Melihat Raisa yang kerepotan mengupas bawang merah, Faisal pun membantunya. Sedikit agak lama mereka menyajikan sarapan, karena diiringi candaan dan gurauan.
"Apakah kamu bisa menguleg bumbu?" tanya Faisal.
"Akan aku coba," jawab Raisa.
Kemudian Faisal mengambil cobek dan ulegan. Menaruh cabe dan bawang merah serta bawang putih.
Faisal tertawa saat Raisa mulai menumbuk bumbu untuk nasi goreng.
"Ulegannya bisa pecah kalau kamu pukul-pukul begitu," ujar Faisal sembari tertawa kecil.
"Biasanya ibu selalu pakai blender untuk menghaluskan cabe dan bawang," keluh Raisa yang berkeringat saat menumbuk cabe dan bawang.
"Begini caranya," kata Faisal mengambil alih ulegan dari tangan Raisa.
"Sal, gak salah kamu yang masak!" Sindir Maria sembari berjalan masuk ke arah kamar ibunya.
Maria adalah kakak Faisal, dia selalu membawa anak-anaknya di pagi hari kerumah ibunya. Karena itu adalah kebiasannya setiap hari, selalu menumpang makan dirumah sang ibu.
"Raisa belum bisa masak, Kak!" Kata Faisal tanpa menoleh kearah kakaknya.
"Memang gak pernah di ajarin di rumahnya?" Sindir Maria seraya melirik ke arah Raisa yang sedang berdiri di sebelah Faisal.
Maria menyandarkan badannya ketiang pintu, seraya menatap sinis Raisa.
Raisa hanya terdiam, dia tidak meladeni sindiran kakak iparnya. Raisa masih sibuk melihat Faisal yang sedang menggoyangkan sodet ke atas wajan berisi nasi.
Sreng, sreng...
Suaranya terdengar nyaring, sepertinya Faisal sedikit kesal dengan kakaknya yang telah menyinggung sang istri. Kemudian dia melirik istrinya, merasa tak enak hati pada Raisa.
Namun hatinya lega, karena sepertinya Raisa tidak menghiraukan sindiran kakaknya.
"Wah, jadi cewek kok gak bisa masak!" Maria kembali menyindir Raisa. Karena adik iparnya itu mengacuhkannya sedari tadi.
Maria adalah kakak kedua dari Faisal, dia tinggal disebelah rumah ibunya. Maria mulai kesal karena Raisa tak menggubrisnya. Dia terus saja mengeluarkan kata-kata yang menyinggung adik iparnya itu
Raisa mulai sedikit emosi mendengar sindiran Maria. Akhirnya dia menimpali ocehan Maria, agar mulut kakak iparnya itu bisa ditutup.
"Eh, maksudnya apa sih?" tegur Raisa dengan ketus seraya menatap tajam Maria.
"Emang gak pernah diajarin masak di rumah, ya?" balas Maria seraya memonyongkan bibirnya seolah mengejek Raisa
"Sudahlah, Kak! Sebaiknya kamu ke kamar ibu sana. Jangan gangguin kami," ucap Faisal mengusir Maria.
Maria langsung memanyunkan bibirnya, dia masuk kedalam kamar sang ibu untuk menemani anaknya.
"Maafkan Kak Maria, ya!" Kata Faisal seraya menoleh kearah sang istri.
Raisa hanya mendengus kesal sambil memalingkan wajahnya. Kemudian dia merajuk langsung pergi menuju kamarnya.
Faisal mulai menaruh nasi goreng di piring dan menatanya, setelah itu membawanya ke kamar.
"Udah selesai masaknya? Kok gak nawar-nawarin ibu?" Teriak Maria dari arah kamar ibunya.
"Masih banyak tuh! Ada di penggorengan," sahut Faisal dari arah kamarnya. "Kalau mau ambil saja sendiri," jawab Faisal.
Raisa hanya cemberut saat Faisal sudah membawakan nasi goreng kedalam kamar.
"Sebaiknya, kita ngontrak aja!" pinta Raisa dengan wajah cemberut.
"Maaf, Sa! Aku belum bisa," jawab Faisal menolak permintaan sang istri.
"Kenapa?" Tanya Raisa seraya mengerutkan keningnya karena menahan kesal.
"Karena aku adalah anak laki satu-satunya dirumah ini. Sedangkan ibuku sudah tidak adalagi yang mencarikan nafkah," jawab Faisal meyakinkan sang istri untuk tetap bertahan tinggal di rumah ibunya.
"Tapi kakakmu banyak, mereka bisa patungan memberikan uang pada ibu setiap bulan!" kata Raisa sambil memandang Faisal.
"Maafkan aku, Sa! Aku harap kamu bisa bersabar, ya!" ucap Faisal sembari mengelus lengan Raisa.
"Baiklah, aku akan mencoba bertahan. Tapi lain kali aku akan melawan ocehan kakakmu itu, kalau mereka bertindak semena-mena kepadaku," gumam Raisa dalam hatinya.
"Apakah aku boleh kerja?" Tanya Raisa dengan ragu.
Tiba-tiba saja terlontar dari mulut Raisa yang membuat Faisal terkejut.
"Sebaiknya kamu di rumah saja, temani ibu dan bantu dia mengerjakan pekerjaan rumah," jawab Faisal. "Oh, iya! Sebaiknya, sehabis sholat subuh kamu jangan tidur lagi. Kamu bisa belajar masak, untuk menghidangkan menu sarapan untukku," kata Faisal memberikan saran pada Raisa.
Karena tadi Faisal mendapatkan teguran dari sang ibu, karena Raisa belum bangun saat dirinya berangkat mencari rejeki di pagi hari.
Raisa hanya melirik kesal, rupanya kehidupan rumah tangga tak seindah dalam bayangannya. Dalam pikiran Raisa, dia bisa bebas keluar dari rumah dan bisa bekerja seperti teman-teman lainnya. Tetapi kenyataannya, ada masalah baru dalam hidupnya. Raisa harus menghadapi orang-orang yang bermulut pedas
Faisal terus berusaha membujuk Raisa agar tidak cemberut lagi.
"Aku buatkan teh, ya." Faisal menaruh piring bekas makan nasi goreng keatas meja. Lalu dia menuju dapur untuk menyeduh teh panas.
"Ya elah, udah kayak ratu aja. Anak orang kaya bukan. Tapi nyeduh teh aja gak bisa." Lagi-lagi Maria berteriak menyindir Raisa.
Karena dia melihat Faisal kedapur sedang menyeduh teh di dalam gelas.
Maria mengintip dari kamar sang ibu, melihat Faisal sedang membuatkan dua gelas teh.
"Iri, ya?" ledek Faisal saat melewati kamar sang ibu sembari membawa dua gelas teh panas.
"Dih, siapa yang ngiri. Toh aku bisa nyeduh teh sendiri," cibir Maria merasa tak terima dengan sindiran Faisal.
"Makanya lakinya suruh pulang, biar bisa manja-manjaan." Faisal meledek Maria dari kamarnya.
Karena Faisal tahu jika suaminya Maria adalah seorang supir bus antar provinsi. Membuat Maria harus ditinggal sampai berbulan-bulan oleh suaminya.
-
Silakan subscribe dan berikan komentarmu ya.
"Silakan duduk dan bergabung dengan yang lain," suruh Aldo pada Jenifer dengan tatapan dingin."I-iya, Pak," kata Jenifer dengan suara terbata-bata. Ia sangat malu karena Aldo tidak menanggapi penampilannya.Bianca, yang berada di sebelah Aldo, hanya tersenyum mengejek. Dalam hatinya ia berkata, “Aku aja sekretarisnya disuruh ganti baju dan celana panjang. Pak Aldo nggak tertarik sama wanita kecentilan kayak kamu.”Aldo mulai membuka pembicaraan. Ia menjelaskan tentang permintaan dari para konsumennya. Mereka yang menawarkan kerja sama harus sesuai dengan target pasar.Kemudian, produk yang ditawarkan oleh Johnson Corp memang lebih menarik. Namun, sekilas Aldo langsung menolaknya karena ia sangat mengetahui siapa pemiliknya.Rapat akan dibuka kembali besok pagi. Aldo masih mencari supplier yang cocok untuk pangsa pasarnya. Ia memberikan kesempatan pada para pebisnis baru yang ingin menawarkan produknya.Selesai rapat, Jenifer langsung menghampiri Aldo."Pak, produk kami lebih berkuali
Raisa dan Aldo telah menyelesaikan makan malamnya. Kini mereka antre untuk membelikan es krim."Kau mau beli berapa?" tanya Raisa yang ikut berdiri di sebelah Aldo."Untuk seisi rumah, ada berapa orang?" tanya Aldo.Raisa menghitung jumlah orang yang ada di rumah."Enam," jawab Raisa."Baiklah," jawab Aldo yang sudah menuju meja kasir.Kemudian Aldo membeli banyak pesanan, hingga dia kerepotan untuk membawanya."Mengapa kau begitu banyak membeli makanan?" tanya Raisa."Aku ingin makan bersama mereka di rumah," kata Aldo dengan jalan tertatih karena repot membawa barang belanjaan.Kemudian Raisa membukakan pintu mobil dan menaruh makanan di bangku belakang.Mereka sudah masuk ke dalam mobil dan mulai melaju menuju rumah Arifin."Raisa, apakah kau masih belum menerimaku?" tanya Aldo dengan mata yang fokus ke arah jalan."Aku sedang mencoba," jawab Raisa."Baiklah, aku akan selalu menjaga kepercayaanmu. Aku harap secepatnya kau membuka hatimu," pinta Aldo.Sesampainya di rumah, Aldo dan
Raisa..." suara yang tak asing pun terdengar di telinga Raisa.Raisa langsung menoleh ke arah samping, saat dia akan keluar gerbang sekolah."Aldo..." lirihnya.Aldo menghampiri Raisa. "Aku antar pulang," kata Aldo sambil membungkukkan badannya."Apa kau tidak punya kerjaan?" tanya Raisa yang heran dengan keberadaan Aldo setiap saat."Ini sudah jam pulang kantor, dan aku sudah menunggumu dari satu jam yang lalu," kata Aldo dengan wajah memelas."Aku tidak menyuruhmu," jawab Raisa dengan wajah yang malas."Mengapa kau keluar terlambat?" tanya Aldo."Eh, Mas Aldo, mau jemput istrinya ya?" tanya salah seorang wali murid yang sedang menjemput anaknya. Kebetulan sang anak adalah siswa yang ikut kompetisi, jadi pulangnya lebih sore."Istri?" batin Raisa sambil melihat ke arah Aldo, dan Aldo hanya tersenyum menanggapi pertanyaan wali murid."Iya..." jawaban Aldo yang membuat Raisa gusar."Bu Raisa beruntung, loh, punya suami kaya, terkenal, tampan lagi."Raisa hanya tersenyum pias menanggapi
Raisa langsung menghampiri sekumpulan ibu guru yang mengerumuni Aldo."Bu Raisa, sini foto," panggil Angelica, yang merupakan guru paling modis dan termuda dari guru yang lain.Raisa hanya tersenyum malas saat melihat kegenitan Aldo di depan ibu-ibu yang berada di sekelilingnya."Memang dia siapa, Bu, kok pada minta foto?" tanya Raisa dengan tangan bersedekap."Ih, Bu Raisa gak tahu? Apa dia tuh pengusaha muda yang lagi terkenal itu, loh," sahut Jessy yang mengarahkan kamera ponsel ke Aldo."Ish," gumam Raisa yang melihat Aldo begitu narsis."Eh, sudah dulu ya, Bu-Ibu, aku mau bicara dengan Mama Alesha," kata Aldo menyudahi acara sesi foto-foto."Yah..." sorak ibu-ibu yang kecewa, namun begitu terkejut saat tahu dia adalah ayahnya Alesha.Semua ibu-ibu pada berbisik dan bergosip, menceritakan Aldo yang sudah mempunyai anak."Alesha, kok kamu gak ngomong sih kalo Papa kamu itu Revaldo Junior?" celetuk Angelica sambil mendekati Alesha.Angelica adalah wali kelas Alesha, dan dia sangat r
Baiklah, kita pergi membeli es krim," kata Fay yang langsung mengulurkan tangannya ke Alesha.Karena Alesha sudah akrab dengan Fay, maka dia menyambut uluran tangan dari Fay.Fay menuntun Alesha menuju tempat parkir mobil. Raisa dan Calantha pun mengikuti di belakang.Tiba-tiba, saat akan memasuki mobil, tangan Raisa dicegah oleh Aldo."Kau mau ke mana?" tanya Aldo yang sudah memegang lengan Raisa."Fay mengajak kami makan siang," jawab Raisa."Alesha, ayo ikut Papa," kata Aldo seraya membungkukkan badannya ke arah jendela mobil Fay.Alesha terlihat sudah duduk di bangku paling depan."Ikut ke mana, Pah?" tanya Alesha dengan nada suaranya yang lembut."Papa mau beli es krim sama Mama," kata Aldo yang memang tahu kesukaan Alesha."Tapi Om Fay juga mau beliin es krim," jawab Alesha.Aldo langsung menatap tajam ke arah Fay, lalu beralih ke Alesha."Ikut Papa, yuk. Papa udah laper, nih. Temenin Papa makan, ya!" pinta Aldo pada Alesha dengan wajah memelas."Hey, aku yang mengajaknya terleb
Sesampainya di rumah, keluarga Arifin telah menunggu kedatangan Alesha."Alesha," panggil Beby lalu memeluknya."Kak Beby," panggil Alesha, dan seluruh anggota keluarga terkejut saat Alesha memanggil Beby."Kamu sudah bisa manggil aku?" kata Beby yang begitu senang dengan panggilan Alesha."Beby, Alesha lelah. Ajak ke kamarnya," perintah Merlin."Ayo, Ale, kita ke kamar," ajak Beby yang menuntun tangan Alesha masuk ke dalam rumah."Bagaimana jalan-jalannya?" tanya Arifin yang juga menyambut kedatangan Raisa malam ini."Senang, Pah. Alesha senang sekali," kata Aldo semangat."Iya, sudah, kalian masuklah. Kita mau makan malam," kata Merlin yang menyuruh Raisa dan Aldo masuk ke dalam rumah.Mereka makan bersama-sama, menikmati hidangan yang dibuat oleh Merlin.Pagi pun tiba. Alesha sudah kembali normal layaknya bocah usia 5 tahun.Dia mulai mengusili orang rumah, karena Aldo sedang menginap di rumah Arifin.Saat Aldo tertidur di sofa, Alesha datang menjahilinya dengan mencubit hidungnya.