Prolog
Namanya Raisa Ekasuci, anak pertama dari tiga bersaudara. Hidup di lingkungan sederhana serta mempunyai orang tua yang terlalu over protective. Kedua orang tua Raisa selalu mengaturnya membuat hidupnya menjadi jenuh.
Seringkali Raisa merasa bosan, karena terus hidup dengan banyak aturan di keluarganya. Padahal gadis berusia delapan belas tahun itu juga ingin bebas, seperti teman-teman sebaya lainnya. Berpergian dan bermain bersama-sama dengan teman-temannya.
Kedua orang tua Raisa tidak pernah mengizinkan anak gadisnya keluar rumah selain kegiatan sekolah. Karena mereka takut jika anaknya mendapatkan pergaulan yang tidak baik.
Karena merasa bosan, akhirnya Raisa mencari cara agar dirinya bisa keluar dari rumah. Gadis polos itu pernah membawa teman laki-lakinya datang ke rumah dan di sambut baik oleh kedua orang tua Raisa. Mereka mempercayakan Raisa kepada pemuda yang diperkenalkan dikeluarganya
Raisa belum paham tentang arti pacaran, walaupun usianya sudah beranjak remaja. Karena saat itu dia hanya memanfaatkan pemuda itu untuk keluar dari rumahnya.
Faisal Irawan seorang laki-laki yang usianya lima tahun lebih tua dari Raisa. Faisal adalah alasan Raisa untuk dapat keluar dari rumahnya karena dia ingin bermain.
Jika Raisa merasa suntuk dan bosan, dia selalu meminta izin kepada kedua orang tuanya ingin menemui Faisal.
Hanya Faisal, laki-laki yang berani berkunjung ke rumah Raisa. Padahal pemuda di daerah rumah Raisa sangat ingin sekali berkenalan dengannya. Namun karena melihat wajah ayah Raisa yang terlihat garang, para pemuda itu jadi pesimis dan takut untuk mendekati Raisa
Faisal adalah pemuda yang di kenal Raisa, saat Raisa main ke rumah teman sekolah di SMA. Saat Raisa sedang bermain kerumah Lina, kebetulan dia berpapasan dengan Faisal.
Sejak saat itu, Faisal sering mengirim pesan dan salam untuk Raisa melalui Lina. Hal itu berlangsung setahun silam, membuat Faisal semakin jatuh cinta kepada Raisa.
Raisa kini sudah menyelesaikan pendidikannya. Dia bahagia, karena akan melamar pekerjaan dan mempunyai penghasilan sendiri. Dengan begitu, Raisa bisa bebas berpergian kemana saja.
Awal mula kisah
Saat pulang sekolah usai mengambil ijazah, Raisa di jemput oleh Faisal.
"Selamat, ya! Kamu sudah lulus sekolah." Faisal memberikan ucapan kepada kekasihnya. Walaupun sebenarnya Raisa tak pernah menganggap pemuda itu adalah kekasihnya.
Faisal hanya pelariannya karena ingin bebas bermain keluar rumah.
Keseharian Faisal biasa mengantar jemput Raisa saat sekolah.
Setelah Raisa lulus sekolah, Faisal berpikir tidak akan mengantar jemputnya lagi. Apalagi saa Raisa akan bekerja, pastinya banyak lelaki tampan yang mendekatinya. Faisal tidak ingin gadis yang dicintainya dimiliki oleh orang lain.
Raisa tidak benar-benar serius dengan Faisal. Karena dia menganggap Faisal, hanya sebagai teman dekatnya.
Namun berbeda dengan Faisal, yang mungkin usianya sudah cukup matang dari Raisa. Dia benar-benar mencintai Raisa.
Raisa di ajak oleh Faisal ke sebuah danau, yang sangat terkenal di daerahnya. Biasanya di danau itu banyak para pemuda-pemudi saling bercengkrama, untuk sekedar mengobrol di sekitarnya.
Kali ini wajah Faisal nampak serius dan tidak seperti biasanya.
"Sa, aku ingin berbicara sesuatu yang penting," ucap Faisal dengan raut wajah yang serius sambil memegang kedua tangan Raisa.
Mereka duduk berhadapan dengan penghalang meja yang menjadi pembatasnya.
"Kamu mau ngomong apa, Kak?" Tanya Raisa yang juga menatap mata Faisal dengan serius.
"Aku, ingin melamarmu!" ucap Faisal dengan gugup. Faisal memberanikan diri, untuk melamar Raisa karena dia tidak yakin sang gadis akan menerima.
Pekerjaan Faisal serabutan, hal itu membuatnya tidak percaya diri. Tetapi dengan tekadnya yang bulat, dia ingin melamar gadis pujaannya.
"Tapi, aku baru saja lulus sekolah. Lalu ingin bekerja," balas Raisa menolak sambil menatap bingung ke arah Faisal.
"Aku sudah meminta ibuku, untuk datang besok ke rumahmu," ucap Faisal memberikan alasan agar Raisa menyetujui lamarannya.
Suasana hening, Raisa bingung dengan tindakan Faisal yang begitu cepat ingin menikahinya.
Raisa ingin menolak, namun dia urungkan karena melihat keseriusan di mata Faisal.
Gadis itu berpikir jika setelah menikah, Faisal dapat membuatnya bebas dan hidup bahagia.
Raisa memang sering mengeluhkan kepada Faisal, perihal dirinya tidak suka di atur-atur oleh ayahnya. Hal itu membuatnya tidak betah di rumah dan Raisa sering berkunjung ke rumah Faisal, karena gadis itu ingin menenangkan pikirannya.
"Tapi aku ingin merasakan bekerja seperti teman-teman yang lain. Juga ingin melanjutkan kuliah," Batin Raisa dalam hatinya yang merasa tak enak hati melihat keseriusan Faisal.
"Bagaimana, apakah kamu bersedia?" Tanya Faisal dengan pandangan yang serius menatap lekat Raisa.
Setelah berpikir panjang, akhirnya Raisa memutuskan untuk menyetujuinya dengan tujuan setelah menikah dia akan hidup bebas.
"Baiklah, aku menerima lamaranmu," ucap Raisa sedikit ragu.
Sungguh amat pendek pikiran Raisa, dia tidak memikirkan kehidupan rumah tangga yang akan rumit. Dipikiran gadis itu hanya tahu, dia akan terbebas dari aturan-aturan di rumahnya.
Sebenarnya Raisa masih ingin menikmati masa mudanya. Bermain bersama teman-temannya, namun orang tua yang selalu cerewet dan mengekangnya membuat Raisa merasa berada di dalam penjara.
Menjelang sore, Raisa di antar oleh Faisal ke rumahnya. Kedua orang tua Raisa sudah sangat mengenal Faisal. Walaupun pemuda itu belum mempunyai pekerjaan tetap, kedua orang tua Raisa tidak mempermasalahkannya. Karena yang mereka lihat Faisal sangat rajin dalam bekerja, walaupun masih serabutan. Karena belum ada lelaki yang berani untuk datang ke rumah mereka selain Faisal.
Raisa anak pertama dari tiga bersaudara, kedua adiknya masih duduk di bangku SMP dan SD.
Sore itu Faisal berbicara pada kedua orang tua Raisa, kalau besok ibunya akan datang melamar anak gadisnya.
Sungguh sangat terkejut kedua orang tua Raisa, namun mereka masih memegang prinsip jika anak gadis sudah di lamar, maka tidak boleh di tolak. Mereka takut jika menolak, maka anak gadis mereka tidak akan laku lagi.
Kedua orang tua Raisa pun menyetujui lamaran Faisal. Besok mereka akan menunggu orang tua Faisal berkunjung ke rumahnya.
-
Silakan subscribe dan like karyaku ya
"Silakan duduk dan bergabung dengan yang lain," suruh Aldo pada Jenifer dengan tatapan dingin."I-iya, Pak," kata Jenifer dengan suara terbata-bata. Ia sangat malu karena Aldo tidak menanggapi penampilannya.Bianca, yang berada di sebelah Aldo, hanya tersenyum mengejek. Dalam hatinya ia berkata, “Aku aja sekretarisnya disuruh ganti baju dan celana panjang. Pak Aldo nggak tertarik sama wanita kecentilan kayak kamu.”Aldo mulai membuka pembicaraan. Ia menjelaskan tentang permintaan dari para konsumennya. Mereka yang menawarkan kerja sama harus sesuai dengan target pasar.Kemudian, produk yang ditawarkan oleh Johnson Corp memang lebih menarik. Namun, sekilas Aldo langsung menolaknya karena ia sangat mengetahui siapa pemiliknya.Rapat akan dibuka kembali besok pagi. Aldo masih mencari supplier yang cocok untuk pangsa pasarnya. Ia memberikan kesempatan pada para pebisnis baru yang ingin menawarkan produknya.Selesai rapat, Jenifer langsung menghampiri Aldo."Pak, produk kami lebih berkuali
Raisa dan Aldo telah menyelesaikan makan malamnya. Kini mereka antre untuk membelikan es krim."Kau mau beli berapa?" tanya Raisa yang ikut berdiri di sebelah Aldo."Untuk seisi rumah, ada berapa orang?" tanya Aldo.Raisa menghitung jumlah orang yang ada di rumah."Enam," jawab Raisa."Baiklah," jawab Aldo yang sudah menuju meja kasir.Kemudian Aldo membeli banyak pesanan, hingga dia kerepotan untuk membawanya."Mengapa kau begitu banyak membeli makanan?" tanya Raisa."Aku ingin makan bersama mereka di rumah," kata Aldo dengan jalan tertatih karena repot membawa barang belanjaan.Kemudian Raisa membukakan pintu mobil dan menaruh makanan di bangku belakang.Mereka sudah masuk ke dalam mobil dan mulai melaju menuju rumah Arifin."Raisa, apakah kau masih belum menerimaku?" tanya Aldo dengan mata yang fokus ke arah jalan."Aku sedang mencoba," jawab Raisa."Baiklah, aku akan selalu menjaga kepercayaanmu. Aku harap secepatnya kau membuka hatimu," pinta Aldo.Sesampainya di rumah, Aldo dan
Raisa..." suara yang tak asing pun terdengar di telinga Raisa.Raisa langsung menoleh ke arah samping, saat dia akan keluar gerbang sekolah."Aldo..." lirihnya.Aldo menghampiri Raisa. "Aku antar pulang," kata Aldo sambil membungkukkan badannya."Apa kau tidak punya kerjaan?" tanya Raisa yang heran dengan keberadaan Aldo setiap saat."Ini sudah jam pulang kantor, dan aku sudah menunggumu dari satu jam yang lalu," kata Aldo dengan wajah memelas."Aku tidak menyuruhmu," jawab Raisa dengan wajah yang malas."Mengapa kau keluar terlambat?" tanya Aldo."Eh, Mas Aldo, mau jemput istrinya ya?" tanya salah seorang wali murid yang sedang menjemput anaknya. Kebetulan sang anak adalah siswa yang ikut kompetisi, jadi pulangnya lebih sore."Istri?" batin Raisa sambil melihat ke arah Aldo, dan Aldo hanya tersenyum menanggapi pertanyaan wali murid."Iya..." jawaban Aldo yang membuat Raisa gusar."Bu Raisa beruntung, loh, punya suami kaya, terkenal, tampan lagi."Raisa hanya tersenyum pias menanggapi
Raisa langsung menghampiri sekumpulan ibu guru yang mengerumuni Aldo."Bu Raisa, sini foto," panggil Angelica, yang merupakan guru paling modis dan termuda dari guru yang lain.Raisa hanya tersenyum malas saat melihat kegenitan Aldo di depan ibu-ibu yang berada di sekelilingnya."Memang dia siapa, Bu, kok pada minta foto?" tanya Raisa dengan tangan bersedekap."Ih, Bu Raisa gak tahu? Apa dia tuh pengusaha muda yang lagi terkenal itu, loh," sahut Jessy yang mengarahkan kamera ponsel ke Aldo."Ish," gumam Raisa yang melihat Aldo begitu narsis."Eh, sudah dulu ya, Bu-Ibu, aku mau bicara dengan Mama Alesha," kata Aldo menyudahi acara sesi foto-foto."Yah..." sorak ibu-ibu yang kecewa, namun begitu terkejut saat tahu dia adalah ayahnya Alesha.Semua ibu-ibu pada berbisik dan bergosip, menceritakan Aldo yang sudah mempunyai anak."Alesha, kok kamu gak ngomong sih kalo Papa kamu itu Revaldo Junior?" celetuk Angelica sambil mendekati Alesha.Angelica adalah wali kelas Alesha, dan dia sangat r
Baiklah, kita pergi membeli es krim," kata Fay yang langsung mengulurkan tangannya ke Alesha.Karena Alesha sudah akrab dengan Fay, maka dia menyambut uluran tangan dari Fay.Fay menuntun Alesha menuju tempat parkir mobil. Raisa dan Calantha pun mengikuti di belakang.Tiba-tiba, saat akan memasuki mobil, tangan Raisa dicegah oleh Aldo."Kau mau ke mana?" tanya Aldo yang sudah memegang lengan Raisa."Fay mengajak kami makan siang," jawab Raisa."Alesha, ayo ikut Papa," kata Aldo seraya membungkukkan badannya ke arah jendela mobil Fay.Alesha terlihat sudah duduk di bangku paling depan."Ikut ke mana, Pah?" tanya Alesha dengan nada suaranya yang lembut."Papa mau beli es krim sama Mama," kata Aldo yang memang tahu kesukaan Alesha."Tapi Om Fay juga mau beliin es krim," jawab Alesha.Aldo langsung menatap tajam ke arah Fay, lalu beralih ke Alesha."Ikut Papa, yuk. Papa udah laper, nih. Temenin Papa makan, ya!" pinta Aldo pada Alesha dengan wajah memelas."Hey, aku yang mengajaknya terleb
Sesampainya di rumah, keluarga Arifin telah menunggu kedatangan Alesha."Alesha," panggil Beby lalu memeluknya."Kak Beby," panggil Alesha, dan seluruh anggota keluarga terkejut saat Alesha memanggil Beby."Kamu sudah bisa manggil aku?" kata Beby yang begitu senang dengan panggilan Alesha."Beby, Alesha lelah. Ajak ke kamarnya," perintah Merlin."Ayo, Ale, kita ke kamar," ajak Beby yang menuntun tangan Alesha masuk ke dalam rumah."Bagaimana jalan-jalannya?" tanya Arifin yang juga menyambut kedatangan Raisa malam ini."Senang, Pah. Alesha senang sekali," kata Aldo semangat."Iya, sudah, kalian masuklah. Kita mau makan malam," kata Merlin yang menyuruh Raisa dan Aldo masuk ke dalam rumah.Mereka makan bersama-sama, menikmati hidangan yang dibuat oleh Merlin.Pagi pun tiba. Alesha sudah kembali normal layaknya bocah usia 5 tahun.Dia mulai mengusili orang rumah, karena Aldo sedang menginap di rumah Arifin.Saat Aldo tertidur di sofa, Alesha datang menjahilinya dengan mencubit hidungnya.