeh. Gitu loh” kata Morin sambil menepis tangan Sissy.“Lah, biasa kan kau buat ide sendiri kalau urusan si om” kata Sissy.“Aduh, Waktunya mepet sekarang! Kalau kandunganku semakin besar, nanti mereka pasti memaksaku segera menikah” jawab Morin.“Apa?!” jerit Sissy sambil berdiri seakan dia baru menduduki paku. Dia melotot pada perut rata Morin yang tertutup selimut.“Itu.. itu… ada baby disitu” kata Sissy sambil menunjuk perut Morin dan Morin meng
Dua minggu kemudian…“Kau yakin si om ga akan membunuhku?” tanya Albert untuk kesekian kalinya.“Gaklah. Nanti setelah om datang, kamu berdiri di belakangku saja” jawab Morin yang juga sedang nervous. Ayahnya sudah mengirimkan undangan pernikahannya satu minggu lalu, tapi sampai sekarang omnya tidak kunjung muncul. Dia bahkan sudah didandani seperti pengantin sungguhan. Tidak mungkin omnya tidak datang kan? Nanti kalau pendeta beneran menikahkan dia dengan Albert bagaimana? Itu dokumen semua sudah atas nama dirinya dan si om loh, kalau kalau nanti dia memang harus langsung menikah setelah si om menyatakan perasaannya. Padahal dia berharap si om datang sejak papa mengirimkan undangan pernikahannya. Tapi koq malah ga ada kabar sampai sekarang yang membuat dirinya jadi pengantin begini? Apa mungkin perkiraan keluarganya salah? Ternyata si om sudah lupa pada dirinya? Ih amit amit, jangan sampai deh!Rosaline dan Monika masuk ke dalam ruang tunggu pernikahan di gereja dan melihat Morin y