Happy Reading π
Hari yang bahagia, bagi pasangan muda mudi yang akan melangkah ke jenjang pernikahan.
Raisa dan Faisal kini telah resmi menjadi pasangan suami-isteri. Terpancar rona bahagia pada wajah Faisal. Namun berbeda dengan Raisa, yang hanya senyum sekilas saat ada tamu yang memberikan ucapan selamat kepadanya.
Bagi Raisa setelah menikah, dia akan terbebas dari aturan-aturan keluarganya. Gadis yang kini berusia sembilan belas tahun dan berstatus sebagai istri itu bertekad akan bekerja usai menikah. Raisa berpikir, jika dia akan bebas bepergian kemana saja tanpa ada yang melarangnya. Raisa tak pernah berpikir, jika setelah menikah kewajibannya adalah mengurus suaminya.
Selama mengenal Raisa, Faisal memang selalu membebaskan gadis kini telah menjadi istrinya itu berpergian kemana saja. Hal itu karena mereka belum ada ikatan resmi. Faisal selalu menuruti keinginan Raisa pergi kemanapun saat gadis itu memintanya.
Sepasang pengantin itu telah mengikat janji suci. Sang ayah telah menyerahkan anak gadisnya pada lelaki yang kini menjadi suaminya.
Selain bersedih karena berpisah dengan keluarganya, di sisi lain hati Raisa sedang berbunga-bunga. Dia berpikir jika kebebasan akan menanti di hadapannya.
"Kamu bahagia?" tanya Faisal
Raisa hanya menganggukkan kepalanya.
Acara pun usai, Raisa telah di bawa oleh Faisal ke rumahnya. Kamar pemuda yang kini sudah berstatus menjadi suami Raisa itu sudah di persiapkan dengan rapi. Harapan Raisa, mereka akan tinggal berdua dan hidup bahagia. Tetapi sayangnya, Faisal masih tinggal bersama ibu dan adiknya. Serta kakaknya yang sudah menikah dan memiliki anak, tetapi tinggal bersebelahan dengan rumah ibunya.
Harapan Raisa bisa hidup bebas bagai burung terbang pun kandas.
Saat pagi hari adalah waktunya Faisal melakukan pekerjaannya, yaitu mengantarkan koran ke rumah langganannya.
Faisal telah berangkat menunaikan tugasnya yaitu mencari nafkah. Sedangkan sang istri masih tertidur pulas di atas kasur. Dia tidak tega membangunkan sang istri yang masih nyaman dalam mimpinya.
Raisa tidak pernah bangun pagi saat tinggal di rumahnya. Kini dia harus terbangun, karena pintu kamarnya terus di gedor-gedor oleh sang pemilik rumah.
"Ish, berisik banget." Raisa hanya mengangkat sedikit kepalanya melihat pintu kamar yang tadi di gedor-gedor dengan keras entah oleh siapa.
Raisa yang masih lelah, akhirnya dia urungkan untuk bangun dari tidurnya.
Bunyi motor yang di kendarai Faisal, terdengar di depan rumah. Raisa masih asyik tertidur lelap, karena seharian kemarin dia menjadi ratu di acara pernikahannya. Sebenarnya Raisa masih belum mengerti tentang malam pertama. Dia sangat malu saat Faisal membuka seluruh pakaiannya. Maka saat tadi malam mereka tertidur tanpa melakukan aktivitas suami-istri.
Badannya terasa pegal karena harus lama berdiri diacara pelaminan.
Faisal pun membersihkan diri di kamar mandi, karena akan masuk ke kamarnya. Namun terdengar nada panggilan untuk Faisal. Suara itu berasal dari kamar sebelah yaitu ibunya memanggil.
"Sal!" Terdengar suara ibunya memanggil dari dalam kamarnya.
Faisal langsung masuk ke kamar ibunya, usai membersihkan diri. Raisa yang tahu Faisal sudah pulang, langsung bangun dari tempat tidurnya.
Gadis cantik yang kini sudah bersuami itu langsung merapikan kasur yang berantakan. Karena semalam Faisal menggoda sang istri di atas tempat tidur.
Beberapa menit kemudian, Faisal masuk ke kamarnya. Melihat sang istri yang sudah merapikan tempat tidur. Kecantikan yang masih alami terpancar di raut wajah sang istri saat bangun tidur.
Tapi lagi-lagi Faisal kembali teringat akan kejadian semalam. Dirinya belum bisa memasukkan burungnya ke dalam sangkar. Hal itu membuat pemuda yang sangat mencintai Raisa merasa menyesal.
"Kamu sudah bangun?" Tanya Faisal yang melihat Raisa sudah duduk di bangku.
"Sudah," jawab Raisa sambil mengedarkan pandangannya. Dia bingung harus berbuat apa saat dipagi hari, apalagi bukan dirumahnya.
"Kamu bisa masak?" Tanya Faisal sembari duduk berhadapan dengan Raisa.
Raisa hanya menggelengkan kepalanya, karena dia tidak pernah bebenah saat di rumahnya.
Keseharian Raisa hanya membantu ibunya berdagang. Yang mengerjakan pekerjaan rumah adalah ibunya. Karena Raisa selalu di suruh berdagang sayur oleh sang ibu setiap pulang sekolah. Kegiatan itu membuat Raisa merasa jenuh. Raisa ingin seperti teman-teman yang lain, bebas bermain keluar rumah.
Setiap kali temannya mengajak jalan-jalan, alasan Raisa adalah harus menjaga warung sayur ibunya. Pekerjaan itu yang membuat Raisa merasa bosan.
"Baiklah, akan aku ajarkan!" ajak Faisal yang langsung menuntun tangan Raisa.
Faisal mengerti dengan kekurangan Raisa, karena dirinya adalah tempat curhat sang istri kala itu.
Ibunya Faisal mengeluh pada anaknya, kalau istrinya itu harus bisa mengurus suaminya dengan baik.
"Sal, istrimu gini hari belum bangun. Kalau mau tinggal di sini harus ikut aturan sini." Kata-kata itu terlontar saat Faisal di panggil oleh ibunya di kamar.
Faisal teringat dengan pesan saat dia dipanggil kekamar oleh ibunya.
Faisal mengajak sang istri menuju dapur. Dia akan mengajarkan Raisa memasak.
Walaupun Faisal adalah anak laki, dia pandai sekali memasak dan melakukan pekerjaan rumah. Hal itu dilakukan karena tak ingin membebani sang ibu. Sejak ayahnya meninggal, Faisal selalu membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah
Mereka berdua kini sudah ada didapur dan akan membuat sarapan pagi
Faisal melihat magic com, memastikan ada nasi didalamnya.
"Masih ada sisa nasi, kita akan membuat nasi goreng," kata Faisal. Kemudian dia mencari keranjang tempat perbawangan. "Kamu bersihkan bawang putih dan merah serta cabai." Faisal memberikan aneka bawang kepada Raisa.
Silakan like dan berikan komentar mu guys!
Alesha begitu senang berenang bersama Aldo. Tak nampak kecanggungan, yang terlihat hanya keakraban ayah dan anak.Raisa hanya duduk di bangku, mengamati mereka berdua yang sedang bermain di air."Mama, sini," panggil Alesha.Raisa hanya menggelengkan kepalanya, menandakan kalau dia tidak mau."Mama, sini," panggil Alesha yang langsung menghampiri Raisa."Ale, Mama gak bisa berenang," kata Raisa menolak permintaan Alesha.Kemudian Alesha pun menangis histeris, tubuhnya langsung terduduk di lantai. Tangisannya meraung-raung, berharap Raisa mau berenang bersamanya."Baiklah, Mama akan ganti baju dulu," kata Raisa yang langsung meminta petugas hotel mencarikan baju renang untuknya.Setelah Raisa memakai baju renang, kemudian dia menuntun Alesha menuju kolam renang.Di sana sudah ada Aldo yang menunggunya. Alesha melompat, dan Aldo menanggapi di kolam."Hap..." suara Aldo saat menangkap Alesha."Sini, Mah!" panggil Alesha seraya melambaikan tangannya.Raisa mencoba menurunkan kakinya di te
"Keluarga?" cibir Raisa dengan senyum mengejek.Kemudian Raisa langsung membuka pintu jendela dan menuju balkon.Raisa begitu takjub saat melihat lokasi hotel yang sangat dekat dari pintu masuk taman hiburan.Sejenak Raisa memejamkan kedua matanya, menghirup dalam-dalam udara yang berselimutkan awan mendung. Sepertinya cuaca malam ini akan turun hujan, karena tak nampak adanya bintang-bintang.Aldo menghampiri Raisa dan memeluknya dari arah belakang."Ish, lepaskan," berontak Raisa yang ingin melepaskan pelukan Aldo."Shut, jangan berisik, nanti Alesha bangun," bisik Aldo di telinga Raisa. "Nikmati saja suasana malam ini, aku berjanji tidak akan menyentuhmu," ucapnya pelan. Deru napas Aldo sangat terasa di telinga Raisa."Kenapa kau melakukan semuanya padaku?" tanya Raisa dengan ekspresi wajah yang datar menghadap pemandangan di hadapannya."Melakukan apa?" tanya Aldo."Kenapa kau begitu terobsesi padaku hingga membuatku menderita," kata Raisa."Maafkan aku. Saat bertemu denganmu, aku
"Aldo, Raisa menyetujui akan menikah denganmu," kata Arifin."Betul, Pah?" tanya Aldo meyakinkan."Iya, tapi bukan dari lubuk hatinya. Dia melakukannya semata karena ingin membalas budi Papa," kata Arifin, seperti yang dikatakan oleh Raisa."Jadi dia belum membuka hatinya untukku?" tanya Aldo."Iya, aku sudah memberi kau jalan. Sebaiknya kau usaha sendiri untuk merebut hatinya," saran Arifin."Baiklah, Pah. Terima kasih," ucap Aldo bahagia lalu memeluk tubuh Arifin."Ish, jangan begini. Malu dilihat orang," kata Arifin yang langsung mundur dan menjauhi Aldo.Mereka berdua kini sedang di proyek terbaru, karena perusahaan yang mereka miliki kini berkolaborasi menjadi satu.Aldo begitu bahagia saat mendengar Raisa mau dinikahinya. Namun, dia tidak ingin menikah tanpa cinta. Saat ini yang dia pikirkan adalah merebut hati Raisa.Siang ini Raisa sudah bersiap untuk pulang ke rumah karena hari ini Alesha tidak masuk ke sekolah."Raisa, aku ingin bicara," panggil Calantha yang menghampiri Rai
"Johnson, ternyata kau ayah dari Fay?" tanya Arifin."Iya, dan aku sangat beruntung tidak meniduri Alesha saat itu. Dan yang lebih beruntung adalah kini aku memiliki separuh harta milik Alesha, karena itu syarat yang aku ajukan pada Wisnu," ucap Johnson dengan senyum licik."Kurang ajar kau!" emosi Arifin yang ingin memukul Johnson."Papah," panggil Katie."Aku tak sudi anakku didekati oleh anakmu," kata Arifin yang sudah tahu kalau Katie adalah pacar dari Fay."Pah..." ucap Katie sambil menangis, "Aku mencintai Fay." Katie mengungkapkan isi hatinya."Ayo pulang," Arifin menarik lengan Katie dan berjalan meninggalkan Johnson, dan Merlin menyusul di belakangnya bersama Beby."Sebenarnya apa yang telah terjadi?" tanya Raisa yang berada di dalam mobil bersama Alesha."Pak Arifin adalah ayahku, kakek yang menceritakan semuanya. Kini kakekku sudah meninggal, dan dia menitipkan salam untukmu. Dia meminta maaf karena saat kau datang, dia tak memberitahuku. Karena dia tidak ingin aku mendekat
Hari ini adalah hari pertama mereka akan melakukan sesi wawancara di televisi nasional.Berdegup cepat jantung Raisa, karena ini merupakan kali pertama baginya.Ia belum terbiasa dengan kamera yang akan menyorotinya.Alesha dan keluarga Arifin telah bersiap menuju stasiun televisi swasta. Mereka sangat bangga dan juga antusias."Raisa, apa kamu sudah memikirkan jawaban dari semua pertanyaan yang diberikan oleh tim dari televisi?" tanya Merlin sambil mengikatkan rambut Alesha yang panjang."Sudah, Bu," jawab Raisa."Semangat ya, Tan. Jangan gugup," kata Katie menyemangati Raisa."Terima kasih, Katie," jawab Raisa."Bu Isa, nanti panggil aku ya kalau Dedek Ale nakal," kata Beby sambil mencubit pipi Alesha.Terlihat Alesha membalas cubitan dari Beby. Mereka berdua saling mencubit sebagai bentuk candaan.Itulah yang biasa dilakukan Alesha saat bercanda dengan Beby.Mereka sudah sampai di stasiun televisi nasional yang sangat terkenal di Prancis."Ayo kita turun," kata Merlin menyuruh anak
Terima kasih, karena kau telah membantuku," kata Aldo."Aldo, panggil aku Papa," kata Arifin seraya menepuk pundak Aldo."Papa..." ucap Aldo yang langsung memeluk Arifin.Kini ayah dan anak pun kembali dipertemukan. Aldo mengajak Arifin ke rumahnya, memberitahu tentang kenangan ibunya.Aldo bertanya pada Arifin tentang Raisa, dan kini Arifin tidak bisa mengelak lagi.Ternyata anak perempuan yang selama ini bersamanya adalah cucunya. Pantas saja Arifin merasa begitu dekat dengan Alesha."Aldo, Alesha memang anakmu," kata Arifin.Aldo sangat bahagia, dia memang memiliki feeling tentang Alesha."Tapi, Raisa tidak ingin kau mengetahuinya," kata Arifin."Apa alasannya?" tanya Aldo yang penasaran."Raisa sangat membencimu," jawab Arifin."Iya, aku tahu," jawab Aldo dengan wajah yang murung."Dia begitu menderita, sampai memutuskan ingin bunuh diri," kata Arifin."Aku menyesal, tapi aku sangat mencintainya. Entah, wajahnya saat itu selalu terbayang di mataku, hingga aku harus melakukan hal y