Share

Bab 3

last update Last Updated: 2025-03-12 11:52:23

Melihat Raisa yang kerepotan mengupas bawang merah, Faisal pun membantunya. Sedikit agak lama mereka menyajikan sarapan, karena diiringi candaan dan gurauan. 

"Apakah kamu bisa menguleg bumbu?" tanya Faisal.

"Akan aku coba," jawab Raisa.

Kemudian Faisal mengambil cobek dan ulegan. Menaruh cabe dan bawang merah serta bawang putih. 

Faisal tertawa saat Raisa mulai menumbuk bumbu untuk nasi goreng.

"Ulegannya bisa pecah kalau kamu pukul-pukul begitu," ujar Faisal sembari tertawa kecil.

"Biasanya ibu selalu pakai blender untuk menghaluskan cabe dan bawang," keluh Raisa yang berkeringat saat menumbuk cabe dan bawang.

"Begini caranya," kata Faisal mengambil alih ulegan dari tangan Raisa.

"Sal, gak salah kamu yang masak!" Sindir Maria sembari berjalan masuk ke arah kamar ibunya.

Maria adalah kakak Faisal, dia selalu membawa anak-anaknya di pagi hari kerumah ibunya. Karena itu adalah kebiasannya setiap hari, selalu menumpang makan dirumah sang ibu.

"Raisa belum bisa masak, Kak!" Kata Faisal tanpa menoleh kearah kakaknya.

"Memang gak pernah di ajarin di rumahnya?" Sindir Maria seraya melirik ke arah Raisa yang sedang berdiri di sebelah Faisal.

Maria menyandarkan badannya ketiang pintu, seraya menatap sinis Raisa.

Raisa hanya terdiam, dia tidak meladeni sindiran kakak iparnya. Raisa masih sibuk melihat Faisal yang sedang menggoyangkan sodet ke atas wajan berisi nasi.

Sreng, sreng...

Suaranya terdengar nyaring, sepertinya Faisal sedikit kesal dengan kakaknya yang telah menyinggung sang istri. Kemudian dia melirik istrinya, merasa tak enak hati pada Raisa.

Namun hatinya lega, karena sepertinya Raisa tidak menghiraukan sindiran kakaknya.

"Wah, jadi cewek kok gak bisa masak!" Maria kembali menyindir Raisa. Karena adik iparnya itu mengacuhkannya sedari tadi. 

Maria adalah kakak kedua dari Faisal, dia tinggal disebelah rumah ibunya. Maria mulai kesal karena Raisa tak menggubrisnya. Dia terus saja mengeluarkan kata-kata yang menyinggung adik iparnya itu 

Raisa mulai sedikit emosi mendengar sindiran Maria. Akhirnya dia menimpali ocehan Maria, agar mulut kakak iparnya itu bisa ditutup.

"Eh, maksudnya apa sih?" tegur Raisa dengan ketus seraya menatap tajam Maria.

"Emang gak pernah diajarin masak di rumah, ya?" balas Maria seraya memonyongkan bibirnya seolah mengejek Raisa 

"Sudahlah, Kak! Sebaiknya kamu ke kamar ibu sana. Jangan gangguin kami," ucap Faisal mengusir Maria.

Maria langsung memanyunkan bibirnya, dia masuk kedalam kamar sang ibu untuk menemani anaknya.

"Maafkan Kak Maria, ya!" Kata Faisal seraya menoleh kearah sang istri.

Raisa hanya mendengus kesal sambil memalingkan wajahnya. Kemudian dia merajuk langsung pergi menuju kamarnya.

Faisal mulai menaruh nasi goreng di piring dan menatanya, setelah itu membawanya ke kamar.

"Udah selesai masaknya? Kok gak nawar-nawarin ibu?" Teriak Maria dari arah kamar ibunya.

"Masih banyak tuh! Ada di penggorengan," sahut Faisal dari arah kamarnya. "Kalau mau ambil saja sendiri," jawab Faisal.

Raisa hanya cemberut saat Faisal sudah membawakan nasi goreng kedalam kamar.

"Sebaiknya, kita ngontrak aja!" pinta Raisa dengan wajah cemberut.

"Maaf, Sa! Aku belum bisa," jawab Faisal menolak permintaan sang istri.

"Kenapa?" Tanya Raisa seraya mengerutkan keningnya karena menahan kesal.

"Karena aku adalah anak laki satu-satunya dirumah ini. Sedangkan ibuku sudah tidak adalagi yang mencarikan nafkah," jawab Faisal meyakinkan sang istri untuk tetap bertahan tinggal di rumah ibunya.

"Tapi kakakmu banyak, mereka bisa patungan memberikan uang pada ibu setiap bulan!" kata Raisa sambil memandang Faisal.

"Maafkan aku, Sa! Aku harap kamu bisa bersabar, ya!" ucap Faisal sembari mengelus lengan Raisa.

"Baiklah, aku akan mencoba bertahan. Tapi lain kali aku akan melawan ocehan kakakmu itu, kalau mereka bertindak semena-mena kepadaku," gumam Raisa dalam hatinya.

"Apakah aku boleh kerja?" Tanya Raisa dengan ragu. 

Tiba-tiba saja terlontar dari mulut Raisa yang membuat Faisal terkejut. 

"Sebaiknya kamu di rumah saja, temani ibu dan bantu dia mengerjakan pekerjaan rumah," jawab Faisal. "Oh, iya! Sebaiknya, sehabis sholat subuh kamu jangan tidur lagi. Kamu bisa belajar masak, untuk menghidangkan menu sarapan untukku," kata Faisal memberikan saran pada Raisa.

Karena tadi Faisal mendapatkan teguran dari sang ibu, karena Raisa belum bangun saat dirinya berangkat mencari rejeki di pagi hari.

Raisa hanya melirik kesal, rupanya kehidupan rumah tangga tak seindah dalam bayangannya. Dalam pikiran Raisa, dia bisa bebas keluar dari rumah dan bisa bekerja seperti teman-teman lainnya. Tetapi kenyataannya, ada masalah baru dalam hidupnya. Raisa harus menghadapi orang-orang yang bermulut pedas 

Faisal terus berusaha membujuk Raisa agar tidak cemberut lagi.

"Aku buatkan teh, ya." Faisal menaruh piring bekas makan nasi goreng keatas meja. Lalu dia menuju dapur untuk menyeduh teh panas.

"Ya elah, udah kayak ratu aja. Anak orang kaya bukan. Tapi nyeduh teh aja gak bisa." Lagi-lagi Maria berteriak menyindir Raisa. 

Karena dia melihat Faisal kedapur sedang menyeduh teh di dalam gelas.

Maria mengintip dari kamar sang ibu, melihat Faisal sedang membuatkan dua gelas teh.

"Iri, ya?" ledek Faisal saat melewati kamar sang ibu sembari membawa dua gelas teh panas.

"Dih, siapa yang ngiri. Toh aku bisa nyeduh teh sendiri," cibir Maria merasa tak terima dengan sindiran Faisal.

"Makanya lakinya suruh pulang, biar bisa manja-manjaan." Faisal meledek Maria dari kamarnya.

Karena Faisal tahu jika suaminya Maria adalah seorang supir bus antar provinsi. Membuat Maria harus ditinggal sampai berbulan-bulan oleh suaminya.

-

Silakan subscribe dan berikan komentarmu ya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • LUKA HATI RAISA    Bab 52

    Alesha begitu senang berenang bersama Aldo. Tak nampak kecanggungan, yang terlihat hanya keakraban ayah dan anak.Raisa hanya duduk di bangku, mengamati mereka berdua yang sedang bermain di air."Mama, sini," panggil Alesha.Raisa hanya menggelengkan kepalanya, menandakan kalau dia tidak mau."Mama, sini," panggil Alesha yang langsung menghampiri Raisa."Ale, Mama gak bisa berenang," kata Raisa menolak permintaan Alesha.Kemudian Alesha pun menangis histeris, tubuhnya langsung terduduk di lantai. Tangisannya meraung-raung, berharap Raisa mau berenang bersamanya."Baiklah, Mama akan ganti baju dulu," kata Raisa yang langsung meminta petugas hotel mencarikan baju renang untuknya.Setelah Raisa memakai baju renang, kemudian dia menuntun Alesha menuju kolam renang.Di sana sudah ada Aldo yang menunggunya. Alesha melompat, dan Aldo menanggapi di kolam."Hap..." suara Aldo saat menangkap Alesha."Sini, Mah!" panggil Alesha seraya melambaikan tangannya.Raisa mencoba menurunkan kakinya di te

  • LUKA HATI RAISA    Bab 51

    "Keluarga?" cibir Raisa dengan senyum mengejek.Kemudian Raisa langsung membuka pintu jendela dan menuju balkon.Raisa begitu takjub saat melihat lokasi hotel yang sangat dekat dari pintu masuk taman hiburan.Sejenak Raisa memejamkan kedua matanya, menghirup dalam-dalam udara yang berselimutkan awan mendung. Sepertinya cuaca malam ini akan turun hujan, karena tak nampak adanya bintang-bintang.Aldo menghampiri Raisa dan memeluknya dari arah belakang."Ish, lepaskan," berontak Raisa yang ingin melepaskan pelukan Aldo."Shut, jangan berisik, nanti Alesha bangun," bisik Aldo di telinga Raisa. "Nikmati saja suasana malam ini, aku berjanji tidak akan menyentuhmu," ucapnya pelan. Deru napas Aldo sangat terasa di telinga Raisa."Kenapa kau melakukan semuanya padaku?" tanya Raisa dengan ekspresi wajah yang datar menghadap pemandangan di hadapannya."Melakukan apa?" tanya Aldo."Kenapa kau begitu terobsesi padaku hingga membuatku menderita," kata Raisa."Maafkan aku. Saat bertemu denganmu, aku

  • LUKA HATI RAISA    Bab 50

    "Aldo, Raisa menyetujui akan menikah denganmu," kata Arifin."Betul, Pah?" tanya Aldo meyakinkan."Iya, tapi bukan dari lubuk hatinya. Dia melakukannya semata karena ingin membalas budi Papa," kata Arifin, seperti yang dikatakan oleh Raisa."Jadi dia belum membuka hatinya untukku?" tanya Aldo."Iya, aku sudah memberi kau jalan. Sebaiknya kau usaha sendiri untuk merebut hatinya," saran Arifin."Baiklah, Pah. Terima kasih," ucap Aldo bahagia lalu memeluk tubuh Arifin."Ish, jangan begini. Malu dilihat orang," kata Arifin yang langsung mundur dan menjauhi Aldo.Mereka berdua kini sedang di proyek terbaru, karena perusahaan yang mereka miliki kini berkolaborasi menjadi satu.Aldo begitu bahagia saat mendengar Raisa mau dinikahinya. Namun, dia tidak ingin menikah tanpa cinta. Saat ini yang dia pikirkan adalah merebut hati Raisa.Siang ini Raisa sudah bersiap untuk pulang ke rumah karena hari ini Alesha tidak masuk ke sekolah."Raisa, aku ingin bicara," panggil Calantha yang menghampiri Rai

  • LUKA HATI RAISA    Bab 49

    "Johnson, ternyata kau ayah dari Fay?" tanya Arifin."Iya, dan aku sangat beruntung tidak meniduri Alesha saat itu. Dan yang lebih beruntung adalah kini aku memiliki separuh harta milik Alesha, karena itu syarat yang aku ajukan pada Wisnu," ucap Johnson dengan senyum licik."Kurang ajar kau!" emosi Arifin yang ingin memukul Johnson."Papah," panggil Katie."Aku tak sudi anakku didekati oleh anakmu," kata Arifin yang sudah tahu kalau Katie adalah pacar dari Fay."Pah..." ucap Katie sambil menangis, "Aku mencintai Fay." Katie mengungkapkan isi hatinya."Ayo pulang," Arifin menarik lengan Katie dan berjalan meninggalkan Johnson, dan Merlin menyusul di belakangnya bersama Beby."Sebenarnya apa yang telah terjadi?" tanya Raisa yang berada di dalam mobil bersama Alesha."Pak Arifin adalah ayahku, kakek yang menceritakan semuanya. Kini kakekku sudah meninggal, dan dia menitipkan salam untukmu. Dia meminta maaf karena saat kau datang, dia tak memberitahuku. Karena dia tidak ingin aku mendekat

  • LUKA HATI RAISA    Bab 48

    Hari ini adalah hari pertama mereka akan melakukan sesi wawancara di televisi nasional.Berdegup cepat jantung Raisa, karena ini merupakan kali pertama baginya.Ia belum terbiasa dengan kamera yang akan menyorotinya.Alesha dan keluarga Arifin telah bersiap menuju stasiun televisi swasta. Mereka sangat bangga dan juga antusias."Raisa, apa kamu sudah memikirkan jawaban dari semua pertanyaan yang diberikan oleh tim dari televisi?" tanya Merlin sambil mengikatkan rambut Alesha yang panjang."Sudah, Bu," jawab Raisa."Semangat ya, Tan. Jangan gugup," kata Katie menyemangati Raisa."Terima kasih, Katie," jawab Raisa."Bu Isa, nanti panggil aku ya kalau Dedek Ale nakal," kata Beby sambil mencubit pipi Alesha.Terlihat Alesha membalas cubitan dari Beby. Mereka berdua saling mencubit sebagai bentuk candaan.Itulah yang biasa dilakukan Alesha saat bercanda dengan Beby.Mereka sudah sampai di stasiun televisi nasional yang sangat terkenal di Prancis."Ayo kita turun," kata Merlin menyuruh anak

  • LUKA HATI RAISA    Bab 47

    Terima kasih, karena kau telah membantuku," kata Aldo."Aldo, panggil aku Papa," kata Arifin seraya menepuk pundak Aldo."Papa..." ucap Aldo yang langsung memeluk Arifin.Kini ayah dan anak pun kembali dipertemukan. Aldo mengajak Arifin ke rumahnya, memberitahu tentang kenangan ibunya.Aldo bertanya pada Arifin tentang Raisa, dan kini Arifin tidak bisa mengelak lagi.Ternyata anak perempuan yang selama ini bersamanya adalah cucunya. Pantas saja Arifin merasa begitu dekat dengan Alesha."Aldo, Alesha memang anakmu," kata Arifin.Aldo sangat bahagia, dia memang memiliki feeling tentang Alesha."Tapi, Raisa tidak ingin kau mengetahuinya," kata Arifin."Apa alasannya?" tanya Aldo yang penasaran."Raisa sangat membencimu," jawab Arifin."Iya, aku tahu," jawab Aldo dengan wajah yang murung."Dia begitu menderita, sampai memutuskan ingin bunuh diri," kata Arifin."Aku menyesal, tapi aku sangat mencintainya. Entah, wajahnya saat itu selalu terbayang di mataku, hingga aku harus melakukan hal y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status